Perjalanan

Hari keberangkatan Cia ke Jakarta telah tiba. Kakaknya, yang pulang beberapa hari lalu hanya menginap selama dua haru dan pulang.

"Sudah siap semua nak?" tanya sang ibu yang memasuki kamar putrinya.

"Sudah bu. Ibu sama Ayah baik-baik ya di rumah?". Cia

"tentu saja Ibu dan Ayah akan baik-baik saja nak. Ingat pesan ibu loh. Ayok keluar, ayah sudah menunggu di depan". Ibu

Cia dan Ibunya berjalan beriringan keluar rumah. Cia segera menyimpan kopernya di bagian depan motor matic ayahnya.

"Aku berangkat ya bu. Ibu baik-baik di rumah!" pamit Cia setelah mencium tangan sang Ibu.

Sang Ibu melambaikan tangan ke arah Cia dengan senyum sedih.

"Cia mau berangkat ke mana bu Ria?" tanya tetangga samping rumah yang baru keluar.

"Ke Jakarta. Dapat kerja di sana".

"Jauh ya! Kok tega ibu lepasin anak gadis sejauh itu. Cia juga kan sudah waktunya menikah bu".

Ria terlihat malas menjawab tetangga yang selalu penasaran dengan kehidupan orang lain itu. Tapi, dia tetap menjawabnya.

"Jodoh gak ada yang tau ya bu. Siapa tau nanti Cia ketemu jodohnya di sana. Saya permisi dulu bu Yeti, mari".

Ibu Cia memasuki rumahnya dengan kesal. Cia di rumah tiga bulan di tanya kenapa tidak kerja, giliran dapat kerja di bilang sudah waktunya nikah.

"Maunya para ibu-ibu tetangga itu apasih? Terserah anak saya dong, ribet amat jadi orang" Ibu Cia duduk kursi depan tv dengan menggerutu tiada henti karena merasa kesal.

......................

Sesampainya di stasiun.

"Ayah, Cia langsung masuk. Ayah langsung pulang aja nggak papa, sebentar lagi kereta yang Cia naiki juga sudah sampai". Ucap Cia setelah kopernya di turunkan sang Ayah.

"Baiklah. Kamu hati-hati, di jaga barang berharga kamu. Ponselnya di simpan dengan baik. Sebelum tidur, pastikan orang yang duduk sama kamu itu orang yang baik" Sang Ayah memberi wejangan pada putri bungsunya itu.

Cia tersenyum mendengar wejangan sang Ayah yang sangat mengkhawatirkannya itu.

"iya yah. Ayah gak perlu khawatir begitu". Cia

"ya gimana nggak khawatir, kamu kan ceroboh orangnya nak. Yaudah, Ayah pulang dulu. Kamu masuklah". Ayah

Setelah salim pada sang ayah, Cia memasuki stasiun sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada sang Ayah. Setelah Cia memasuki stasiun dengan sempurna, barulah sang Ayah melajukan motornya untuk pulang.

Tiga puluh menit menunggu akhirnya kereta yang di naikinya datang. Cia lekas berdiri untuk mencari gerbong tempatnya duduk. Ternyata di nomer tempatnya duduk sudah ada tiga orang yang sepertinya satu keluarga. Seorang bapak yang duduk itu kemudian berdiri untuk membantu saat melihat Cia mengangkat kopernya ke kabin kereta.

"Eh. Terima kasih pak". Cia menganggukan kepalanya setelah bapak itu membantunya.

Cia segera duduk di depan perempuan yang tidak lain istri dari bapak yang membantunya tadi. Beberapa saat Cia hanya diam karena merasa canggung dan bingung mau menyapa seperti apa.

"Kakak mau ke mana?" pertanyaan yang berasal gadis muda di samping Cia.

Cia menoleh ke sampingnya untuk melihat gadis muda itu. Gadis yang memiliki postur tubuh sama sepertinya, tinggi dan besarnya sama. Tapi gadis itu berambut panjang dan berkulit putih bersih.

"Ah. Kakak mau ke Jakarta, kamu mau ke mana atau dari mana?" tanya Cia.

