Lagi-lagi Sandra

Ting.. Cia membaca pesan yang di kirimkan Nina padanya.

"Ci? Berangkat nanti ke rumah kakak dulu ya? Kakak tunggu"

Cia membuka pintu kamarnya untuk segera ke rumah Nina, sesuai pesan yang di kirimnya. Cia melihat batu besar tergeletak di depan pintu kamarnya, dia melihat pintunya yang tergores karena hantaman batu.

"Kok ya sempat sempatnya tuh orang nyari batu sebesar ini. Apalagi melemparnya dari bawah, kok kuat ya?" Cia heran dengan kelakuan Sandra.

Cia berjalan menuruni tangga, dan melihat mobil Sandra masih terparkir dengan cantik di halaman. Tanpa perduli, Cia berlari kecil ke arah gerbang samping, sebelum menutup gerbang Cia melihat Sandra keluar dari kamar yang berada di samping Cia. Dia menutup gerbang dengan cepat sebelum Sandra melihatnya.

"pantesan kuat, ternyata dia nginep di samping kamarku" ucap Cia pelan.

Saat melihat Nina keluar rumah, di antar oleh bu Ida dan Karamel yang berada di gendongannya. Cia pun berlari ke arah mereka.

"Selamat pagi Ibu, Kara, kak Nina!" sapa Cia dengan kaki yang masih berlari kecil menuju ke arah bu Ida.

Cia dan Nina berangkat setelah mencium tangan bu Ida dan pipi chubby Karamel. Selama perjalanan mereka bercerita kecil seperti biasanya, tapi Cia tak mengatakan apapun mengenai kejadian semalam kepada Nina. Biar itu menjadi urusannya dengan Sandra.

"Kamis besok kakak libur Ci, kamu hari jum'at kan?" tanya Nina memastikan saat mereka berjalan bersama ke arah ruang karyawan.

"Sepi dong nggak ada kakak. Mana aku libur barengan sama Sandra lagi. haaaah" Cia mengeluh karena hari liburnya.

"Sabar-sabar. Kayaknya kamu berjodoh banget sama Sandra dan Chandra ya" ucapan Nina yang tersenyum itu membuat Cia makin frustasi.

"istirahat bareng, libur bareng, shift bareng, kos juga sama. Masak nggak ada yang beda satupun" Cia mengelukan kenyataannya.

Setelah sampai di Restoran, mereka segera bersiap untuk menerima tamu.

"Selamat pagi, selamat datang di Resto jodoh" ucap seorang karyawan pria yang bertugas membuka dan menutup pintu untuk pengunjung itu.

Tugas para waiters akan berputar, Cia juga akan mendapat giliran untuk menyambut dan mengucapkan terima kasih pada para pengunjung di pintu itu.

"Permisi, silahkan Ibu Bapak" ucap Cia dengan tangan yang menyerahkan buku menu pada pelanggan dengan sopan.

"Bisa tolong rekomendasikan ikan yang enak nak?" tanya perempuan tua itu dengan senyum ramahnya.

"Bisa Ibu. Saya merekomendasikan ikan bakar kakap merah atau jika ingin yang berkuah bisa kakap merah asam pedas" tawar Cia dengam ramah dan sopan.

"tapi suami saya nggak bisa makan pedas" ucap sang ibu dengan bimbang.

"bisa bakar manis juga asam manis ibu. Bahkan kalau bakar hanya dengan bumbu kuning juga bisa" jelas Cia.

"yaudah kalau gitu masing- masing satu ya nak, gak usah pedas. Kalau bakarnya pakai kecap saja nggak apa" ucap sang ibu.

Setelah mencatat pesanan pasangan tua itu dan membaca ulang pesanannya untuk memastikan, Cia segera undur diri untuk menyerahkan pesanan ke arah dapur. Saat kembali dari dapur, Cia melewati tempat barista berada. Cia melihat Chandra yang sedang membuat kopi.

"tampannya cowok incaran Sandra." batin Cia dengan tatapan kagum.

