Bab 4

“Aw!” Iris meringis kesakitan, sedangkan sosok di hadapan Iris nampak terjatuh juga. Bagaikan di sambar petir di pagi buta, Iris membelalakkan matanya melihat sosok tersebut.

“Yang Mulia Putri, maafkan ketidaksopanan saya.” Pria itu mengulurkan tangan, Iris terperanjat kaget. Dia bergidik melihat sosok tersebut dan berdiri sendiri.

“Tidak masalah, akan jadi masalah bila anda melakukan hal yang lebih dari ini.” Ucap Iris dia berjalan menjauh, sedangkan pria itu nampak sedikit marah.

“Yang mulia, tidakkah anda melupakan sesuatu?” Tanyanya, Iris terdiam. Dia berbalik menatap pria yang tak lain adalah Andrew Anderson. 

“Sesuatu? Sepertinya tidak, anda mungkin harus memeriksakan kepala anda pada Dokter.” Ucap Iris, kata-kata itu seolah mengatakan bila Andrew adalah orang bodoh.

“Ck, berani sekali dia!” Gumam Andrew, Iris kembali bejalan. Dia tidak lagi ceria seperti sebelumnya, rasa benci memenuhi seluruh hatinya kala itu.

“Adikku kembali murung, bukankah itu aneh Duke?” sosok pria yang sejak awal memperhatikan Iris nampak janggal dengan kejadian itu.

“Itu bukan urusan hamba, saat ini keadaan mendesak meminta saya untuk segera kembali ke medan perang. Jadi, jangan terus menahan saya Yang Mulia Pangeran Mahkota.” Ucap sosok pria bertopeng yang tak lain adalah Black.

Black bukan nama aslinya, namun karena dia memiliki perangai dan selalu berpakaian hitam oleh sebab itu, dia di juluki sebagai Black.

“Ayolah, aku selalu saja harus memohon agar kau tinggal.  Aku juga masih mampu memerintahkan orang lain yang terjun ke medan perang tau.” Ucap Aslan dengan gemasnya, padalah dalam berbagai hal Black sangat kompeten. Namun pria sedingin kutub itu tak pernah menunjukkan keperdulian apapun terhadap politik. 

“Saya tidak memiliki begitu banyak waktu luang, Yang Mulia.” Ucap lagi Black tegas, Aslan menghela nafas berat.

“Ayolah, dengarkan aku dulu.  Sekali ini saja, ku mohon Black.” Black juga nampak menghela nafas drngan begitu beratnya, jauh lebih berat dari Pangeran Mahkota Aslan.

“Tidak yang mula, saat ini banyak nyawa yang tengah bersiap menemui ajal di medan per-”

“Jadilah pengawal pribadi Iris, ku mohon Black!” Black seketika diam mendengar itu, sedangan Aslan nampak menyeringai aneh.

“Ya, aku tak memiliki teman yang dapat di percaya seperti mu wahai Duke Leon Latvan.” Ya, itulah gelar dan nama asli Black, Duke Leon Latvan.

“Ba-baiklah,” Jawab Black gugup, Aslan kian senyum mesem-mesem. Tanpa di ucapkanpun Aslan tahu arti tersebut.

Selama ini, Black selalu hidup di medan perang.  Dan bila ada kabar bila Black seperti ajudan Putra Mahkota itu semuanya salah besar. Nyatanya, Pangeran Mahkotalah yang selalu saja mengikuti Black dan memintanya tinggal.

“Ini masih pagi, bagaimana bila aku mengatakannya sekarang pada adikku?” Black tak membantah, dia hanya mengikuti langkah Aslan menuju taman Istana, di mana Iris berada.

“Iris?” Iris tersenyum melihat sang Kakak yang melambaikan tangannya dengan ceria, waktu seolah berhenti sejenak bagi Black, menyaksikan senyuman menawan itu seolah membuat dunia Black di penuhi warna yang indah.

.

.

.

Dua hari lalu, keadaan perang melawan monster yang merajalela di wilayah pinggiran membuat seorang pria berlumuran darah. Darah monster memenuhi sekujur tubuhnya kala itu.

“Tuan Duke, gawat!” Teriak seorang pria tak kala Black tengah beristirahat.

“Ada apa?” Tanya Black, dia menerima gulungan kertas yang berasal dari mata-mata yang di siapkan oleh Black.

“Si*al!” Umpat Black, dia langsung mengambil pedagangnya dan mengarahkan sebuah kuda besar hitam untuk melaju dengan kecepatan tinggi, surat itu berbunyi tak lain adalah.

(Mereka akan membunuh kuda yang berlari dari upuk timur, dan mendapatkan bulan sebagai imbalannya)

Kata-kata itu berarti bila saat ini, Putri Iris baru saja dari Kuil. Mereka akan menghentikan kuda Putri, melakukan sejenis kecelakaan untuk mendapatkan sesuatu yang sangat besar dan lebih besar dari pada sebuah Benua.