"Kenalin dulu kak. Aku Zara, Zara Veronika" jawab Zara yang segera mengulurkan tangan ke arah Cia.

"Zara dari Surabaya mau pulang ke Jakarta. Zara baru pulang berkunjung ke rumah kakek nenek. Kakak mau apa ke jakarta?" lanjut Zara setelah Cia menerima uluran tangannya.

"Nama kakak Ciara, kamu bisa panggil kak Cia. Aku mau ke Jakarta untuk bekerja" jawab Cia.

"kak Cia mau nomer telfon Zara nggak? Biar nanti kita bisa main bareng kalau Zara lagi libur sekolah" Zara menawarkan nomer telfonnya dengan ramah.

Cia gemas melihat Zara yang begitu manis di sampingnya, hingga senyuman kecil terukir di bibirnya.

"Boleh, kakak juga bisa menemanimu untuk belajar" jawab Cia dengan lembut.

"No no no. Cukup guru sekolah Zara yang menemani dan mengajar Zara untuk belajar. Kakak cukup jadi teman bermain Zara". Zara menjawab dengan gelengan kepala kecil.

"kenapa manis sekali adik sma ini?" Cia membatin dengan tangan yang terkepal karena ingin mencubit pipi chubby di depannya itu.

"Oh iya kak. Di depan kita ini papa sama mama Zara" Zara memperkenalkan kedua orang tua di depannya.

"ah! Selamat siang om tante, nama saya Ciara" Ciara mengenalkan dirinya dengan sungkan.

"Halo Cia. Kamu bisa memanggilku tante Celine" kata Celine memperkenalkan diri.

"Dan kamu bisa memanggil saya om Bima" Bima ikut memperkenalkan dirinnya.

Kedua pasangan di depan Cia memperkenalkan diri dengan ramah. Apalagi tante Celine, beliau sangat ramah dan ceria seperti Zara.

Celine perempuan yang mungkin berusia 50 an tapi masih terlihat cukup muda di usianya. Kulitnya juga putih bersih seperti Zara, tapi lebih tinggi darinya. Rambutnya panjang bergelombang, sangat indah.

Bima punya perawakan yang tinggi besar. Sama seperti Celine, beliau juga masih terlihat tampan di usia 50 lebih. Kulitnya juga bersih.

"Oh iya Cia. Selain bermain dengan Zara, kamu juga bisa bermain dengan tante. Kalau kamu libur nanti hubungi tante saja Cia. Kita main bersama" ucap Celine dengan semangat. Jiwa mudanya tidak di ragukan lagi.

"Anggap saja kita keluarga barumu di Jakarta nanti Cia, agar kamu tidak kesepian dan merasa sendiri di sana" Bima ikut menimpali dengan ramah.

"Atau kakak mau tinggal bersama kami saja?" tawar Zara.

Cia terharu dan juga bingung. Kenapa satu keluarga ini memiliki semangat dan rasa antusias yang tinggi kepada orang baru. Kan bisa saja Cia orang jahat.

"apa jangan-jangan mereka komplotan orang jahat?". Batin cia khawatir sendiri.

"Baik tante, biar nanti Cia hubungi tante kalau Cia dapat jadwal libur"

"Terima kasih om karena sudah mau menganggap orang baru kayak Cia seperti keluarga"

"Dan terima kasih juga Zara untuk tawarannya. Tapi kakak gak bisa soalnya sudah dapat kos yang dekat sama tempat kerja kakak" Cia mengatakannya dengan menatap tiga orang itu satu per satu.

Mereka melanjutkan obrolan-obrolan kecil dengan ringan. Di tengah perjalanan nampak Cia dan zara sudah tertidur dengan pulas,sl sedangkan pasangan suami istri itu masih terjaga dengan pandangan mengarah pada dua anak perempuan di depannya.

"Pa? Pasti Cia bakalan ngira kita komplotan orang jahat deh karena kita terlalu baik padahal baru ketemu" Tante Celine berucap pelan pada sang suami.

"Tentunya ma. Papa tadi lihat ekspresi terkejutnya saat papa bilang anggap kita keluarga. Atau mungkin kita seperti keluarga aneh ya ma?" om Bimo ikut berfikir.