Chandra menoleh saat merasa ada yang memperhatikannya. Dia tersenyum kecil saat melihat Cia berlari kecil setelah ketauan melihatnya dengan pandangan kagum.

"Musuhnya Sandra" ucap Chandra dengan tawa kecil di bibirnya.

"Siapa?" tanya pria di sampingnya.

Chandra menunjuk Cia dengan dagunya.

"anak baru itu? Kok berani sama Sandra?" heran pria.

"asal kamu tau aja ya. Dia berani duduk di atas kaki Sandra dengan sengaja pas istirahat kemarin Don" jawab Chandra yang kembali melanjutkan pekerjaannya membuat kopi.

"dengan kesadaran penuh juga, tuh anak tanya sama Nina, aku kaya atau enggak" Chandra masih ingat tiap kalimat yang keluar dari mulut Cia saat itu. Sedangkan pria bernama Doni itu menggeleng pelan.

"tubuh semungil itu berkelahi dengan Sandra yang tinggi kayak model tiang listrik. Ck ck" Doni berdecak pelan.

"aku suka kalau jam istirahat tiba karena bisa melihat Sandra dan Cia saling melempar tatapan tajam. Sandra dengan wajah judesnya, dan Cia dengan wajah kesalnya" Chandra berucap masih dengan senyum di bibirnya.

"Kasian Ciara tau. Riko yang cowok aja kasian, ini malah cewek. Tega banget kamu Chan" ucap Doni yang kasian dengan Ciara.

"Bayangin aja, selama bertahun tahun nggak ada yang berani sama Sandra bahkan Nina aja gak amu ada urusan. Lah ini anak baru udah maju aja. Mari nikmati pertunjukan ini kedepannya" Chandra berucap sambil menepuk pundak Doni.

Mereka melanjutkan pekerjaan mereka membuat minuman. Sedangkan Cia kembali berdiri di tempatnya dengan muka merah karena malu ketahuan mengagumi wajah tampan Chandra. Tak lama, Chandra kembali menatap Cia, dia mengedipkan satu matanya untuk menggoda Cia.

"gak ada salahnya menikmati wajah tampan. Nikmat tuhan mana yang kamu dustakan? Mubazir kalau nggak di lihat kan" bisik Cia pada dirinya sendiri. Meskipun malu, dia masih melirik Chandra.

"Mbaaak?" Cia segera berjalan ke arah perempuan muda yang memanggilnya.

"iya kak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Cia dengan sopan.

"aku nggak pesan puding kecil ini loh mbak. Kenapa bisa di anter ke sini ya? Jangan nambah-nambahin pesanan dong. Aku yang bayar kan jadi rugi nanti" tanya perempuan itu dengan kesal.

Cia menghela nafasnya pelan sebelum menjawab.

"maaf sebelumnya kak. Di Resto Jodoh ini tiap pengunjung menerima dessert berupa puding kecil untuk di nikmati setelah makan. Dan setiap hari kita membagikannya." Jelas Cia dengan lembut.

"Iya terima kasih mbak untuk penjelasannya" ucap perempuan yang lain. Sedangkan perempuan yang protes tadi hanya diam dan melengos begitu saja.

"Baik kalau begitu saya permisi. Silahkan di nikmati" ucap Cia yang setelahnya kembali ke tempatnya berdiri.

"Kenapa Ci?" tanya Nina.

"pengunjung baru kak. Tanya kenapa ada puding di atas mejanya" jelas Cia yang matanya masih bergerak melihat sekelilingnya.

"Masak mereka nggak bisa lihat tulisan sebesar itu sih" kesal Nina karena sering para pengunjung protes dengan puding gratis padahal sudah ada banner yang berdiri dengan tulisan puding gratis setiap hari.

"minim literasi kak" jawab Cia yang pandangannya bertemu dengan Sandra. Mereka saling menatap dengan aura permusuhan yang pekat.

