Clep!
“AAA!” Hening sejenak setelah teriakan yang seolah membelah bumi sunyi kala itu, di luar amat gelap karena malam sudah sangat larut.
“Kakak!” Teriaknya, dia membulatkan kedua matanya. Menyaksikan bagaimana sang Kakak tercintanya kini kepalanya telah terpisah dari badan.
Kepala itu menggelinding hingga mentok di depan jeruji besi, seorang wanita yang baru saja melahirkan di balik jeruji besi itu kini menangis kian menjadi.
“Hahaha, ini salahmu sendiri. Asal kau tahu, matipun kau adalah milikku!” Ungkap seorang pria yang berlumuran darah setelah memenggal sosok yang tak lain adalah Kakak iparnya sendiri.
“Kau lebih keji dari binatang Andrew!” Pekik wanita tersebut, dia menatap Andrew Anderson yang merupakan suaminya sendiri.
Iris Valentino, seorang wanita mulia yang berasal dari keluarga Kerajaan dan Putri tercinta dari sang Raja pada akhirnya bernasib sangat mengerikan. Selama ini Iris selalu berada di dalam Istana dan tak pernah menampakkan dirinya ke depan publik.
Iris menjadi wanita suci dengan kemampuan ilahinya yang tak terbatas, dia dicintai oleh seluruh saudaranya dan ibu sambungnya. Namun siapa sangka, malapetaka datang saat sosok pria rupawan menarik hati Iris untuk jatuh cinta.
Untuk pertama kalinya Iris menyakiti hati keluarganya, dia pergi dari Istana dan akhirnya menikah dengan pria pilihannya sendiri. Pria di hadapannya saat inilah pria yang di pilih Iris dengan sepenuh hati.
“Ambil darahnya!” Perintah pria itu, benar. Iris memiliki kemampuan ilahi yang sangat besar, bahkan darahnya mampu membangunkan seseorang dari gerbang kematian. Namun hal itu justru menjadi malapetaka bagi Iris, suaminya yang mengetahui kebenaran itu menjadi sangat terobsesi dan pada akhirnya terus menyakiti Iris demi mendapatkan darahnya.
Hingga sebuah buku sihir menjelaskan bila siapapun yang berhasil memakan jantung dua wanita suci, maka dia yang mengkonsumsinya akan memiliki hidup abadi.
Dengan hal tersebut, Andrew semakin terobsesi dan pada akhirnya dia menghamili Iris dan lahirlah seorang putri yang akan dia ambil jantungnya, bersamaan dengan jantung Iris.
Setelah membunuh putrinya sendiri, Andrew pada akhirnya membunuh istrinya juga. Dan begitulah akhir dari kisah Iris yang sangat malang.
Di depan mata Iris, dia melihat putri kecil yang baru dia lahirkan di penggal dan di ambil jantungnya. Di depan mata Iris pula, dia melihat Andrew yang merupakan ayah dari Putrinya kini memakan jantung anaknya sendiri.
"Ib*lis kamu Andrew! Neraka Pun tak akan cukup untuk menghukum mu!" Pekik Iris sekali lagi, benci dan rasa hina serta derita yang di rasakan Iris seolah menghancurkan seluruh isi bumi.
"Ambil matanya!" Perintah Andrew tanpa rasa kasihan, beberapa pengawal yang kasihan melihat Iris nampak enggan.
Cres!
Andrew memenggal salah satu bawahannya yang nampak mundur, tubuh Iris sudah tak takut lagi akan kematian. Dia sudah menderita amat banyak, bahkan kematian lebih baik bagi Iris kala itu.
"Bang*sat kau Andrew!" Andrew tanpa rasa kasihan mencongkel kedua bola mata istrinya sendiri dan tertawa seperti orang gila.
Darah mengalir dari bekas mata Iris, Iris bergumam dan bersumpah dalam hati bila dia akan kembali lagi.