"Tidak masalah, toh kita bukan jahat pa. Aku menyukainya karena dia terlihat kesepian dan anaknya sangat ekspresif. Dia anak yang jujur"- Celine

"Hmm. Papa setuju sama mama" Bimo mengiyakan ucapan Celine.

"Cia seperti cangkang kosong pa" Celine berucap belan. Dia menatap Cia dengan sendu.

"maksud mama?" Bimo tau apa maksud cangkang kosong. Tapi kenapa Cia seperti itu?.

"Dia memang nampak normal, saat bercanda sama Zara juga tawanya sangat lepas. Senyumnya sangat tulus, tapi dalam sekejap emosi dalam dirinya tak terlihat. apa yang seru dan lucu itu hanya terjadi selama pembicaraan. Saat obrolannya selesai, maka emosinya ikut selesai" jelas Celine.

"saat dalam mood buruk, pembicaraan yang menyenangkan akan memperbaiki keadaan moodnya sampai malam hari bahkan sampai keesokan harinya. Tapi Cia berbeda, dia bahkan tak terlihat senang atau sedih. Banyak orang yang mengalami hal seperti Cia jaman sekarang pa". Lanjut Celine.

"Jika kalian lebih dekat. Ku rasa kamu akan menemukan jawabannya" Jawab Bimo setelah mendengar penjelasan istrinya.

Pasangan itu masih melihat Cia dan Zara yang tertidur pulas di depannya hingga tak lama Celine juga ikut tertidur. Menyisakan Bimo yang terjaga sendirian menjaga tiga perempuan dengan ponsel di tangannya.

Setelah 10 jam lebih perjalanan yang harus mereka tempuh untuk sampai di stasiun Gambir Jakarta pusat, akhirnya mereka sampai pukul lima sore. Selama perjalanan mereka mengobrol selayaknya keluarga yang hendak pergi liburan.

Cia berpisah dengan keluarga itu di depan stasiun. Bahkan mereka menawarkan akan mengantarkan Cia ke alamatnya namu di tolak Cia dengan halus karena takut merepotkan.

"Yaudah. Kami pergi dulu, kamu hati-hati. Kalau sudah sampai kabari orang tuamu juga Tante ya?" ucap Celine sebelum meninggalkan Cia.

"Iya tante. Nanti Cia kabari" akhirnya mereka bertiga pergi dengan mobil pribadi setelah Cia menyalami mereka satu per satu. Bahkan Zara melambaikan tangan dengan semangat dan senyum yang tak kunjung hilang dari bibirnya.

Tak lama Cia mendapat taksi dan segera memberi tahukan alamat tujuannya pada sang supir. Tak sampai 20 menit Cia telah sampai tempat tujuan, Cia segera turun dan membayar biaya taksinya.

Cia melihat toserba 24 jam di depannya dan ada gang masuk di sebelahnya. Setelah bertanya pada penjual nasi goreng keliling di depan gang, Cia segera masuk gang, dan memencet bel yang berada di sebelah pagar hitam di depannya, yang sebelumnya di tunjukan oleh bapak penjual nasi goreng, jika ini rumah bu Ida pemilik kos khusus perempuan tujuan Cia.

Seorang ibu berusia lima puluhan, namun nampak sehat mebuka pagar san menyapa Cia dengan senyum ramahnya.

"Sore ibu! Saya Ciara yang sebelumnya menghubungi bu Ida melalui pesan" Ucap Cia dengan sopan.

"oh iya nak Ciara, mari Ibu tunjukan kamarnya" ajak bu Ida dengan ramah.

Cia berjalan di belakang bu Ida dengan pandangan yang melihat sekelilingnya. Rumah bu Ida tak terlalu besar namun terlihat elegan dengan halaman yang cukup besar, ada taman yang penuh bunga dan rumput hijau yang terawat depan rumahnya.

Bu ida berjalan ke arah pagar di samping rumah yang terhubung dengan bangunan sebelah yang jelas itu adalah kos milik bu Ida.