Saat jam istirahat tiba, Cia segera berlari ke arah ruangan karyawan dan merebahkan dirinya di atas matras. Dia segera menutup matanya yang terasa berat karena ulah Sandra semalam.

Sandra masuk lebih dulu dan mendudukan dirinya di kursi. Senyum lebar sudah terpatri di bibirnya setelah melihat Cia tertidur di atas matras. Chandra yang baru memasuki ruangan segera duduk di kursi sebalah Sandra karena Cia yang sudah tertidur di tempatnya.

"Yah.. Gak seru Cia sudah tidur" batin Chandra.

Sandra menatap Chandra di sampingnya dengan senyum manis.

"Diam San". Ucap Chandra tajam sebelum Sandra mengeluarkan suaranya.

Sandra terdiam setelah mendengar ucapan tajam Chandra.

"Kenapa sih Chan? Padahal aku kan ingin mengobrol ringan saja agar nggak bosan" ucapan Sandra dengan nada halus itu mengganggu tidur Cia.

"Halus bener kek kain sutra, duh manisnya pasangan ini" Batin Cia yang merasa geli saat mendengar suara Sandra.

"Diem San, aku lagi pusing, pindah sana ke bawah sama anak baru itu" Usir Chandra.

"nggak mau. Kamu aja yang pindah sana" Sandra menolak dengan tegas.

Chandra berdiri dan berjalan ke arah Cia yang berbaring di sisi ujung matras dekat tembok. Chandra langsung duduk di samping tubuh Cia.

"Ngapain kamu duduk di sana?" tanya Sandra dengan menahan marah.

"kan kamu yang nyuruh aku pindah ke sini" jawab Chandra dengan Cuek.

"nggak bisa Yura, aku mau keluar dari sini" batin Cia yang tertekan.

Cia langsung bangkit dari tidurnya dan segera berlari keluar. Chandra yang berada di dekatnya cukup terkejut karena Cia tiba-tiba bangun dan berlari. Sandra mengikuti Cia keluar dari ruangan.

Cia duduk di kursi sebelah pintu karyawan keluar masuk.

"Seneng ya kamu di deketin sama Chandra?" ucapan sinis Sandra.

"udah sana masuk. Kan enak berduaan sama pujaan hati di sana. Bukannya bersyukur aku keluar malah ngikutin" Cia berucap dengan cuek. Dia ngantuk cukan pingin tidur.

"Awas ya, nggak lama juga kamu pasti keluar dari sini" Sandra berucap dengan senyum meremehkan.

"beberapa jam lagi juga aku bakalan keluar kok. Bahkan ini aku udah keluar loh" Cia sangat santai.

"kamu bakalan di pecat dari sini" bisik Sandra di telinga Cia.

"Kalau aku keluar dari sini. Paling gak kakak atau mas Chandra harus ikut aku keluar juga" tantang Cia lebih berani lagi.

"Berani kamu manggil Chandra mas hah?" ucap Sandra dengan berang, bahkan kakinya sudah menginjak salah satu kaki Cia.

"terus aku harus manggil mbak gitu?" tanya Cia dengan kaki yang bebas menendang kaki Sandra yang menginjaknya.

Sandra menginjak kaki Cia dengan keras sekali lagi sebelum berjalan kembali ke dalam ruangan karyawan.

"Gila tuh orang, untung sepatuku tebel jadi nggak begitu berasa injakannya. Duh sepatu baruku" gumam Cia dengan tangan yang mengelus sepatunya dengan tisu.

"Tahan banting kayaknya nih anak" Gumam Doni yang menyaksikan berdebatan Sandra dan Cia.

Doni mendengar semua dari dalam kamar mandi pria, dia mendengar karena pintu samping terbuka. Dan juga melihat dua perempuan itu berhadapan sebelum masuk kamar mandi. Istilahnya Doni menguping.

Cia menyandarkan punggungnya ke tembok yang berada di belakangnya. Pandangannya lurus ke depan menatap kosong mobil dan motor yang berada di parkiran.

