Pemakaman Antonius Sanjaya begitu ramai dihadiri para kolega, sahabat dan keluarga Sanjaya.
Banyak kolega Antonius Sanjaya dari kalangan pebisnis dan pejabat yang tergabung dalam organisasi besar, baik dari Ultimo Re maupun Pravitel' Vselennoy, ikut merasakan duka yang mendalam.
"Kasihan, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Udah perusahaan Sanjaya bangkrut, sekarang pak Antonius Sanjaya memilih meninggalkan semua dengan cara seperti ini."
Terdengar bisikan para peziarah yang datang untuk memberikan Belasungkawa sekaligus bergosip.
"Itu anaknya bukan sih yang hamil di luar nikah?" tanya seorang wanita yang berdandan ala ibu-ibu sosialita.
"Iya si Tasya… Tasya itu. Duh, untung anak mu tidak jadi sama dia ya, Jenk. Bisa ikut ketimpa hutang orang tuanya," cibir wanita yang rambutnya disasak macam puncak tugu Monas.
"Husssttt… gak baik menyinggung orang yang sudah meninggal apalagi menjelekkannya di depan keluarganya. Kasian kalau mereka dengar, sakit hati nanti."
"Siap Umi Ustadzah!" ucap kompak teman-temannya.
Tasya memilih berdiam diri di kamar bayinya sambil menggendong Princess. ASI-nya tidak keluar deras, menyebabkan Princess tidak henti-hentinya menangis.
"Tas, kamu cepet turun deh! Di bawah banyak tamu. Ada orang tua aku juga. Jangan di kamar terus!" bentak Lukas, saat memasuki kamar Princess sambil menuntun Prince di tangan kirinya.
Tasya mengangguk lemah lalu meletakkan Princess di box nya kembali. Ia mengikuti langkah sang suami yang berjalan lebih dahulu di depannya.
Baru juga Tasya menuruni tangga. Tiba-tiba saja dirinya dihampiri petugas Debt kolektor dari Bank ternama di negara ini. Serta para polisi di sisi kanan kiri petugas itu.
Ternyata mereka sudah sejak tadi memasuki kediaman Sanjaya dan sepertinya menanti kehadiran sang pewaris Sanjaya. Eleanor Tasya Sanjaya.
"Selamat pagi!” sapa seorang Debt kolektor yang mengenakan seragam rapi lengkap dengan dasi dan sepatu pantofel nya.
"Iya pagi..." jawab Tasya lemah.
"Saya Mario dari Bank Negara, ingin bertemu dengan Bapak Antonius Sanjaya."
'Ini petugasnya rabun apa buta ya? Apa masuk ke sini nggak liat karangan bunga di depan?' batin Tasya kesal.
"Maaf Pak, tapi papi saya sudah meninggal kemarin. Baru saja kami pulang dari pemakamannya hari ini."
Salah satu Debt kolektor mendekati Tasya.
"Lalu bagaimana dengan hutang Bapak Antonius? Sisa pokok hutangnya masih 18 Milyar, kami dengar Sanjaya Group yang dipimpin bapak Antonius bangkrut, apa itu bener?”
Mendengar itu sontak saja Tasya menoleh pada suaminya. "Apa kamu tau perihal ini, Luke?"
"....."
"Jawab Luke! Apa kamu tau jika perusahaan papi bangkrut? Sejak kapan? Kenapa gak ada yang cerita ke aku, baik kamu ataupun papi. Kalau kamu gak bisa handle Sanjaya hingga bangkrut, aku bisa --"
"Kamu pikir bangkrutnya Sanjaya Group karena ulah ku? Karena aku gak becus mengurus Sanjaya?" ucap Lukas menyela ucapan Tasya. Dirinya tidak terima di sudutkan.
"Kamu yang diberikan kepercayaan oleh papi untuk menjadi Direktur Finance, Lukas! Seharusnya kamu tau perihal ini. Atau minimal kamu tau kalau perusahaan akan goyang. Kita bisa rundingkan ini sama-sama dan mencari jalan keluarnya!" balas Tasya.
Ibu Lukas -- Lisa, menghampiri pasangan suami istri yang sedang berdebat sehingga menjadi perbincangan para tamu yang sedang datang melayat.