"Nak Cia mau di kamar bawah atau lantai dua? Hanya tersisa dua kamar ini yang kosong" tanya bu Ida dalam perjalanan menuju kos.

"Di atas saja ibu" jawab Cia.

Kosnya terbilang besar, karena ada dua bangunan berlantai dua yang saling berhadapan dengan masing-masing lima kamar bawah, dan lima kamar atas. Di tengah terdapat dua pohon yang tak begitu besar, namun terlihat rindang, di bawahnya, ada bangunan kursi yang melingkari tiap pohon. Penghijauan yang sangat sempurna, karena ada juga berbagai macam bunga dan rumput yang sama terawatnya seperti di rumah bu Ida.

"Nah ini kamarnya nak. Sudah lengkap isinya, ada kamar mandi di dalam. Untuk dapur tersedia satu di tiap lantainya dan kamu sudah lihat di tengah bangunan saat berjalan ke sini tadi kan?" jelas bu Ida.

Cia menempati kamar di ujung yang dekat dengan jalan. Dapur terlihat di tengah tepat sebelah tangga. Jika biasanya tangga berada di ujung, kos ini tangganya di tengah.

"Untuk biaya tetap sama seperti yang Ibu bilang di pesan kemarin. Kalau kamu butuh apa-apa bilang saja sama Ibu" Ucap bu Ida sebelum meninggalkan Cia di kamarnya.

"Baik bu. Terima kasih, nanti uangnya Cia antar ke rumah Ibu" Jelas Cia. Setelah menganggukan kepalanya bu Ida pergi meninggalkan Cia.

Cia langsung menutup pintu kamarnya dan langsung mandi untuk membersihkan diri. Tak lupa dia mengabari kedua orang tuanya dan Zara jika dia sudah sampai. Tak lama setelah merebahkan diri akhirnya Cia tertidur.

...****************...

Terpopuler

Comments

Ningxi

Ningxi

terima kasih

2024-09-17

0

Miu miu

Miu miu

Aku sempet nggak percaya sama akhir ceritanya, tapi bener-bener bikin terkagum-kagum.💪