"mau kamu membunuhku juga aku tak perduli Sandra" desis Cia pelan dengan mata yang di pejamkan perlahan.

Cia kembali membuka matanya dan sangat terkejut saat di sampingnya ada Chandra yang duduk dengan mata terpejam.

"Mas Chandra? Ngapain kamu di sini?" tanya Cia yabg langsung berdiri dari duduknya.

"menurutmu? Aku lagi berenang atau berbaring di sini?" tanya Chandra dengan malas.

"kenapa nggak bersuara sama sekali sih? Jangan-jangan setan yang berubah jadi mas Chandra" gumam Cia dengan ragu.

"haaah.. Mana ada setan di siang benderang kayak gini" Chandra mendorong pelan kening Cia dengan telunjuknya sebelum melangkahkan kakinya memasuki Restoran karena jam istirahat hampir habis. Cia iku masuk dan bertemu Nina di dalam.

"Tadi Doni bilang kalau kamu abis di bully sama Sandra. Mana yang sakit?" tanya Nina dengan khawatir.

"mana ada kak. Kita cuman adu mulut doang. Doni nih suka melebih lebihkan" kesal Cia.

"kamu harus hati-hati Ci. Sandra bisa sangat nekat" Nina tau semua hal yang di lakukan Sandra untuk membuat orang yang tak di sukainya keluar dari Restoran.

"kakak tenang aja. Aku gak semudah itu untuk di kalah in kok" tenang Cia dengan senyum lembutnya.

Nina merasa lega karena Cia cukup tegas dan berani, berbeda dengan karyawan yang keluar sebelumnya. Kecuali kasir yang keluar, cara Sandra membuatnya keluar membuat karyawan lain tak mau punya urusan dengannya. Sandra sangat licik.

"oh iya Ci, nanti kamu pulang bawa sepeda kakak ya? Soalnya kakak di jemput sama suami kakak nanti, mau ke rumah mertua soalnya besok kakak libur" ucap Nina.

"ok siap kak. Selamat bersenang senang" balas Cia dengan senang.

Mereka melanjutkan pekerjaan mereka dengan tenang dan santai. Sedangkan Sandra dengan muka kesalnya menatap Cia penuh dendam.

Saat jam pulang tiba, Nina pergi lebih dulu karena mas Rudi suaminya sudah menjemput. Cia langsung menuju parkiran untuk mengayuh sepeda Nina yang di bawahnya.

"Loh! Apa ini?" kaget Cia yang segera menghentikan kayuhannya.

"Kamu ngapain sih maaaaaaaas?" kesal Cia saat melihat Chandra, penyebab sepedanya yang tiba-tiba terasa berat. Chandra yang tiba-tiba naik di boncengan sepeda Cia, membuat sepedanya jadi goyang. Untung kaki panjang Chandra menahan sepedanya agar tidak jatuh.

"numpang, aku juga kos di tempat bu Ida, jadi sekalian bonceng aku mumpung Nina ikut suaminya" jawab Chandra enteng.

"nggak mau. Turun sana, numpang kak Sandra aja yang pakai mobil noh lebih adem" tunjuk Cia ke arah mobil Sandra.

"udah buruan Ci. Kamu yang nyetir aku yang ngayu, biar kayak anak jaman dulu" tawar Chandra.

"nggak mau iiiiih. Mas Chandra turun sana" Cia mendorong tubuh tinggi Chandra.

"Naik atau kita nggak bakalan pulang?" ancam Chandra yang membuat Cia langsung mengayuhkan sepedanya dengan susah payah karena Chandra sangat berat. Cia menghentikan sepedanya di tengah jalan yang membuat Chandra heran.

"mas Chandra yang bawa sepedanya. Aku duduk di belakang, capek tau mas. Gak sadar apa kalau mas tuh berat?" kesal Cia yang langsung turun dan pindah ke belakang setelah Chandra berdiri dan duduk di depan.

Tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara mereka sampai pandangan Cia tertuju pada mobil hitam di belakangnya.

