2023
Prang!
Prang!
Prang!
"Arrrgghhh... really Alex. I can't be with you anymore, It's over!”
Seorang lelaki berjalan setengah berlari mengejar wanita yang tadi meneriakinya, tepat di depan wajahnya.
Dengan wajah yang berantakan dan setengah mabuk, lelaki itu kembali berteriak di depan wajah wanita yang memiliki darah blasteran Asia Selatan.
"Are you kidding me? What's wrong with me, Bianca? Lo bilang apa? It's over? Baji ngan lo!"
Tidak terima dihina sedemikian rupa, wanita itu membalas, "Kau yang baji ngan, Alex!"
Nafas wanita itu memburu. Wajahnya memerah karena emosinya sudah membuncah.
"Tiap hari kerjaan mu hanya mabuk, mabuk dan mabuk! Aku sampai tidak sudi mengandung anak dari seorang pemabuk dan pemadat seperti kamu, Alexander!"
"Lalu kamu mau apa, hah?"
"Aku sudah mengurus perceraian kita. Aku pastikan ini hari terakhir kita bertemu, Al."
"Cerai? Kau gila?"
"Kau yang gila, Alex! Aku sudah muak dengan mu. Perceraian ini akan aku serahkan pada pengacara keluarga ku!" lanjut Bianca sambil menarik kedua kopernya.
Wanita yang diketahui bernama Bianca, segera melangkah cepat meninggalkan Alexander yang masih mencerna setiap ucapan istrinya -- ohhh. Apakah mulai sekarang ia harus mengatakan, jika Bianca Ludra adalah mantan istrinya.
Kesadaran Alexander belum 100% pulih. Karena hobinya yang mengkonsumsi minuman haram dan obat-obatan terlarang, membuat kinerja otak Alexander melemah.
Padahal Alexander adalah harapan keluarga Melviano untuk melanjutkan kerajaan bisnis mereka.
Namun, karena hobinya yang gemar party dimana-mana, mabuk-mabukkan, bahkan judi. Membuatnya harus kehilangan sang istri yang amat dia cintai.
"Goblok... goblok... bisa-bisanya gue ngebiarin Bianca pergi dari sini! Gue harus sadar dan fokus dulu. Setelah itu, gue yakin Aca mau bicara sama gue dengan baik-baik seperti biasanya!"
'Aca' adalah panggilan kesayangan dari Alexander untuk sang istri tercinta.
Sudah 5 tahun usia pernikahan mereka, namun mereka belum juga dikarunia anak.
"Lo mandul kali, Bro! Secara minum, rokok dan ngelontong¹ lo kuat banget. Gak takut imp oten apa lo?"
"Umur sudah matang. Masih aja lo childfree!"
Ia teringat ucapan teman-temannya Minggu lalu sewaktu party di club.
Bukan, bukan dirinya lah yang menolak kehadiran anak di tengah-tengah mereka. Mandul pun ia rasa tidak.
Dirinya dan Bianca sehat. Sejak awal pernikahan, Bianca beralasan tidak ingin hamil dulu karena ingin melanjutkan studi ke luar negeri selama dua tahun.
Mau tidak mau, selama dua tahun mereka terpisah oleh jarak yang sangat jauh.
Bianca di California dan Alexander sibuk mempelajari bisnis keluarga dan party bersama teman-temannya di Indonesia tentunya.
"Udah ngelontong¹ dulu aja lo biar happy always!" Hasut Lukas yang selalu mengajak Alexander pergi ke club.
Lukas memang senang berteman baik dengan si muka dingin Alexander, karena Alexander orang yang sangat royal pada siapapun apalagi pada teman-temannya.
Hasutan Lukas semalam masih terngiang di otaknya. Hingga ia tidak bisa memejamkan matanya.
Alhasil Alexander menghampiri tasnya dan mengambil kotak seukuran telapak tangan.
Kotak yang dikhususkan untuk menyimpan lintingan putih yang berisi marijuana.
Alexander mengambil benda berbentuk pocongan. Berukuran sepanjang jari tengahnya dan membakar benda itu seperti ia akan merokok dan menghisapnya kuat lalu menghembuskannya dengan pelan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di tempat lain, seorang wanita menarik kopernya lalu memasuki salah satu unit apartemen tipe 2 bedroom dengan luas 40m².
Ruangan yang tidak terlalu besar namun juga tidak kecil. Tapi, cukup untuk menyimpan selingkuhan.
Wanita itu meletakkan kopernya dengan kasar. Berlari menuju kamar yang sepertinya sudah biasa ia masuki.
"Akhirnya aku terbebas dari dia, Sayang!" ucap wanita itu sambil memeluk pria tampan yang sedang bermain handphone di atas tempat tidur.
Pria itu menurunkan ponselnya dan menatap wanitanya dengan lekat.