Andrew tertawa terbahak-bahak dan memenggal kepala Iris di hadapan para pengawalnya sendiri, senyap kala itu. Hanya tawa Andrew yang terdengar, hingga tak lama kemudian suara langkah kaki yang begitu tegas terdengar.
"I-iris?" Sebuah suara bergumam dari pojok ruangan, pedang yang berlumuran darah nampak dia pegang sekuat tenaga.
"Oh, Black kau datang juga. Hahah, bagaimana menurut mu? Hahah!" Tawa Andrew, sosok yang dipanggil Black itu menggenggam pedangnya dan berteriak histeris.
Dia memb*antai seluruh manusia di tempat itu, dengan air mata darah yang mengalir dia mengecup kening Iris yang telah terpisah dari badan.
"Meski aku dari zaman modern, tapi aku tetap tak dapat menyelamatkan mu Iris. Maafkan aku!" Ucapnya dengan penuh penyesalan.
.
.
.
“Aaa!” Teriak seorang wanita di dalam sebuah kamar yang hangat, sinar mentari menyelusup masuk ke sela-sela jendela kamar tersebut.
“Akhirnya anda bangun juga, Iris.” Sebuah senyuman hangat dari sosok berambut pirang dengan mata biru yang tenang membuat sosok yang dipanggil itu menangis seketika.
“Kakak!” Dia berteriak dan memeluk pria tersebut dengan air mata berlinangan, sedangkan pria itu yang tak lain adalah sang Putra Mahkota melongo dan sangat terkejut.
“Iris, anda tidak apa-apa hem?” Tanyanya lembut, dia mengusap kepala Iris dengan penuh kasih sayang. Pangeran Mahkota dapat merasakan dengan jelas bagaimana tubuh adiknya yang bergetar hebat karena rasa takut.
“Kak, jangan tinggalkan aku. Aku mohon, jangan bangunkan aku Kak, ja-ngan!” Suara Iris terdengar sangat lemah dan terbata, di iringi dengan isak yang menyeruak ke telinga seolah menjadi pilu yang amat menyakitkan.
“Astaga Iris, apa adikku ini mimpi buruk selama pingsan?” Pangeran Mahkota melepaskan pelukan erat tersebut, dia menghapus air mata Iris yang terus mengalir tiada henti.
Aslan Valentino, satu-satunya saudara sedarah Iris. Aslan adalah Pangeran dari Kerajaan Kejora, memang terdengar aneh nama kerajaannya. Pada dasarnya, Kerajaan tersebut adalah awal mula adanya terang saat perang manusia melawan monster terus bergejolak. Kerajaan tersebut pula, tempat berlindung para manusia yang paling aman.
“Kak, ini di mana?” Tanya Iris, dia melihat sekeliling yang terasa begitu hangat. Aslan nampak terkekeh dan mengecup kening adiknya itu.
“Inikan kamar Iris, apa Iris melupakan kamarnya sendiri?” Ucap Aslan dengan senyuman khas yang hangat itu.
Iris merenung sejenak, Iris ingat bila dia memang pernah memiliki kamar sehangat itu sebelumnya. Kamar yang begitu teduh namun sangat nyaman.
“Kak, a-apa yang terjadi?” Tanya Iris mulai merasa bingung dengan keadaan yang menimpanya, meski air matanya tak berhenti mengalir begitu saja. Namun dia juga membutuhkan informasi dengan apa yang baru saja terjadi kepadanya.
“Haaah, apa Iris benar tidak apa-apa? Meski dokter telah memastikannya, tapi aku jadi sedikit ragu.” Ucap Aslan menghela nafas berat, Iris menghapus air matanya dan menatap Aslan dengan lembut.
“Feet, baiklah aku tahu. Adikku ini hanya sedang bingung saja saat inikan?” Tanyanya dengan sedikit menahan tawa, Iris tersenyum lembut.
“Tunggu disini sebentar,” Ucap Aslan, dia keluar dari kamar Iris dan kembali bersama sosok pria yang mengenakan topeng.
