Krani mengingat ingatan di dalam tubuh Ratu Renggani bahwa Raja Paku bumi yang menyerangnya di malam hari juga memberinya peringatan. Dengan sebuah perhiasan yang memiliki ujung yang runcing, dia mengarahkannya tepat ke leher sang raja. Dia memperingatkan bahwa dia bisa melakukan tindakan yang raja lakukan padanya. Raja pun seketika diam membisu.
Ratu bersandar dengan damai di kursinya, setelah menyesuaikan diri dengan tubuh yang berbeda dengan kehidupannya di istana yang tidak dikenalnya. Renggana mendapat izin membangun pura guna melaksanakan ritual menurunkan hujan. Setelah memenangkan ibu suri Kribo dengan membuatkannya berbagai gaun yang sangat indah. Dia memasang senyum puas di wajahnya saat dia menikmati kesuksesannya. Berbeda sekali dengan penampilan santai Renggana, menunjukkan Raja Paku bumi mendekatinya dengan ekspresi dingin.
Renggana membalas tatapannya dengan tidak nyaman. Dia kemudian menemukan sesuatu yang tidak terduga di dekat jembatan, dan dia memegangnya dengan mulut terbuka karena terkejut. Menggali lebih dalam misteri seputar alasan mengapa Renggana di serang di Jembatan.
Sang ratu dan Raja mengalami perubahan setelah melihat lebih dalam motif masing-masing, dan alasan mengapa Renggana yang asli yang tertusuk pisau di jembatan akan terungkap. Dengan istana yang ramai saat semua orang memperdebatkan kebenaran di balik insiden tersebut, tindakan yang akan diambil Krani di dalam tubuh Renggana setelah mengetahui kebenaran akan membawa perubahan yang tidak terduga.
...----------------...
“Penjaga pendamping, aku melihat sikap sang ratu yang mengutarakan pernyataan bahwa dirinya tidak memihak klan Utara. Aku bahkan menyadari akibat perbuatan ku yang gelap mata hampir melenyapkan nyawa sang ratu.”
“Yang mulia raja. Mohon agar tidak terjebak dalam permainan sang ratu. Kita tidak boleh lupa bagaimana klan utara yang melakukan pembunuhan keluarga klan Selatan" ucapan sang penjaga benar-benar mengganggu pikiran sang raja.
Sang pendamping memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan. Dia tidak akan pernah melepaskan segala tingkah pola dan apapun hal yang di lakukan sang ratu. Di Tengah malam begini, sang ratu masih sibuk di dalam ruangan mercu ombo. Dia merancang gaun yang sangat indah dengan menggunakan bahan yang dia pesan dari sang dayang kribo.
“Untuk mendapatkan hati sang ibu suri. Kita lihat besok apakah dia akan menyukai gaun ini.”
“Huuhh lihat lah sang ratu berbicara sendiri” gumam wanita yang berambut pendek.
Dia menghampiri sang ratu, memperhatikan hasil gaun buatannya. Manik mata berbintang yang tidak bisa di tutupi. Membulatkan kan rahang berbentuk huruf O besar. Dia Kembali normal sedia kala karena mendapat tepukan dari belakang. Dua anggota sang ketua penjahit membisikkan sosok sang ratu di hadapannya.
“Ohh! Salam kami yang mulia!”
“Ya, lanjutkan saja pekerjaan kalian.”
“Ratu, hanya para penjahit pilihan ibu suri yang di perbolehkan memasuki ruangan ini.”
“Hahh? Kau mau mengatakan silahkan kau ratu untuk pergi dari sini?”
“Ampun ratu! Kami tidak berani mengusir anda..” teriak ketiganya menekuk lutut.
Pintu yang terbuka itu membawa beberapa gaun yang tidak di terima sang ibu suri. Malam telah berganti, dua dayang yang paling setia menemani sang ratu tertidur sementara sang ratu sibuk menyelesaikan aksesoris pada gaun.
Matahari terbit dari ufuk timur, di alam lain yang di tempati Krani dalam tubuh ratu Renggana mengubah takdirnya. Dia membalut dua ujung jarinya yang tertusuk jarum. Gaun telah selesai di tutupi kain berwarna hitam.
Di dalam istana sang ibu suri.