"Mas? Pokoknya kalau ada apa- sama aku nanti kamu yang tanggung jawab" ucap Cia.

"emang aku ngapain kamu Ci? Tidur bareng aja nggak pernah, ini malah tanggung jawab segala" jawab Chandra dengan ringan.

"karena mas Chandra yang sok akrab kayak gini, jadi Sandra makin-makin dah nyari masalah sama aku" kesal Cia.

"kalian satu kos ya? Atau kamu mau pindah ke kamar kosku?" tawar Chandra.

"kalau bisa kak Sandra aja yang suruh pindah ke sana atau ke mana gitu biar kenyamananku nggak terancam" jawab Cia dengan malas.

"kamu tenang aja Ci. Kalau ada masalah sama kamu nanti pasti banyak yang berpihak sama kamu. Karena mereka semua sudah sangat kesal dengan Sandra" . Hibur Chandra.

"mau gak ada yang berpihak juga aku bodo amat. Selagi aku gak salah ngapain takut" Cia mengatakanya tanpa emosi.

Mereka kembali terdiam hingga sampai rumah bu Ida. Cia dan Chandra berpisah tanpa mengatakan apapun. Cia berjalan ke gerbang samping kanan sedang Chandra gerbang samping kiri tempat kos mereka berada.

Cia merebahkan tubuhnya tanpa mengganti baju ataupun melepas sepatunya. Tak lama Cia bangkit dari tidurnya untuk membersihkan tubuhnya. Dia berganti dengan baju tidur dan membuka laci kecil di samping almari bajunya. Dia mengambil obat yang tersimpan di sana untuk segera di minumnya. Tak lama kemudian Cia tertidur karena efek obat yang di minumnya.

.

.

...****************...