Iris ingat dia, dia adalah ajudan sang Kakak bernama Black. Kata orang-orang dia memiliki wajah yang mengerikan itulah mengapa dia menutupinya dengan topeng, namun Iris tahu betul bila pria itu adalah sosok yang amat setia dan juga memiliki sisi yang tak pernah diketahui oleh siapapun.
“Halo Black, apa kucing putih itu telah ditemukan?” Tanya Iris dengan senyuman, Black nampak menunduk.
“Terimakasih atas kepedulian anda Yang Mulia, saya telah memberinya rumah di belakang Istana.” Iris terkikik geli, begitupun dengan Aslan. Namun orang selanjutnya yang masuk membuat mata Iris langsung terbelalak.
“Ini orang yang menolong Iris saat itu, namanya Andrew Anderson.” Ucap Pangeran Mahkota, Iris langsung merasa lemas. Dia ingat dengan kejadian di mana saat dia jatuh dari tebing, saat Iris baru saja pulang dari Kuil Suci.
Tubuh Iris yang bergetar membuat Aslan waspada, dia tak pernah melihat adiknya merasa begitu ketakutan hingga membuat sekujur tubuh Iris memancarkan rasa takut.
Itu juga kali pertama pertemuan antara Iris dan Andrew, Iris memang ingat dengan rambut hitam yang menyelamatkannya. Namun didunia ini bukan hanya Andrew yang berambut hitam, bagaimana bisa dulu Iris begitu yakin bila pria itu yang menyelamatkannya?
“Hem, kepalaku sangat sakit Kak. Bisakah Kakak saja ya-”
Nyuut!
Bruk!
Iris terjatuh dari ranjang, namun kala itu sosok yang menangkapnya bukan Andrew ataupun Aslan. Iris terbelalak dan akhirnya mata mereka saling bersitatap.
Mata coklat terang yang nampak begitu khawatir, dan rambut hitam itu seolah membuat Iris teringat akan sesuatu. Iris menurunkan pandangannya hingga dia dapat menangkap hal yang membuat dia ingin tertawa tapi juga menangis.
Sebuah ta*hi lalat di leher pria itu tak akan Iris lupakan, karena orang yang menyelamatkannya juga memiliki hal serupa.
“Iris!” Pekik Aslan melihat sang adik yang terjatuh, Iris kembali tersadar dari lamunannya dan mengingat kembali hal buram itu. Wajah orang yang menyelamatkannya, Iris mengulurkan tangannya hendak meraih topeng Black.
Black terkejut, dia langsung menghentikan tangan Iris dan akhirnya keyakinan Iris makin besar. Tangan Black di penuhi luka kala itu, Iris tersenyum kecut dan Black nampak sedikit terkejut dengan sikap Iris.
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?” Tanya Black gugup karena saat itu, Iris tengah duduk di atas pangkuannya.
“Saya baik-baik saja.” Pangeran Mahkota membantu Iris untuk bangkit dan kembali berbaring. Iris memperhatikan Black dengan seksama, nampak samar namun telinga pria itu nampak memerah.
Malam hari yang begitu dingin, di sebuah lapangan tempat barisan militer berdiri ada sosok di depan mereka yang merupakan sang Pemimpin.
Namanya Black, dia adalah sosok yang amat di takuti di dunia kemiliteran. Beberapa pemberontak dan ter*oris yang pernah dia tangkap langsung luluh lantah dalam semalam.
Black sosok yang tak kenal ampun pada lawannya, hingga dalam kesibukannya sebagai Pemimpin dari para pasukan elite, dia dipertemukan dengan sebuah novel Romansa Fantasy yang sangat menjijikan menurutnya.
"Bagaimana bisa ada pria semenjijikan itu! Jadi protagonis pula!" Umpat Black setelah satu minggu dia bergadang dan selalu membaca novel tersebut.