”Tetap aja. Kalian belum cerai. Pasti nanti kamu balik lagi sama dia. Mana mau Alex melepaskan kamu."
Dengan wajah cemberutnya, pria itu melepaskan dirinya dari pelukan Bianca. Lelaki itu berpura-pura merajuk seperti anak kecil.
"Kamu tenang saja, Sayang. Kali ini aku yang bergerak lebih dahulu. Aku bahkan sudah sewa pengacara untuk mengurus perceraian kami."
"Benarkah? Dengan cara apa agar permohonan perceraian kamu disetujui?"
"Aku memberikan bukti-bukti jika dia pengguna psikotropika. Aku juga sudah melengkapi dokumen dan surat-surat perceraian agar proses perceraian kami lancar tanpa hambatan, we'll done. But, how about you, Babe?”
Pria itu melemparkan ponselnya di kasur dengan wajah gusar. Ia menatap ke jendela kamar apartemennya yang hanya terdapat visual pemandangan jalanan ibu kota yang carut marut dengan kemacetan.
"Dia hamil. Aku gak bisa ceraikan dia!"
"What's? Are you kidding me? So, bagaimana dengan aku?"
"Kita akan tetap seperti ini. Gak mungkin 'kan, kamu baru cerai tiba-tiba kita nikah. It's impossible. Aku dan Alex bersahabat baik kalau kamu lupa!"
"But, Sayang... tidak bisa kamu mengabor--"
"Jangan bicara yang tidak-tidak, Bianca. Aku emang baji ngan tapi aku tidak akan melakukan hal itu pada istriku!"
Bianca kesal, kekasihnya ternyata masih peduli pada istrinya itu. Hanya karena wanita itu sedang hamil.
"Bisakah kamu bersabar, lagipula aku belum selesai mengambil alih perusahaan orang tuanya," lanjutnya.
"Untuk apa kamu capek-capek mengambil alih perusahaan orang tuanya yang besok saja sudah mau gulung tikar!" seru Bianca kesal.
"Ini yang aku pikirkan, Sayang. Bagaimana aku meninggalkan dia disaat keadaan dia yang hamil dan perusahaan orang tuanya yang bangkrut. Orang-orang akan berpikir jika aku meninggalkannya karena mereka bangkrut!"
"Lalu, sampai kapan aku harus bersabar?"
Bianca mulai mengambil posisi duduk di ujung kasurnya.
Lukas menghampiri Bianca dan mencium bibir sexy kekasihnya itu.
”Sampai semuanya kondusif. Lagi pula hubungan kita baik-baik aja 'kan? Bahkan hampir 10 tahun tidak ada yang mengetahui tentang hal ini dan kita enjoy aja."
"Oke aku tidak masalah yang penting mulai sekarang kamu harus prioritaskan aku."
"Pasti itu sayang!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setahun kemudian
Seorang wanita sedang berjuang melahirkan di salah satu klinik bersalin di sebuah Kabupaten yang berada di pinggiran ibu kota.
Peluh membasahi wajah cantiknya. Peluh itu juga membuat hampir seluruh baju yang wanita itu kenakan basah.
Di bagian bawah, cairan amnion mulai merembes di sekitar pahanya.
"Miring ke kiri ya, Bu... kalau kontraksi tarik nafas pelan-pelan lalu keluarkan pelan-pelan!"
Tasya mengikuti arahan sang Bidan.
"Atur nafasnya, Bu... jangan mengejan!"
Instruksi sang bidan yang sedang mempersiapkan untuk menyambut ciptaan tuhan yang sebentar lagi akan keluar.
Wanita itu meremasi benda apa saja yang berada di dekatnya.
Mulai dari bantal, besi brankar sampai kasur brankar. Ia berjuang sendiri.
Menangis tanpa suara, merasakan sakit ketika gelombang cinta menghampirinya.
Ini memang bukan yang pertama untuknya namun rasa sakitnya tidak bisa di toleransi meskipun sudah pernah ia rasakan.
"Luke... kamu di mana sih?" gumam wanita itu yang masih terdengar oleh salah satu bidan yang sedang membantunya mengelus punggung dan pinggang bagian belakang.
"Kita tadi sudah hubungi suami Ibu, tapi panggilannya tidak terjawab Bu."
'Apa masih kerja ya?' batin Tasya sambil melirik jam yang menempel pada dinding.
Tasya memicingkan bola matanya.
'Jam 11 malam? Harusnya Lukas sudah pulang! Kemana dia?'
...༎ຶ‿༎ຶ To be continued ༎ຶ‿༎ຶ...
¹Ngelontong \= gan ja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Punk Kout
untuk menghargai author, aku akan like semua chapter saat membaca dan memberikan gift dan vote /Cake//Coffee/
2025-02-11
1
Katty miaw
keren thor
2025-02-17
1
yudha
seru bgt wehhh
2025-02-05
1