"Tasya, tidak pantas kamu menyudutkan suami mu di depan orang banyak. Lagi pula itu 'kan, perusahaan papi kamu. Mengapa kamu menyalahkan anak saya atas kegagalan perusahaan papi kamu?"
"Tasya tidak menyudutkan Lukas, Mam. Tasya hanya bingung kenapa Lukas menutupi ini semua dari Tasya."
Lukas mengusap wajahnya dengan kasar. "Karena selama perusahaan mengalami collapse, kamu sedang hamil. Mana mungkin aku kasih kamu beban pikiran seperti itu, Sya!"
"Mohon maaf, kami tidak ikut campur dengan masalah yang kalian hadapi saat ini. Kami hanya butuh kepastian dari anda, Nyonya Tasya Eleanor Sanjaya. Selaku pewaris dari Bapak Antonius Sanjaya, untuk membayarkan hutang yang Bapak Antonius Sanjaya ajukan."
"Berapa waktu yang saya miliki untuk melunasinya, Pak?" tanya Tasya dengan nada lirih.
"Jika anda tidak dapat melunasi dalam waktu 3 bulan, maka semua aset anda dan Bapak Antonius Sanjaya, akan kami sita.”
“Baik Pak, akan kami usahakan," ucap Tasya mengalah.
“Kalau begitu kami permisi,"
Tubuh Tasya merinding, ia segera menaiki tangga. Tidak peduli lagi tatap dari para tamu yang melayat ataupun orang tua Lukas.
Tasya sudah tidak mampu lagi berdiri dan menampilkan wajahnya di muka umum.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Brak…!
Sebuah dokumen dalam satu binder besar, terlempar di meja Alexander.
Dimitri Melviano -- Ayah Alexander sekaligus Founder dan Presiden Direktur dari Melviano Corp, menatap Alexander dengan wajah marahnya.
"Selama menjadi CEO Melviano, kamu semakin tidak becus, Xander! Kamu niat kerja untuk membangun Melviano atau ingin membuat Melviano bangkrut seperti teman kamu si Lukas itu yang bikin perusahaan Ayah mertuanya bangkrut!"
"...."
"Kamu mau Daddy kamu ini mati gantung diri seperti Anton Sanjaya karena kebodohan kamu, Xander?"
"....” Alexander masih terdiam mendengarkan Dimitri memarahinya.
"Berhenti nongkrong tidak jelas dengan geng begajulan kamu itu. Kamu sudah tua dan bukan anak ABG lagi. Bahkan kini kamu sudah menjadi duda. Apa kamu tidak malu masih keluyuran, mabok teler di club tidak jelas ?"
"...."
"Tuhan… ambil saja begajulan satu ini. Dia beban keluarga, Tuhan!"
Alexander berdiri menyamai langka Dimitri yang berdiri di depan mejanya.
"Jangan bicara begitu dong, Dad. Ucapan adalah doa. Daddy mau kalau doa Daddy didengar malaikat, disampaikan pada Tuhan dan langsung dikabulkan oleh Tuhan?" Alexander menjawab dengan wajah santainya.
Dimitri memutar bola matanya dan melotot tajam pada anak semata wayangnya itu.
"Sepertinya saya harus memaksa Lexa untuk menambah anak. Supaya ada yang bisa menggantikan kamu. Otak kamu sudah benar-benar mengkhawatirkan, Xander!"
"Hey… jangan mendahului aku, Dad. aku saja belum memiliki bayi. Masa iya mau keduluan Daddy dan mommy. Gak lucu, usia segini aku harus punya adik lagi!" Tentu saja kalimat terakhir hanya bisa diucapkan dalam hatinya.
"Makanya kamu carilah perempuan yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Andai saja anak Sanjaya tidak menikah dengan anak Imanuel, sudah saya jodohkan kamu dengan dia!"
Lagi-lagi Alexander harus mendengar ucapan itu keluar dari mulut ayahnya ketika pria itu sedang kesal dengannya. Alexander hanya diam tidak membantah.
"Lima tahun kamu menikah dengan Bianca tidak menghasilkan apapun. Hanya tumpukan hutang yang kamu terima setelah bercerai karena hobi gilanya yang gemar berbelanja!" lanjut Dimitri.
"Ya sudah jika itu keinginan Daddy, Xander akan menunggu jandanya!" goda Alexander sambil tertawa.