"Lapor Pak, saat ini kita dalam sukses besar. Mata-mata yang di kirim telah di eksekusi." Lapor salah satu bawahan Black saat pria itu berniat terus membaca, padahal dia sudah membacanya sekitar 10 balikan.
Kisah itu adalah kisah cinta seorang manusia abadi bernama Andrew Anderson bersama kekasihnya bernama Lilia, Andrew selalu menanti sang kekasih untuk terus bereinkarnasi namun selalu berakhir dengan akhir memilukan.
Semua itu dikarenakan kutukan yang datang dari Putri Iris Valentino, seorang manusia suci yang di ambil jantungnya oleh Andrew.
"Ada manusia sekeji ini rupanya, bila dia ada di hadapan ku, aku akan memu*tilasi tubuhnya itu!" Kesal Black, dia tak mengira bila bawahannya masih ada di sana.
"Pak, apa ada sesuatu yang kurang berkenan?" Tanya bawahan Black, Black mengibaskan tangannya meminta bawahannya itu pergi.
"Aku sampai marah seperti ini, ah yang benar saja!" Ucap lagi Black kesal, bila dia penulisnya pasti dia akan membuat Iris bahagia dan mempertemukan wanita suci itu dengan cinta yang layak.
"Penyusup!" Suara riuh tiba-tiba terdengar dari gudang senjata, semua orang langsung ribut. Alarm tanda bahaya dinyalakan namun tak sempat mereka bertindak suara ledakan akhirnya menggema di tempat itu.
Duar!
Duar!
Buuum!
Dentuman keras terdengar dan Black akhirnya tewas dengan rasa yang teramat sulit di jelaskan. Rasa sesal dan tanggung jawabnya sebagai Pemimpin pasukan yang gagal melindungi bawahannya akhirnya dia bawa mati. Meski pada akhirnya dia tak di kenang di dunia, namun jasanya tak pernah di pungkiri karena telah menyelamatkan banyak nyawa semasa dia hidup.
"Haah! Haah! Haah!" Seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun tersadar dengan keadaan basah kuyup dan nampak beberapa orang yang akhirnya datang.
"Astaga Black, kau baik-baik saja?" Seorang bocah seusianya dengan rambut pirang dan mata biru nampak begitu khawatir.
Pluk!
Kepala seseorang terjatuh dalam perut Black, Black perlahan membuka matanya dan nampak sosok yang menutupkan matanya dengan rambut pirang yang menawan.
"Si-siapa?" Gumam Black, bocah laki-laki itu nampak panik kala itu dan membantu bocah perempuan yang pingsan di atas perut Black.
"Iris, Iris bangun!" Teriak bocah laki-laki itu, dia berteriak dan meminta pertolongan hingga beberapa pengawal datang. Di sanalah Black sadar bila dirinya baru saja melintasi waktu dan dunia.
Black di bawa ke kediaman Duke kala itu, meski usianya baru 12 tahun namun saat itu Black telah memiliki gelar Duke. Bukan tanpa alasan, kedua orang tuanya meninggal sejak Black masih kecil dan bahkan Black hanya bisa merasakan kasih sayang saat dirinya berada di Istana bersama Putri dan Pangeran saja.
Semua orang geger dengan kondisi Black kala itu, akhirnya Black pura-pura hilang ingatan dan semua orang akhirnya percaya.
Black mulai merenung dengan apa yang terjadi, dia menyadari bila dia telah memaki di kehidupan sebelumnya pada tokoh yang akan menjadi protagonis. Namun saat itu Black berada di salah satu tubuh bernama Duke Leon Latvan, seseorang yang merupakan tangan kanan Pangeran Mahkota.
"Gila!" Gumam Black saat dirinya berada di kediaman Duke, dia mulai mengingat alur yang sedikit di jelaskan dalam novel tersebut. Meski ada sedikit penjelasan tentang masa kecil Andrew namun tak ada sedikitpun penjelasan mengenai masa kecil seorang Black.
