Enggar terpana. Wajah cantik yang baru datang itu tidak asing baginya, namun memorinya begitu lama mengingat siapa gadis itu.
"Tara?" Akhirnya ia menyadari betapa ia merindukan sosok yang pernah begitu dekat dengannya.
"Tara? Itu Tara Asmara?" Salah seorang dari mereka menimpali.
"Assalamualaikum warahmatullah..." Ucap gadis yang mereka sebut Tara Asmara, mantan pacar Enggar yang menjadi perbincangan mereka di beberapa menit yang lalu.
"Wa'alaikum salam..." Jawab mereka bersamaan.
Tara menyapa semua yang ada sambil mengatupkan kedua tangannya di dada. "Maaf, saya terlambat..."
"Tidak apa-apa, Tar, belum terlambat kok... Acaranya baru saja akan dimulai..." Sahut salah seorang temannya yang perempuan.
"Apa kabar, Tara? Lama tidak bertemu. Kamu semakin cantik saja, ya... Kuliah dimana?" Tanya temannya yang lain dengan rentetan.
"Alhamdulillah baik, terima kasih, Ike... Kamu juga semakin cantik..." Jawab Tara singkat sembari tersenyum, lalu tiba-tiba Dandi menghampiri dirinya.
"Lo beneran Tara si cupu, kan?" Tanya Dandi yang dari awal kedatangan Tara ikut terpana dan merasa tak percaya.
"Nggak ada yang berubah dari aku kok, Dan... Aku masih sama, cuma nggak pakai kacamata saja..." Jawab Tara menepis keraguan Dandi.
"Apa kabar, Tar?" Dandi menyodorkan tangannya, bahkan ia mengabaikan Dona yang cemberut di sampingnya.
"Baik..." Tara hanya mengatupkan kedua tangannya, dan Dandi menarik tangannya kembali dengan raut kecewa. "Aku permisi kesana, Dan..."
"Eh, Tar, tunggu..." Ucap Dandi menahan langkah Tara.
"Kenapa, Dan?"
"Lo, sendirian?"
"Nggak, bareng teman..."
"Mana? Dari tadi Lo sendirian..." Dandi berusaha merapatkan dirinya ke Tara.
Gadis itu terlihat risih. Dia ingat betul lelaki jahat satu ini, yang dulunya selalu bully dirinya di sekolah.
"Kak Anjas!" Tara melambaikan tangannya kearah seorang lelaki muda yang celingukan ketika baru saja memasuki ruangan itu, lalu lelaki itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya seraya mendekati Tara.
"Kenalin, Kak, ini teman sekolahku, namanya Dandi..." Ucap Tara begitu lega akan kedatangan lelaki itu.
"Anjas..." Lelaki bersama Tara menyodorkan tangannya ke hadapan Dandi, kemudian disambut dengan sombong oleh Dandi sembari sedikit meremas tangan Anjas.
Tara melihat tingkah Dandi dan raut tidak nyaman Anjas ketika bersalaman dengan temannya itu. Ia segera menarik lengan Anjas yang masih dijabat Dandi. "Sorry, Dan, kita ke sana dulu..."
"Adakah dia disini? Atau dia adalah Dandi?" Bisik Anjas ke telinga Tara ketika mereka telah menjauh dari Dandi.
"Siapa?" Tanya Tara bersikap acuh.
"Lelaki yang membuat kamu menutup hati untuk aku atau siapapun pria yang mencoba mendekati kamu..." Jelas Anjas terang-terangan.
"Tidak ada siapapun, Kak... Aku rasa belum saatnya saja. Aku baru dua puluh dua tahun, masih muda, bukan? Masih banyak hal yang ingin aku perbaiki dalam diri aku..." Tutur Tara berusaha menepis perasaannya yang hampir terbawa suasana oleh pertanyaan Anjas, apalagi ia sadar betul Enggar tak henti-henti menatapnya dari minibar yang tak jauh dari posisinya.
"Hai, Tar..."
"Hai juga, Rani... Apa kabar...?" Tara menyambut tangan gadis yang menyapanya dengan sumringah, lalu cipika-cipiki.
"Alhamdulillah, Baik... Sejak lulus sekolah, kamu tidak pernah terlihat, kemana saja?"
"Aku kuliah Fashion Designer di Universitas Harapan Bangsa, dan Una ikut pindah ke sana. Makanya aku tidak pernah sempat ikut reunian, Ran... Jauh, lagian rumah disini juga sudah dijual..." Tutur Tara menjelaskan.
"Terus, ini siapa?" Tanya Rani sambil melirik Anjas malu-malu.
"Oh, kenalin, ini kak Anjas... Kak Anjas, ini Rani..."
"Halo, Rani..." Anjas mengulurkan tangannya ke hadapan Rani
"Hai, Kak Anjas..." Rani menyambut tangan Anjas dengan Riang.
"Pacar kamu, Tar? Atau kalian sudah menikah?"
"Teman, Ran... Beliau ini dokter di rumah sakit Nagoya. Kebetulan kami bertemu beberapa bulan lalu, dan akhirnya menjadi akrab..."
"Jangan terlalu lama digantung, Tar, nanti dicolong tetangga..." Guyon Rani mencoba menggoda Tara.
"Kamu bisa aja, Ran..." Tara mencoba terkekeh menanggapi guyonan temannya itu. "Bareng siapa kesini?"
"Sendiri, maklum masih jomblo..."
Tara menatap wajah Rani begitu dalam, lalu menghela napas panjang. "Terima kasih sudah menjadi teman aku yang baik selama di sekolah dulu, Ran... Aku bersyukur ada kamu..."
"Apa sih, Tar...?" Rani terkesiap merasa ada yang janggal dengan ucapan Tara.
"Ini loh, Kak... Teman sekolahku yang pernah aku ceritakan..." Tara mengalihkan pembicaraan mereka, dan Anjas menganggukkan kepalanya.
"Kalian pernah menjadikan namaku sebagai topik pembicaraan?" Tanya Rani tak percaya.
"Cuma ngobrol biasa, Ran... Kak Anjas senang mendengar tentang kamu, karena kamu adalah teman terbaik aku..."
.
.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Asri
slow 😁
2024-09-04
1
Mira Hastati
jodohnya ka anjas sama rani
2024-08-31
1