Dimitri menatap kesal pada putranya. "Memangnya kamu mau bekas teman mu itu?"
"Hahaha… nggak mau juga sih! Ya udah sana Daddy balik ke ruangan Daddy. Xander mau lanjut kerja!"
“Bisa-bisanya aku diusir di perusahaan ku sendiri oleh anak durhaka ini!” ucap Dimitri kesal lalu meninggalkan Alexander.
Alexander menatap dokumen yang diberikan oleh Dimitri. Pada laporan dari direktur keuangan, ada nominal fantastis yang keluar untuk keperluan produksi. Hal itu membuat biaya yang lainnya membengkak.
"Gak bisa begini terus, bisa-bisa bulan depan gue nggak bisa gaji karyawan. Ahhhhh… anj-- makin banyak aja tikus di kantor ini!" Umpat Alexander kesal.
Alexander menghubungi direktur personalia untuk mengadakan meeting dadakan sore hari itu juga.
Ada beberapa hal penting yang harus mereka bahas mengenai biaya produksi dan biaya operasional perusahaan yang tiba-tiba membengkak.
Semua yang berada di dalam ruang rapat khusus jajaran direktur dan manager, terdiam dengan wajah mereka yang pucat pasi.
Pasalnya setelah ini, pasti akan ada mutasi atau hal terburuknya adalah pemecatan besar-besaran. Seperti perusahaan Sanjaya yang bekerja sama dengan Perusahaan Melviano.
Dan benar saja. Setelah berakhirnya rapat. Direktur Personalia mengirimkan email kepada semua divisi untuk memberitahukan, siapa-siapa saja karyawan yang akan dimutasi dan dipecat.
Terjadilah kehebohan di Rest Room saat mereka mengecek email melalui ponsel mereka masing-masing. Ketegangan bak sedang uji nyali di pemakaman pun sedang mereka rasakan.
Ada yang berdecak kesal karena mutasi, ada yang menangis karena harus di-PHK dan ada beberapa yang tersenyum senang karena naik pangkat.
"Anjirrr-- mana gue masih ada cicilan rumah! Gimana dong ini?" ucap salah satu karyawan di divisi pemasaran yang mendapat email pemecatan pada dirinya.
"Gu--gue di mutasi ke kota Y. Di sana kan, UMR nya kecil. Mana gue mau nikah tiga bulan lagi. Bagaimana ini?"
"Gue denger, Imanuel grup lagi buka lowongan. Buat di head office. Kalian apply aja di Imanuel.career.com. Gue Minggu kemarin udah apply dan besok interview," ucap salah seorang karyawan perempuan berambut ombre golden brown.
"Serius San? Gue apply sekarang ahhh, kali aja diterima."
"Pasti diterima. Apalagi kita dari Melviano Corp. Walaupun gak diterima, lo bisa apply di Ludra Indonesia. Di sana juga lagi buka lowongan."
Perempuan bernama Sandra itu tersenyum sinis sambil memainkan ponselnya untuk mengetikkan sesuatu.
Sandra: Done
+62821xxxx: Thx. No Rek belum berubah, 'kan?
Sandra: Belum Mr.
"O-iya San, lo dipecat juga dari Melviano?" tanya lelaki yang memakai lanyard bertuliskan nama Bara.
"Gu-- gue dimutasi ke pusat Bar, tapi kayaknya gue mau ngajuin resign deh. Lo tau 'kan, jarak kantor pusat ke kost-an gue jauhnya kayak apa?!"
Bara hanya mengangguk dan meninggalkan Sandra yang sedang senang dalam hatinya. Karena dirinya bisa naik pangkat berkat bantuan seseorang di Melviano.
...(ノ°_o)ノ to be continue ノ( ͡° ͜ʖ ͡°ノ)...
...Jangan lupa untuk klik like, vote dan subscribe, Majikanku. Follow aku agar kalian mendapatkan update terbaru dari cerita yang aku buat....
...Yang ngintip gak ngasih like dan ulasan bintang...
...5 🌟, aku slepet ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Katty miaw
ya Allah julid nya /Sob/
2025-02-18
1
Jack the rapper
orang tua akan selalu berpihak pada anak kandungnya. meskipun tau jika anaknya salah
2024-11-15
0
Casillas Marko
🌹 untuk author agar semangat up
2024-09-16
1