Black harus menjadi kuat kala itu, dia yang telah bertekad untuk melindungi Putri Iris mulai menyiapkan diri. Dia mulai belajar berpedang dan membuat sebuah serikat yang amat di takuti orang-orang, yang di sebut The Mask.
Hingga beberapa kali Black pergi berperang sejak usianya 15 tahun, dia mulai memberikan kontribusi besar pada Kerajaan. Dia juga di juluki sebagai Fajar Kerajaan, selain Putri Iris yang memiliki gelar itu, nyatanya Black juga mendapatkan gelar mulia itu.
Tahun demi tahun berlalu, Black yang mengetahui seluk beluk dunia itu mulai perlahan keluar dari alur asli novel tersebut. Dia berubah menjadi sosok yang di takuti, bahkan Andrew yang akan menjadi Protagonis saja hanya menjadi bayangan dalam dunia tersebut.
Black terus bangkit dan berjaya, di bawah panji kekaisaran dia menjadi macan hitam yang tak terkalahkan. Black juga mengambil berbagai artepak yang seharunya di miliki Andrew, Black tak ingin bila pria bejat itu menguasai dunia.
Dalam novel aslinya, Iris akan melahirkan anak Andrew saat usianya 17 tahun. Namun semua rencana Andrew selalu gagal oleh Black, dan Black berhasil melindungi Iris sampai usianya cukup matang.
(Sedikit catatan: Black memang berasal dari masa depan, tapi dia tidak reinkarnasi seperti Iris ya. Jadi dia itu hanya berpindah dunia saja dan saat Iris bereinkarnasi, Black tidak ingat akan hal itu, jelas sampai sini ya?)
Waktu terus berlalu, kecantikan Iris juga kian bertambah. Yang awalnya hanya ingin melindungi itu akhirnya berubah menjadi perasaan lain. Yaitu perasaan tak ingin kehilangan, cemburu, dan kasih sayang.
Seorang pemimpin militer yang telah merasakan asam pahitnya buah durian, akhirnya merasakan cinta dalam kehidupannya yang berlumuran darah.
Sulit awalnya bagi Black untuk mempercayai perasaannya sendiri, namun dia bahagia. Dia merasakan arti hidup sesungguhnya, perasan itu kian bertambah besar seiring waktu berlalu.
Begitulah asal usul Black, hingga dia menjadi sosok yang dingin namun juga hangat. Dia sosok yang perhatian meski nampak tak perduli.
"Bila di pikir-pikir, usia ku dan Iris terpaut cukup jauh ya? Aku yang dalam kehidupan sebelumnya telah berusia 28 tahun, di tambah dengan usia ku saat ini yang telah berusia 23 tahun, itu berarti aku sudah berusia 50 tahun lebih. Astaga, aku seperti om-om genit saja." Gumam Black tak kala dia sendirian.
"Apa tidak apa-apa ya? Usia Iris saat ini 19 tahun. Uuh memalukan!" Ucap Black lagi menutup wajahnya kasar, dia merasa kesal tapi juga senang. Ya, setidaknya wajahnya kali ini cukup muda untuk bersanding dengan Iris, pikir Black.
Ilustrasi Om Black di dunia moderen:
Kyaaaa... aku mau jadi Istrimu Black!!!
Bab 2 kita membahas Black, kita kembali ke alur dari Bab 1 uooke...
“Sepertinya Putri masih tak dapat di temui oleh orang luar, mari ikut dengan saya.” Pangeran Mahkota mempersilahkan Andrew untuk ikut dengannya.
“Tapi yang mulia, bu-”
“Apa saat ini anda tengah berusaha membantah ucapan saya?” Tanya Aslan tegas Andrew langsung terdiam, sedangkan tatapan Iris yang sejak tadi ketakutan kini merasa hangat.
Sang Kakak tidak pernah membiarkan dirinya dalam bahaya sedikitpun, dia selalu berusaha melindunginya bahkan sampai dia berani mengorbankan nyawanya sendiri untuk Iris.