2024-09-17

1

lihat semua
Episodes
1 Senja di kampung halaman
2 Perjalanan
3 Hari Pertama
4 Sandra Again
5 Lagi-lagi Sandra
6 Hari Libur
7 Lebih dekat, lebih panas.
8 Resign
9 Kabar
10 Sakit
11 Huru Hara
12 Tante Celine
13 ketenangan sementara
14 tiba-tiba cuti
15 Penyesalan Sandra
16 Berjalan Selangkah
17 Habis Sandra, terbitlah Mita
18 Riko Galau
19 Bertemu tante Celine
20 Masa lalu dan masa sekarang
21 Zara bikin ulah
22 Awal dari Masalah
23 Tangisan Cia
24 bersama Chandra
25 Fitnah Baru
26 Naik Turun
27 Nasihat
28 semakin Gila
29 Balasan
30 Atasan Baru
31 masa lalu Chandra
32 masa lalu dan masalah baru
33 Menjauh
34 Pulang Kampung
35 SABAR
36 Keputusan
37 Sadar
38 Lamaran
39 Berkas Pernikahan
40 Hari H
41 Chandra Sakit
42 Akhirnyaaaa
43 Mulai Kerja
44 Pindah Rumah
45 Keseharian
46 pertama dalam rumah tangga
47 Cepat Berakhir
48 Dunia yang sibuk
49 Alasan Zara
50 Zara menang
51 mission completed
52 Chandra ngidam
53 Alasan Berhenti
54 Bayangan
55 Hari Resepsi
56 Kabar Baik
57 anak kurang ajar
58 ada ada saja
59 Panik dikit
60 Panik
61 Panik bersama
62 Welcome
63 Masih Naira
64 Begitu cepat
65 Hari beruntung Zaki
66 Zara dan Riko
67 Huru Hara lagi
68 Heboh
69 Pemberitahuan
70 Bab 1 Batas Takdir
71 Bab 2 Liburan
72 Bab 3 Liburan Hari ke 2
73 Bab 4 Tragedi
74 Bab 5 Ingatan
75 Bab 6 Hari pertama Kerja
76 Bab 7 Masih hari pertama
77 Bab 8 Bertemu secara langsung
78 Bab 9 Malam Mendebarkan
79 Bab 10 Kenangan Menyakitkan
80 Bab 11 Gosip
81 Bab 12 Gosip yang sama
82 Bab 13 Siapa mereka
83 Bab 14 Mencari Masalah
84 Bab 15 Pengakuan
85 Bab 16 Gosip Baru
86 Bab 17 Gosip Lagi
87 Bab 18 Salah Paham
88 Bab 19 Ketahuan
89 Bab 20 Masalah Selesai
90 Bab 21 satu per satu
91 Bab 22 Ramalan
92 Bab 23 Ingatan
93 Bab 24 Sila
94 Bab 25 Sandiwara
95 Bab 26 Satu Per Satu
96 Bab 27 Sandiwara Berlanjut
97 Bab 28 Khawatir
98 Bab 29 Amarah Tertahan
99 Bab 30 Akhirnya
100 Bab 31 Terbebas
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Senja di kampung halaman
2
Perjalanan
3
Hari Pertama
4
Sandra Again
5
Lagi-lagi Sandra
6
Hari Libur
7
Lebih dekat, lebih panas.
8
Resign
9
Kabar
10
Sakit
11
Huru Hara
12
Tante Celine
13
ketenangan sementara
14
tiba-tiba cuti
15
Penyesalan Sandra
16
Berjalan Selangkah
17
Habis Sandra, terbitlah Mita
18
Riko Galau
19
Bertemu tante Celine
20
Masa lalu dan masa sekarang
21
Zara bikin ulah
22
Awal dari Masalah
23
Tangisan Cia
24
bersama Chandra
25
Fitnah Baru
26
Naik Turun
27
Nasihat
28
semakin Gila
29
Balasan
30
Atasan Baru
31
masa lalu Chandra
32
masa lalu dan masalah baru
33
Menjauh
34
Pulang Kampung
35
SABAR
36
Keputusan
37
Sadar
38
Lamaran
39
Berkas Pernikahan
40
Hari H
41
Chandra Sakit
42
Akhirnyaaaa
43
Mulai Kerja
44
Pindah Rumah
45
Keseharian
46
pertama dalam rumah tangga
47
Cepat Berakhir
48
Dunia yang sibuk
49
Alasan Zara
50
Zara menang
51
mission completed
52
Chandra ngidam
53
Alasan Berhenti
54
Bayangan
55
Hari Resepsi
56
Kabar Baik
57
anak kurang ajar
58
ada ada saja
59
Panik dikit
60
Panik
61
Panik bersama
62
Welcome
63
Masih Naira
64
Begitu cepat
65
Hari beruntung Zaki
66
Zara dan Riko
67
Huru Hara lagi
68
Heboh
69
Pemberitahuan
70
Bab 1 Batas Takdir
71
Bab 2 Liburan
72
Bab 3 Liburan Hari ke 2
73
Bab 4 Tragedi
74
Bab 5 Ingatan
75
Bab 6 Hari pertama Kerja
76
Bab 7 Masih hari pertama
77
Bab 8 Bertemu secara langsung
78
Bab 9 Malam Mendebarkan
79
Bab 10 Kenangan Menyakitkan
80
Bab 11 Gosip
81
Bab 12 Gosip yang sama
82
Bab 13 Siapa mereka
83
Bab 14 Mencari Masalah
84
Bab 15 Pengakuan
85
Bab 16 Gosip Baru
86
Bab 17 Gosip Lagi
87
Bab 18 Salah Paham
88
Bab 19 Ketahuan
89
Bab 20 Masalah Selesai
90
Bab 21 satu per satu
91
Bab 22 Ramalan
92
Bab 23 Ingatan
93
Bab 24 Sila
94
Bab 25 Sandiwara
95
Bab 26 Satu Per Satu
96
Bab 27 Sandiwara Berlanjut
97
Bab 28 Khawatir
98
Bab 29 Amarah Tertahan
99
Bab 30 Akhirnya
100
Bab 31 Terbebas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!