Keseruan hari ini

" Fi... Tadi Arkan di rumah mommy?" tanya Rangga dan mendapat Anggukan dari ku.

" Nanti kita ajak Arkan jalan jalan ya, udah lama gak ajak dia main main" pintaku dan mendapat anggukan dari Rangga.

Aku sangat senang, dan mempercepat kecepatan makan ku, aku sudah tak sabar menagih janji dari Rangga untuk mengajak Arkan jalan jalan.

Aku sudah menghabiskan makanan ku, begitu juga dengan Rangga.

" Tunggu biar gue cuci piring nya dulu" Pinta Rangga ingin beranjak pergi, aku segera menarik nya dan menyuruhnya duduk kembali.

" udah biar gue aja biar cepat, lu beres beres aja" ucap ku dan dengan kilat ke dapur untuk mencuci piring tersebut.

Setelah beberapa menit aku segera menghampiri Rangga, yang sedang bermain ponsel.

" Ayukk..." Ajak ku semangat, aku mengambil tas selempang ku, dan berjalan keluar apartemen. Rangga berjalan di belakang ku ia segera menutup pintu apartemen ku. Ia juga memiliki akses untuk keluar masuk apartemen tersebut .

                           -------------------------

 Sesampainya di rumah keluarga besar QAYWERIS. Aku disambut hangat oleh keluarga Rangga, apalagi bocil berumur 4 tahun yang langsung menghambur memeluk ku. Aku segera berjongkok dan merentangkan kedua tangan ku dan memeluk tubuh yang mungil. Aku segera menggendong tubuh mungil tersebut dan menyalami Tante, Om dan mbak Dain.

" Kalian ini dari mana?" Tanya mbak Dain

" habis makan siang mbak " Jawab ku sambil melempar senyum manis ku.

Tiba tiba Rangga menarik tangan ku, aku segera permisi dan mengikuti langkah Rangga menuju Ke dalam rumah.

" lu ngapain narik narik gue, gue belum selesai bicara sama yang lain. Gak sopan tau!!" protes ku kesal

" aduh... Kalian ini akur dikit langsung ribut" Sindir mbak Dain, aku langsung melirik tajam ke arah Rangga.

" Mbak..., aku izin bawah Arkan jalan jalan boleh gak?" tanya ku, aku tak pernah izin kepada mbak Dain biasanya Rangga atau Arkan sendiri nya yang meminta izin.

Rasanya, jantung berdegup kencang aku meminta izin secara langsung seperti ini bukan tanpa alasan, melainkan karena rindu yang memburu ku... Yah, Arkan baru datang dari luar kota 5 hari yang lalu saat mbak Dain ada urusan perusahaan.

" boleh..., bawa aja" Jawab mbak Dain santai aku bernafas lega...

Tiba tiba Arkan berteriak senang, aku dapat melihat wajah Antusiasme dari wajah anak itu.

kami pergi menuju mobil, sesampainya di mobil aku menempatkan Arkan di pangkuanku.

" yakin lu kuat mangku Arkan?" tanya Rangga remeh, aku hanya mengangguk sambil menatap wajah Arkan senang. Tak peduli, dengan wajah Rangga sekarang.

"cisss...." kami ber tiga sedang selfie di dalam mobil tersebut.

" Alkan mau main Timezone" celetuk Arkan dan di setujui oleh aku dan Rangga.

Sesampainya di tempat yang dituju, Arkan langsung mengambil ahli permainan basket. Rangga membuka jas nya dan aku memegang jas tersebut, ia menggulung lengan panjang kemeja nya. Rangga tampak menikmati permainan nya, tak lupa mengabadikan momen tersebut, aku memotret mereka berdua. Tak sampai disitu, Arkan dan Rangga mengambil ahli permainan lainnya.

"Aunty, Ayut main mecin apit... Uncle Langga belum bisa ambil boneta di dalam citu "pinta Arkan cadel, aku tertawa saat mendengar anak itu berbicara dan menarik tanganku.

"itu Uncle, nda bisa ambil boneta titus nah" ucap Arkan menunjuk Rangga, aku tersenyum mengejek Rangga yang tak bisa mengambil boneka tersebut.

" gimana Uncle gak bisa ambil, kamu minta nya yang susah" ucap Rangga membela diri.

" pantes uncle kamu gak bisa ambil boneka nya, orang om kamu takut tikus haha..." ejek ku sambil terkekeh kecil melihat wajah Rangga.

Aku mengambil ahli mesin capit tersebut, dengan ketelitian yang tinggi aku mulai melakukan permainan, pertama kali aku gagal, kedua kali juga sampai ke empat kali dimana titik ingin menyerah. Tapi, di percobaan terakhir aku berhasil mengambil boneka yang di inginkan Arkan, aku bernafas lega saat melihat senyuman Arkan. Rangga mengotak katik handphone nya, aku tahu ia tadi sedang memotret ku. Tak ingin ambil pusing aku segera mengajak makan, merek berdua juga sudah lelah bermain dengan semangat yang menguras tenaga. Kami menuju Restauran Jepang yang terdekat di arena Timezone tersebut.

"Aaahh..." aku menyuapi Arkan untuk makan. Aku tersenyum setiap kali ia tertawa, aku mencubit pipi bakpao milik Arkan, aku yang sadar bahwa Rangga memotret ku sedari tadi, menatap tajam ke arahnya... Secara bersamaan Arkan juga menatapnya tajam, kerena mengganggu konsentrasi nya makan. Aku tertawa melihat hasil potret yang tak sengaja ini. Begitu lucu, apalagi setelah melihat wajah Rangga yang kaget melihat kekompakan ku dengan Arkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!