Hari Jumat pukul 10.00.
Senja menyelesaikan tugas ulangan harian lebih awal karena hari ini adalah hari terakhir latihan berpuisi.
Ia mengemasi barang-barangnya dan memasukkan barang tersebut ke dalam tas.
Senja berjalan menuju kursi yang tengah di duduki guru bahasa inggris.
"Bu ini hasil ulangannya. Mohon maaf bu, apa boleh saya izin terlebih dahulu." Senja memberikan selembar kertas dan melanjutkan perkataannya, "hari ini saya latihan terakhir bu."
"Apakah kamu yang mewakili sekolah ini di lomba puisi?"
"Iya bu benar." Senja menatap guru di hadapannya dan mengangguk.
"Baiklah kalau begitu silahkan Senja. Lakukan yang terbaik ya. Good luck." Senyum ramah muncul dari guru bahasa inggris itu.
"Terimakasih bu"
************************
Senja berjalan menuju ruang perpus.
Di tengah langkahnya Senja berhenti ketika dirinya menabrak seseorang.
"Aduhhh maaf saya tidak sengaja." Senja memunguti beberapa buku yang terjatuh.
"Ini kak maaf." Ujar Senja sembari menyodorkan beberapa buku itu.
"Kamu Senja kan? selamat ya sudah terpilih sebagai perwakilan sekolah dalam lomba itu." Ujar laki-laki di depannya.
"Oh....... kak Raja ternyata. Iya terimakasih, maaf tadi saya sedang buru-buru."
"Tidak apa." Laki-laki bernama Raja itu menarik bibirnya kemudian membentuk senyum tipis.
"Saya permisi"
*********************
Sesampainya Senja di perpus, ia mencari-cari bu Luna. Senja mencari dimana keberadaan bu Luna.
"Senja." yang di panggil menoleh.
"Maaf bu saya terlambat ya?"
"Tidak. Saya saja baru juga sampai disini."
"Baiklah kita mulai latihan sekarang."
Senja berlatih dengan sangat serius. Dirinya memang bukan tipe orang yang suka menganggap gampang segala sesuatu.
Apapun seharusnya di lakukan dengan sungguh-sungguh. Sekalipun itu adalah hal kecil. Begitu prinsipnya.
Kini Senja tengah membaca kan puisi di depan ibu Luna.
Dirinya seolah-olah sedang ada dalam puisi tersebut.
Penghayatannya benar-benar membuat siapa pun terkesima. Artikulasinya jelas. Intonasinya sangat pas dan sempurna sekali.
Diakhir puisinya Senja membungkukkan tubuhnya. Seraya memberikan sebuah kehormatan. Bu Luna masih duduk tak berkedip.
Wanita yang memutuskan menjadi seorang guru di usia muda itu menatap takjub penampilan Senja.
"Kau keren sekali Senja." puji bu Luna.
"Terimakasih banyak bu. Saya masih harus belajar lagi." Senja selalu merendah ketika di puji.
"kalau begitu latihan hari ini sudah cukup. Kau boleh pulang lebih awal dari sebelumnya"
Latihan terakhir hari Jumat itu sangat sebentar sekali. Mungkin hanya memakan waktu 30 menit.
Senja keluar dari ruang perpus, dan benar saja, belum beberapa menit ia keluar dari pintu, bel pulang sudah berbunyi.
Kini Senja menunggu Melati di dekat ruang kelas sahabatnya. Tidak lama setelah itu Melati keluar dan mendekati Senja.
"Woiiii nglamunin apa nihhhh?"
"Apaan sih Mel. Ngagetin orang aja."
Senja menatap bete wajah sahabatnya.
"Iya deh maaf-maaf. Yuk pulang sekarang perut gue udah mulai keroncongan."
**********************
Sesampainya di parkiran Melati membelokkan motornya dan menyuruh Senja segera naik.
Entah kenapa hari ini Senja nggak seperti biasanya. Dia terlihat murung, nggak tau sih apa yang di pikirin. Mungkin memikirkan hari esok yang akan segera tiba.
Hari Sabtu besok adalah lomba puisinya. Mungkin ia akan grogi, makanya hari ini dia terlihat murung. Ah tidak-tidak dia bukan orang yang demam panggung.
Lalu kenapa dia murung? entahlah hanya dirinya sendiri yang tau alasannya.
"Astaga Mel. Aku lupa beli beberapa keperluan untuk besok."
Senja menepuk pelan bahu sahabatnya.
"Apa?"
"Aku lupa membeli keperluan ku, dan hari Jumat biasanya tempat fotocopyan itu tutup." Wajah Senja semakin terlihat murung.
"Kamu kerumah ku aja Sen, siapa tau disana ada yang kau perlukan."
Melati membelokkan sepeda motornya dan memasuki sebuah perumahan cukup elite di kota "A"
Namun tiba-tiba saja Melati melajukan motornya dengan cepat.
' Untung aja Senja nggak melihat barusan. ' (Melati)
"Mel itu bukannya mas Arjun ya?"
Senja menunjuk laki-laki yang tengah duduk bersama cewek di depan rumah.
"Mana sih Sen gue nggak liat."
Melati berusaha pura-pura nggak liat apapun.
Namun karna suara Melati yang sama sekali nggak bisa pelan justru membuat laki-laki dan perempuan yang tengah duduk di depan rumah itu menoleh ke arah sumber suara.
' Senja. ' (Arjun)
Arjun tak mengeluarkan suara.
Saat itu juga Senja langsung membuang pandangannya ke arah lain. Berpura-pura seolah tidak melihat apapun.
' Apa-apaan si nggak jelas banget. ' (Senja)
Kini suasana hati senja semakin nggak karuan. Dirinya semakin murung dan murung. Padahal hari esok ia harus mengikuti lomba.
' Ah sudahlah. Nggak perlu nyalahin orang lain. ' (Senja)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Arie_ma
aku mampir thor, udah aku save difavorit... dilanjut besok lagi y thor😁😁
2021-01-26
0
Lenkzher Thea
Terus 👍 like
2021-01-08
0
Conny Radiansyah
ada apa Senja dengan Arjuna
2020-12-27
0