Layaknya kesetanan, Black melajukan kudanya membelah hutan bayangan hingga masuk ke dekat tebing menuju Kuil dan melajukan kuda itu lagi hingga akhirnya kejadian itu benar adanya terjadi.

Kereta kuda Putri berhenti, tanah longsor dan akhirnya menimpa salah satu kuda dari kereta kuda tersebut. Black melompat dari kudanya, dia membuka kereta kuda, bahkan topengnya sudah terlepas entah di mana dia merih tubuh Putri yang hendak masuk ke dalam jurang.

Iris nampak begitu ketakutan, Black bergelantung dengan pedang yang dia tancapkan pada jurang. Black merasakan tubuh Iris yang bergetar hebat.

“Semuanya, akan baik-baik saja.” Ucap Black, Iris perlahan membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah leher pria dengan ta*hi lalat kecil. Iris kembali memejamkan matanya dan memeluk Black dengan erat.

“Lepaskan saya, setidaknya anda dapat selamat.” Ucap Iris, namun apa yang dia katakan sangat berlawanan dengan apa yang dia lakukan. Dia memeluk Black sangat erat, seolah meminta agar Black jangan melepaskannya.

“Saya akan lebih memilih mati, dari pada melepaskan anda.” Ucap Black dengan suara bergetar.

CLEP!

Sebuah anak panah menyasar Iris, namun di halangi oleh Black, alhasil punggung Black terluka. Seteguk darah di muntahkan oleh Black, samar namun terasa jelas bila Iris menangis kala itu. Dia juga mulai melepaskan tangannya, namun Black tidak menyerah begitu saja, dia meraih tubuh Iris dan meraih selendang Iris begitu saja.

Black menalikan selendang itu untuk menahan tubuh Iris, dan dia juga mengambil belati. Perlahan namun pasti, Black mulai naik ke atas tebing. Namun, akibat syok berat Iris saat itu pingsan.

Black berhasil membawa Iris naik, namun saat sampai. Black juga ikut pingsan, samar-samar Black mendengar percakapan hingga akhirnya seorang Pendeta datang dan meminta penjelasan.

Alhasil, yang menjadi pahlawan kala itu bukanlah Black melainkan Andrew. Sosok yang justru berniat untuk membunuh Putri Iris dan menjadian Iris miliknya seutuhnya.

Andrew memang sangat terobsesi pada Iris sejak pertama kali melihat Iris, Iris yang memiliki paras yang cantik layaknya dewi membuat Andrew gelap mata. Dia akan melakukan segala cara demi mendapatkan apa yang dirinya inginkan, meski harus mengambilnya dengan paksa.

“Iris, bagaiamana pendapat mu bila Black jadi pengawal mu?” Iris terdiam sejenak, dia memperhatikan Black yang selalu saja memperhatikannya sejak tadi.

“Baik Kak, apakah Black mau menjadi bawahan Iris Kak?” Tanya Iris lugu, Pangeran Mahkota terbahak mendengar itu. Namun Black justru nampak tersipu, hal itu sangat lucu menurut Iris, karena dulu dia juga tidak begitu mengenal sosok Black lebih dekat.

“Tentu saja, meski dia seperti batu. Dia itu cukup bisa diandalkan saat di lempar.” Ucap Aslan tertawa renyah, Iris ikut tersenyum. Sedangkan dua Pelayan yang semula di tugaskan oleh Iris nampak mencari Iris hingga akhirnya mereka bertemu. 

“Eh, kalian datang juga, Karena sekarang Black sudah menjadi bawahan ku. Aku bolehkan tidak diikuti pelayan seperti ini?” Pinta Iris, Aslan nampak bingung. Karena bagaimanapun dia tak bisa mempercayakan sepenuhnya pada Black, ya sangat jelas, karena mereka lawan jenis.

“Boleh ya Kak?” Pinta lagi Iris dengan mata berbinar, Aslan yang sangat lemah pada Iris akhirnya mengangguk menyetujui.

“Yeeey, Kakak yang terbaik! Ayo Black, mulai hari ini anda berkerja dengan saya bukan?” Tanya Iris melenggang pergi, sedangkan Aslan hanya tersenyum hambar meski dia juga merasa bila dia baru saja dimanfaatkan.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Lah katanya Andrew mencintai lilia, makanya dia ingin hidup abadi agar bisa bertemu reinkarnasi lilia. Ko bab ini seolah2 menjelaskan bahwa Andrew terobsesi sm tuan putri. Yg bnr mana dong

2024-11-17

2

𝓎𝑒𝑜𝓃𝓃𝒶

𝓎𝑒𝑜𝓃𝓃𝒶

saya bingung dengan ceritanya....

2024-10-29

2

Shai'er

Shai'er

🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!