Episodes
1 Senja di kampung halaman
2 Perjalanan
3 Hari Pertama
4 Sandra Again
5 Lagi-lagi Sandra
6 Hari Libur
7 Lebih dekat, lebih panas.
8 Resign
9 Kabar
10 Sakit
11 Huru Hara
12 Tante Celine
13 ketenangan sementara
14 tiba-tiba cuti
15 Penyesalan Sandra
16 Berjalan Selangkah
17 Habis Sandra, terbitlah Mita
18 Riko Galau
19 Bertemu tante Celine
20 Masa lalu dan masa sekarang
21 Zara bikin ulah
22 Awal dari Masalah
23 Tangisan Cia
24 bersama Chandra
25 Fitnah Baru
26 Naik Turun
27 Nasihat
28 semakin Gila
29 Balasan
30 Atasan Baru
31 masa lalu Chandra
32 masa lalu dan masalah baru
33 Menjauh
34 Pulang Kampung
35 SABAR
36 Keputusan
37 Sadar
38 Lamaran
39 Berkas Pernikahan
40 Hari H
41 Chandra Sakit
42 Akhirnyaaaa
43 Mulai Kerja
44 Pindah Rumah
45 Keseharian
46 pertama dalam rumah tangga
47 Cepat Berakhir
48 Dunia yang sibuk
49 Alasan Zara
50 Zara menang
51 mission completed
52 Chandra ngidam
53 Alasan Berhenti
54 Bayangan
55 Hari Resepsi
56 Kabar Baik
57 anak kurang ajar
58 ada ada saja
59 Panik dikit
60 Panik
61 Panik bersama
62 Welcome
63 Masih Naira
64 Begitu cepat
65 Hari beruntung Zaki
66 Zara dan Riko
67 Huru Hara lagi
68 Heboh
69 Pemberitahuan
70 Bab 1 Batas Takdir
71 Bab 2 Liburan
72 Bab 3 Liburan Hari ke 2
73 Bab 4 Tragedi
74 Bab 5 Ingatan
75 Bab 6 Hari pertama Kerja
76 Bab 7 Masih hari pertama
77 Bab 8 Bertemu secara langsung
78 Bab 9 Malam Mendebarkan
79 Bab 10 Kenangan Menyakitkan
80 Bab 11 Gosip
81 Bab 12 Gosip yang sama
82 Bab 13 Siapa mereka
83 Bab 14 Mencari Masalah
84 Bab 15 Pengakuan
85 Bab 16 Gosip Baru
86 Bab 17 Gosip Lagi
87 Bab 18 Salah Paham
88 Bab 19 Ketahuan
89 Bab 20 Masalah Selesai
90 Bab 21 satu per satu
91 Bab 22 Ramalan
92 Bab 23 Ingatan
93 Bab 24 Sila
94 Bab 25 Sandiwara
95 Bab 26 Satu Per Satu
96 Bab 27 Sandiwara Berlanjut
97 Bab 28 Khawatir
98 Bab 29 Amarah Tertahan
99 Bab 30 Akhirnya
100 Bab 31 Terbebas
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Senja di kampung halaman
2
Perjalanan
3
Hari Pertama
4
Sandra Again
5
Lagi-lagi Sandra
6
Hari Libur
7
Lebih dekat, lebih panas.
8
Resign
9
Kabar
10
Sakit
11
Huru Hara
12
Tante Celine
13
ketenangan sementara
14
tiba-tiba cuti
15
Penyesalan Sandra
16
Berjalan Selangkah
17
Habis Sandra, terbitlah Mita
18
Riko Galau
19
Bertemu tante Celine
20
Masa lalu dan masa sekarang
21
Zara bikin ulah
22
Awal dari Masalah
23
Tangisan Cia
24
bersama Chandra
25
Fitnah Baru
26
Naik Turun
27
Nasihat
28
semakin Gila
29
Balasan
30
Atasan Baru
31
masa lalu Chandra
32
masa lalu dan masalah baru
33
Menjauh
34
Pulang Kampung
35
SABAR
36
Keputusan
37
Sadar
38
Lamaran
39
Berkas Pernikahan
40
Hari H
41
Chandra Sakit
42
Akhirnyaaaa
43
Mulai Kerja
44
Pindah Rumah
45
Keseharian
46
pertama dalam rumah tangga
47
Cepat Berakhir
48
Dunia yang sibuk
49
Alasan Zara
50
Zara menang
51
mission completed
52
Chandra ngidam
53
Alasan Berhenti
54
Bayangan
55
Hari Resepsi
56
Kabar Baik
57
anak kurang ajar
58
ada ada saja
59
Panik dikit
60
Panik
61
Panik bersama
62
Welcome
63
Masih Naira
64
Begitu cepat
65
Hari beruntung Zaki
66
Zara dan Riko
67
Huru Hara lagi
68
Heboh
69
Pemberitahuan
70
Bab 1 Batas Takdir
71
Bab 2 Liburan
72
Bab 3 Liburan Hari ke 2
73
Bab 4 Tragedi
74
Bab 5 Ingatan
75
Bab 6 Hari pertama Kerja
76
Bab 7 Masih hari pertama
77
Bab 8 Bertemu secara langsung
78
Bab 9 Malam Mendebarkan
79
Bab 10 Kenangan Menyakitkan
80
Bab 11 Gosip
81
Bab 12 Gosip yang sama
82
Bab 13 Siapa mereka
83
Bab 14 Mencari Masalah
84
Bab 15 Pengakuan
85
Bab 16 Gosip Baru
86
Bab 17 Gosip Lagi
87
Bab 18 Salah Paham
88
Bab 19 Ketahuan
89
Bab 20 Masalah Selesai
90
Bab 21 satu per satu
91
Bab 22 Ramalan
92
Bab 23 Ingatan
93
Bab 24 Sila
94
Bab 25 Sandiwara
95
Bab 26 Satu Per Satu
96
Bab 27 Sandiwara Berlanjut
97
Bab 28 Khawatir
98
Bab 29 Amarah Tertahan
99
Bab 30 Akhirnya
100
Bab 31 Terbebas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!