Di kampus, Ria juga tidak bisa fokus pada mata kuliah yang diikutinya. Sama halnya dengan Sandi, dia juga terus memikirkan pengakuan cintanya yang sangat tidak direncanakan itu. Ria terus merutuki kebodohannya sendiri yang begitu mudah kelepasan bicara dan tidak bisa mengendalikan mulutnya. Rasanya Ria ingin bersembunyi saja di dasar bumi dan menghilang saja. Sepertinya juga, dia tidak akan memiliki keberanian lagi untuk menunjukkan wajahnya di hadapan Sandi.
Padahal sebelumnya Ria sudah sempat memikirkan cara yang romantis untuk menyatakan perasaannya pada sang pujaan hati, bukan seperti tadi pagi. Tapi apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur dan semuanya sudah terlanjur. Harapannya hanya Sandi tidak akan membenci atau merasa risih dengan itu semua.
Seandainya bisa berharap lebih, Ria tentu saja ingin Sandi menerima cintanya. Sayangnya, sepertinya itu tidak mungkin. Terlihat sekali dari respon pria itu tadi yang hanya terdiam dengan wajah yang terkejut.
" Aakkhhh, seharusnya aku tidak mengatakannya pada Kak Sandi " teriak Ria secara tiba-tiba dan cukup keras.
Hal itu tentu saja membuat Ria menjadi pusat perhatian dari semua mahasiswa yang ada di kelas itu dan juga dosen. Ria benar-benar tidak sadar karena tidak fokus dan terus terpaku pada pikirannya tentang kejadian pagi tadi.
" Kamu kenapa sih, Ria? " tanya Aca, sahabat Ria yang duduk tepat di samping gadis itu.
Ria pun langsung tersadar dan kedua matanya langsung membulat karena mengingat hal bodoh yang baru saja dilakukannya. Gadis itu langsung menutup wajahnya yang sudah sangat memerah karena sangat malu, apalagi semua orang sedang menatap ke arahnya.
" Oh my God, Ria! Kamu benar-benar bodoh! Kamu sudah mempermalukan diri kamu sendiri! " rutuk Ria pada dirinya sendiri di dalam hati.
Jika sebelumnya Ria tidak memiliki keberanian lagi menunjukkan wajahnya pada Sandi, kini dia semakin tidak berani menunjukkan wajahnya pada semua orang. Malu, dia sangat-sangat malu dan tidak bisa menggambarkan betapa besar rasa malunya ini, sungguh malu luar biasa.
" Ria, apa-apaan kamu? Kenapa kamu teriak-teriak di saat mata kuliah saya sedang tidak berlangsung? Kamu tidak suka dengan mata kuliah saya? Iya? " bentak dosen yang memang terkenal sangat galak.
" Ti-tidak, Bu. Sa-ya reflek saja tadi, makanya tidak sengaja teriak " jawab Ria dengan cepat dan menggelengkan kepalanya.
Terpaksa Ria membuka kedua telapak tangannya dan memperlihatkan wajahnya yang merah. Tidak mungkin dia berbicara pada dosen dengan wajah tertutup seperti, terlihat sekali jika dirinya tidak sopan.
" Halah, banyak alasan kamu, Ria! Saya tahu kamu tidak suka pada saya dan mata kuliah saya. Sekarang kamu keluar dari kelas ini! Saya tidak mau mata kuliah saya terganggu karena kamu " usir dosen galak itu menunjukkan pintu keluar.
Mau tidak mau Ria pun bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari kelas itu. Melawan pun percuma karena dosen galak itu tidak akan pernah mau mendengarkannya, jadi lebih baik pergi saja. Terlebih lagi dia juga tidak bisa fokus pada mata kuliah yang sedang diajarkan itu.
" Lagian siapa juga yang suka sama dosen galak begitu sih. Hampir setiap mahasiswa di kampus ini juga tidak ada yang suka sama dia kali " gerutu Ria sembari terus berjalan meninggalkan kelas.