“Yang mulia ibu suri! Hamba membawakan gaun yang di jahit sendiri oleh ratu.”
Sang dayang pendamping sang ratu menunjukkannya. Alangkah terkejutnya ibu suri melihat gaunnya di tutupi kain hitam. Dia menarik penutup, menyaksikan kilauan gaun yang terpancar sampai dia sangat mengaguminya. Mencoba gaun yang sangat indah, san ibu suri menari-nari di depan kaca.
Berselang dua jam berlalu, sang ibu suri menemui sang ratu. Dia memasang wajah yang sangat serius. Bergegas memasuki ruangan sang ratu, dia menggenggam kedua tangannya sembari mengucapkan terimakasih.
Hadiah atas pencapaian sang ratu di berikan sang ibu suri sebuah ijin mengabulkan permintaannya. Apalagi jika tidak untuk membangun Kembali sebuah jembatan? Keinginan sang ratu segera di kabulkan.
Pembangunan jembatan harus di laksanakan secepatnya. Sang ratu memikirkan cara kedua, dia harus mengetahui cara ritual pemanggil hujan. Memasuki wilayah pura atau membangun sebuah pura bukan lah hal yang mudah. Dia bertekad bekerja sekeras sekuat tenaga guna segera Kembali ke alamnya. Namun, siapa yang mengira kejadian di hari itu terdapat sebuah pukulan tersakit di hatinya. Walau dia tidak mencintai sang raja, dia merasakan kesedihan teramat dalam melihat sang raja meminta sang ibu suri mencambuk sang raja menggantikan selir nah.
Semua orang melihat, siapa sangka sang ratu berlari mendekati cambukan yang tertuju ke tubuh sang raja? Baass____ “Arghh!” sang ratu meringis kesakitan.
“Apa yang kau lakukan ratu? Apakah kau mau mengubah jalan pikiran semua orang yang semula berpendapat jika selir nah tidak bersalah? Dia terbukti ingin membunuh mu di jembatan itu”
“Ibu suri, selir nah tidak bersalah. Beri ampunan padanya, aku lah yang__”
“Diam! Aku tidak mau kau mengasihani wanita rendahan seperti dia!” teriak sang ibu suri.
Tiba-tiba sang ratu merasakan sakit kepala yang tidak tertahankan hingga dia jatuh pingsan. Selir Nah ikut tidak sadarkan diri, tapi sang raja malah mengangkat tubuh sang selir. Galih yang melihatnya sangat marah, dia mengangkat tubuh sang ratu dengan menatap tajam wajah sang raja.
“Beginikah penderitaan yang kau dapat di istana? Aku tidak akan memaafkan si brengsek Paku bumi!” gumamnya.
Galih sangat khawatir, dia berdiri menunggu sang ratu di depan ruangan kebesaran. Matahari telah terbit, sang ratu Kembali menjalani pengobatan sementara galih menitipkan dirinya pada dayang pendamping dan dayang Kribo.
Di siang hari sang ratu terbangun dengan nafas tersengal-sengal. Dia teringat jembatan yang segera harus di selesaikan. Dia mengabaikan ucapan sang dayang pendamping untuk tetap beristirahat. Hingga Ketika membuka pintu, dia membentur tubuh sang raja.
Dayang yang ketakutan meminta ijin keluar. Ratu menatap sang raja penuh amarah dia membalikkan tubuh sambil melipat kedua tangan.
“Ratu ku, bagaimana keadaan mu?”
“Enyah lah kau dari hadapan ku!” bentak sang ratu.
Sang raja yang hendak menyentuh tangannya di tepis sampai tubuh sang raja di dorong keluar.
“Baiklah, aku akan menemui mu lagi nanti."
“Jangan pernah kau perlihatkan wajah mu lagi sebelum kau berlutut meminta maaf di hadapan ku!”
Prakkk___ Lemparan riasan Kep rambut yang terbuat dari guci sedikit lagi mengenai kepala sang raja. Para dayang yang berada di luar melihat sangat terkejut. Dayang Kribo melotot menahan sekujur tubuhnya yang gemetaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
pgri
✔️
2024-09-05
0
pgri
mendarat
2024-09-04
0
anak emak🧚♀️
wajah ratu Renggana mengalihkan duniaku
2024-09-04
0