“Kak?” Pangeran mahkota berhenti sejenak mendengar panggilan itu dari Iris.
“Ya?” Tanya Aslan, Iris tersenyum dan berat mengatakan sesuatu.
“Ah, tidak jadi.” Ucap Iris, Aslan bingung namun dia hanya mengangguk dan membiarkan adiknya untuk kembali beristirahat.
Iris mulai mengingat berbagai hal yang terjadi, dia kini mulai menyimpulkan satu demi satu kejadian yang menimpanya. Iris teringat dengan putrinya yang meninggal, Kakaknya dan juga dirinya sendiri.
“Be*debah sia*lan itu!” Pekik Iris, ada sesuatu yang saat ini sangat penting untuk di lakukan oleh Iris, dia bangun dari tidurnya dan mengambil catatan kecil dari balik laci.
Bebagai kejadian kecil dia sematkan dan tulis dengan seksama, bahkan beberapa kejadian besar yang akan menimpa kerajaan pula tak lupa dia tulis. Iris menghela nafas berat, dia menyimpan catatan kecil itu di dalam berangkas pribadinya di dalam kamar tersebut.
Mungkin saja yang menyelamatkan Iris adalah benar bila itu Andrew, tapi bisa saja itu Black atau mungkin orang lain. Menurut rumor yang beredar, Black memiliki rupa yang mengerikan namun samar-samar Iris ingat bila pria yang menyelamatkannya memiliki wajah yang tidak buruk, meski tidak jelas namun Iris yakin akan hal itu. Dan bisa saja bila bukan Black pula yang menyelamatkannya, atau mungkin rumor itulah yang salah.
Tapi bagaimana bisa rumor itu ada bila sebelumnya belum pernah ada yang melihat rupa dari Black. Iris mulai berfikir, dia juga harus terlepas dari takdir yang dama dari sebelumnya.
“Aku akan menghancurkan mu An*jing!” Umpat Iris, saat itu usia Iris 19 tahun. Di kalangan bangsawan, usia itu memang sudah pantas untuk menikah sedangkan di kalangan bawah, usia tersebut sudah terlalu tua untuk menikah. Karena di sana, usia yang pas untuk menikah adalah 17 tahun.
Namun di usia tersebut, Iris bahkan belum melakukan debut pertamanya. Sebagai putri yang sangat di sayangi, dia selalu mendapatkan perhatian berlebih di Istana. Itu pula yang menyebabkan Iris tak kunjung melakukan debut pertamanya.
“Iris?” Seorang wanita berparas cantik nampak terengah-engah masuk ke dalam kamar Iris, Iris tertegun dan elus dada kala itu.
“Salam kepada Ibunda,” Ucap Iris sopan, namun wanita itu langsung memeluk Iris dan mengusap kepala Iris lembut.
“Kakak baik-baik saja?” Tanya sosok bocah laki-laki berusia 10 tahun yang datang bersama sang Ratu.
Dia adalah saudara seayah Iris, namanya Theodore Valentino. Iris tersenyum ramah, dia dapat melihat bila mereka bergegas cepat dari Vila musim panas mereka, karena nampak sekali saat itu Theo masih mengenakan pakaian pantai.
“Saya baik-baik saja Theo,” Kedua manusia itu nampak bernafas lega, Ratu yang merupakan ibu sambung Iris juga sangat menyayangi Iris layaknya putrinya sendiri.
Ratu sendiri nyatanya adalah saudara kembar dari Ibu Iris, meski banyak rumor jelek yang datang pada Ratu. Namun beliau tak pernah mengalihkan atau membuat hal itu menghilang, beliau membiarkan rumor itu terus beredar hingga lenyap sendiri oleh waktu.
Iris tahu betul bagaimana kesedihan Ratu kala itu tak kala di tinggalkan oleh sang Kakak, selian karena beliau telah mengabdi pada Kuil namun dia juga selalu menyalahkan Raja atas ketidak waspadaannya terhadap musuh, yang bahkan mampu membuat saudarinya meninggal dunia.