Saat ini, Ria sedang berkuliah di salah satu universitas negeri terbaik di Jakarta. Dia mengambil jurusan manajemen di fakultas Ekonomi dan Bisnis, kini sudah di tahun ketiga. Itu karena Ria memang lebih tertarik dengan itu dan memiliki impian untuk kerja di sebuah perusahaan besar, setidaknya perusahaan milik adik sang ibu dan keluarga kakak iparnya. Sangat berbeda dengan ayah dan kakak laki-lakinya yang memilih untuk menjadi seorang guru, ya meskipun sekarang kakaknya pun sudah memimpin dua perusahaan besar.
" Ah, ke kantin saja deh. Aku butuh sesuatu untuk menyegarkan kepala dan otakku " gumam Ria melangkah kakinya menuju kantin.
Beruntung di gedung fakultasnya tersedia kantin, sehingga Ria tidak perlu berjalan jauh-jauh. Mungkin sekitar lima menit saja berjalan kaki, Ria sudah sampai di kantin dan langsung mendidik tubuhnya di salah satu bangku kayu yang ada di sana. Suasana kantin masih cukup sepi dan hanya ada beberapa saja mahasiswa yang ada di sana.
" Bu, es jeruknya satu ya. Siomay Bandung juga satu porsi " ucap Ria memesan pada penjaga kantin.
" Baik, Neng " jawab penjaga kantin.
Sembari menunggu pesanannya datang, Ria mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Gadis itu membuka ruang pesannya bersama dengan Sandi yang sangat jarang dibalas. Sekalipun dibalas hanya membalas sapaannya atau mengucapkan terima kasih karena perhatian yang diberikannya.
" Apa Kak Sandi sudah memiliki kekasih ya? Tapi sepertinya tidak mungkin, buktinya selama setahun terakhir ini tidak ada perempuan yang dekat sama Kak Sandi. Kemungkinan yang paling besar itu Kak Sandi yang belum move on dari Kak Alya " gumam Ria menatap pesan yang sering dikirimkan pada Sandi.
" Huft, apa aku bisa membuat Kak Sandi cinta juga? Sekarang saja aku tidak tahu bagaimana caranya menunjukkan wajahku di hadapannya? Apa aku harus memasang wajah tebal saja dan tidak tahu malu? " lanjut Ria menghela napasnya panjang.
Tidak ingin semakin pusing dan kepalanya semakin panas, Ria memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya. Meski sebentar, Ria berusaha untuk tidak memikirkan Sandi dulu dan menenangkan pikirannya. Gadis itu merebahkan kepalanya di atas meja dan memilih untuk memejamkan kedua matanya sebentar.
Sekitar lima menit kemudian, terpaksa Ria harus membuka kedua matanya dan mengangkat kepalanya karena pesanannya sudah datang. Itu juga bertepatan dengan kedatangan kedua sahabat baiknya yang baru menyelesaikan mata kuliah mereka. Keduanya mendudukkan tubuh mereka di bangku yang berada tepat di depan Ria.
" Ria, kamu sebenarnya kenapa sih? Kenapa juga kamu tiba-tiba teriak begitu di kelas? " tanya Aca pada Ria.
" Iya Ria, mana kamu sebut nama Sandi-Sandi gitu " tambah Eman, sahabat Ria juga sekaligus kekasih Aca.
Hanya kedua orang itulah yang menjadi teman dekat Ria selama sejak awal masa perkuliahan. Awalnya mereka bertiga hanya berteman biasa, tapi sepertinya lama-kelamaan tumbuh benih-benih cinta di hati Eman dan Aca hingga akhirnya memilih untuk memiliki hubungan. Ria sama sekali tidak mempermasalahkan itu, lagipula Eman dan Aca juga tahu keadaan saat harus seperti teman atau dua orang memiliki hubungan spesial.
" Nanti saja tanya-nya. Sekarang aku sudah lapar dan haus, aku ingin makan dulu " jawab Ria yang enggan untuk bercerita di saat dirinya sedang butuh asupan.
Eman dan Aca pun menganggukkan kepala mereka mengerti. Keduanya juga segera memesan makan karena memang sudah lapar.
***
Eps pertama hari ini yaaa❤️
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut
2024-09-04
1