Sangat lama mereka berkabung, hingga akhirnya Iris yang masih sangat kecil di rawat oleh sang Ratu dan akhirnya menimbulkan konflik internal tentang kekosongan Ratu di Istana.
Ratu akhirnya mengajukan diri, meski dengan cara yang tidak elegan. Namun Ratu berhasil mendudukkan dirinya sendiri di samping singgasana Raja, dengan cara yang unik dia mengajari para bangsawan untuk bersikap di hadapannya. Dia juga merupakan sosok yang memiliki banyak strategi dalam hal militer dan sebagai mantan pendeta, dia juga memiliki rasa empati yang besar pada masyarakat bawah.
Hal itu pula yang membuat hati raja mulai melemah, beliau akhirnya menjadikan Ratu sebagai Ratu Negara dan Ratu di hatinya.
Iris ingat betul tatkala Ratu menentang keras pernikahan Iris, dia bahkan sampai mengancam Andrew bila berani macam-macam. Ratu juga datang paling awal saat mendengar kabar bila Iris terluka, namun Ratu pula yang menjadi korban pertama kekejaman Andrew.
“Bu, sebaiknya Ibu berganti pakaian terlebih dahulu. Nanti Ayah bisa saja menusuk mata orang-orang yang melihat anda.” Ucap Iris, dia mengingatkan tampilan sang Ratu kala itu.
“Sebelum dia melakukan sesuatu yang sembarangan, aku akan membuat dia meminta ampun padaku. Aku tidak selemah itu Iris,” Dengan gayanya yang khas, Ratu menjelaskan. Iris terkekeh dan meminta pelayan untuk menyiapkan teh.
Mereka berbincang cukup lama, bahkan Iris lupa waktu dan tertidur dalam pangkuan sang Ibu. Sudah sangat lama Iris merindukan kehangatan tersebut, kini semuanya telah kembali pada Iris, dan Iris akan menjaganya dengan berbagai cara yang dia bisa.
Klotak
Klotak
Klotak
Langkah kaki memecah kesunyian dalam loring Istana, Ratu di sana nampak memasuki sebuah ruangan rahasia dan senyap setelahnya.
.
.
.
Pagi akhirnya kembali tiba, pagi yang baru bagi Iris dan dendam Iris yang mendalam serta pria yang menyelamatkan Iris harus segera Iris temukan. Dia tak bisa berhutang budi begitu saja pada sosok yang telah menyelamatkannya.
Setelah sarapan, Iris mulai berjalan-jalan di taman dan menyaksikan bagaimana beraneka ragam bunga nampak bermekaran. Iris duduk di salah satu bangku taman, dua orang pelayan nampak menemani Iris dari belakang.
“Yang mulia, cuaca hari ini sungguh cerah. Taman kaca nyatanya tengah memperlihatkan kilaunya saat ini.” Ucap pelayan di belakang Iris, Iris terdiam dan enggan beranjak.
“Buatkan aku teh, dan bawakan payung.” Pinta Iris, dua pelayan itu menunduk pamit untuk memenuhi keinginan Iris, sedangkan Iris langsung mengendap-endap layaknya pencuri.
Iris bersembunyi di balik bunga-bunga taman dan mulai berjalan santai setelahnya, dia juga berlari merasakan kebebasan. Hal yang dulu hanya jadi angan, kini terasa begitu nyata bagi Iris.
Pernah Iris berfikir bila dirinya di kurung dalam sangkar emas, namun nyatanya itu semua tak selamanya benar. Keluarganya melakukan itu demi melindungi Iris, justru saat ini Iris berpikir bila dirinyalah yang kurang bersyukur akan apa yang dia miliki.
“Senangnya,” Ucap Iris, dia berlari dan berputar bahkan menutup mata menikmati hawa pagi yang cerah.
Brak!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!