Reta dan Susan akhirnya bisa menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk dengan lebih cepat. Ke-duanya segera meninggalkan kantor saat malam sudah mulai menyapa karena harus bersiap untuk menghadiri acara makan malam bersama seluruh pengusaha yang mengikuti joint.
Reta sendiri kini terlihat menuju ke kediamannya. Dengan menaiki mobil yang dikemudikan oleh supir, Reta memilih menutup mata sepanjang perjalanan. Mencuri sedikit waktu untuk istirahat dari sekian banyaknya rutinitas yang harus Wanita itu lakukan.
Kendaraan roda empat itu memasuki hunian mewah bergaya klasik modern dan saat mobil sudah berhenti, Reta segera membuka mata lalu turun dari dalam mobil. Dengan langkah yang sedikit terburu-buru Reta hampir saja sudah ingin menjejakkan kakinya pada anak tangga pertama untuk menuju lantai atas tempat di mana kamarnya berada.
Namun sebuah suara berhasil menghentikan langkah Reta. Ia berbalik dan mendapati Pria tua yang kini berdiri dengan memegang tongkat pada tangan kanannya.
"Kau baru kembali?"
"Hm," jawab Reta dengan hanya memberikan gumaman. Wanita itu terlihat sekali jika enggan untuk membuka suara.
"Kau sudah mengetahui acara makan bersama malam ini?"
Reta mengangguk, tangannya kembali bergerak untuk menyugar rambut sebahu miliknya.
"Kau harus hadir..."
"Aku tahu. Karena itu aku kembali, agar bisa bersiap," kata Reta cepat saat memotong perkataan Pria tua yang kini terlihat mengangguk. "Aku permisi."
Reta berbalik dan mulai membawa langkahnya menaiki anak tangga.
"Kau tidak ingin tahu kenapa Kakek tiba-tiba mengadakan jamuan makan malam ini?"
Pertanyaan yang berasal dari Tuan Besar Zico itu menghentikan langkah Reta. Wanita itu kembali membalikkan badan untuk menghadap pada Kakeknya tanpa beranjak dari tempatnya berdiri.
"Itu tidak lah penting bagiku. Aku hanya perlu hadir, kan? Dan semua beres."
Selesai mengatakan hal itu Reta dengan tanpa permisi ingin kembali melanjutkan langkahnya namun lagi-lagi berhasil terhenti saat Tuan Besar Zico mengatakan hal yang membuat Reta tercengang.
"Malam ini adalah pertunangan mu."
"Apa maksud Kakek?" tanya Reta tidak percaya. Wanita itu dengan cepat menuruni anak tangga dan berhenti tepat di hadapan Tuan Besar Zico. "Pertunangan siapa?" tanya Reta dengan masih menjaga intonasi suaranya.
"Pertunangan mu dengan Putra Tuan Robertson, Maximilan."
Sesaat Reta sempat terpaku dengan apa yang baru saja Kakeknya itu katakan. Sebelum akhirnya tawa sumbang Reta terdengar.
"Pertunanganku?" Ulang Reta dengan masih mempertahankan raut wajah tidak percayanya. "Bagaimana bisa aku bertunangan saat diriku sendiri tidak tahu? Aku bahkan tidak menginginkannya!"
"Kalian sudah saling mengenal. Dan keputusan ini sudah disetujui oleh ke-dua belah pihak."
"Pihak mana?!" Dengan intonasi suara yang mulai berubah Reta mempertanyakan keputusan Kakeknya. "Aku bahkan sama sekali tidak mengetahuinya!"
"Sekarang kau sudah mengetahuinya. Jadi bersiaplah untuk hadir di acara pertunangan mu." Tuan Besar Zico segera beranjak meninggalkan Reta yang terpaku. Pria tua yang selalu menggunakan tongkat padahal langkahnya baik-baik saja itu telah mengambil keputusan sepihak atas kehidupan pribadi sang cucu.
Dengan ekspresi yang sulit di artikan Reta akhirnya membawa dirinya bergerak menuju kamarnya yang ada di lantai dua kediaman mewah sang Kakek. Dalam diam wanita itu mulai membersihkan diri dan bersiap untuk menghadiri jamuan makan malam bersama yang ternyata adalah acara pertunangannya.
Tak jauh beda saat menuju Hotel Lexury. Sepanjang perjalanan Reta bungkam dengan mata yang juga terpejam. Wanita itu seperti hanyut dengan banyak hal yang dipikirkan atau bahkan ia sebenarnya sudah tidak perduli dengan semua yang akan terjadi pada kehidupannya.
*
*
*
"Kenapa acara ini mendadak?"
"Entahlah. Tapi semua perusahaan mendapatkan pemberitahuan diwaktu yang sama."
"Mereka semua setuju hadir?"
"Tentu. Bukankah ini juga kesempatan emas untuk menjalin kerja sama dengan pengusaha lain."
Rio setuju dengan apa yang dikatakan asistennya tersebut. Meski bukan acara resmi yang beragendakan pembahasan bisnis, namun jamuan makan malam seperti yang kini Rio dan Nolan ingin hadiri tetap bisa membuka begitu banyak kesempatan atau peluang untuk menjalin kerjasama.
Ke luar dari hotel tempat mereka menginap dengan setelan formal, ke-dua Pria itu kini tampak terlihat gagah. Rio dan Nolan segera masuk ke dalam mobil dan segera menuju Hotel Lexury, tempat dimana jamuan makan malam para pebisnis yang diadakan oleh DIMAO.
Rio duduk di kursi penumpang bagian depan dengan Nolan yang mengemudikan mobil. Kebiasaan yang memang dari dulu telah Rio lakukan. Pria yang masih setia sendiri tanpa pendamping di usianya yang mulai mendekati kepala tiga itu merasa lebih nyaman untuk bersikap santai kepada semua orang, terutama terhadap Nolan sang asisten.
"Aku juga mendengar, jika makan malam ini akan dihadiri pengusaha nomor satu di Zürich." Nolan mulai mengarahkan mobil memasuki kawasan Hotel Lexury dengan terus memberi informasi pada Rio. "Ia adalah pemilik hampir separuh bangunan yang ada di Bahnhofstrasse."
Bahnhofstrasse adalah kawasan pertokoan di Swiss yang menyediakan berbagai barang eksklusif serta merek terkenal dunia.
"Dia ambil bagian di Joint Venture?"
"Entahlah. Aku tidak mengetahui data pasti semua perusahaan yang mengikuti. Tapi ada yang mengatakan jika jamuan makan malam ini sebenarnya adalah acara pertunangannya."
Nolan menghentikan mobil. Mereka berdua sama-sama ke luar dan mulai melangkah menuju ruangan acara dengan satu petugas hotel sebagai pemandunya.
"Acara pertunangan antar pebisnis," celetuk Rio di sela langkah mereka. "Usaha mereka jelas akan semakin menggurita."
Nolan mengangguk setuju dengan pendapat atasannya itu. Hal seperti ini umum terjadi pada dunia usaha. Menjadikan pertunangan bahkan pernikahan sebagai hubungan yang tidak hanya menyatukan dua insan. Namun juga sebagai penyatu hubungan kerja sama yang lebih mengikat.
"Kau tahu dengan pemilik perusahaan mana pengusaha itu akan bertunangan?" tanya Rio dan kini mereka telah masuk ke dalam ruangan yang sudah terlihat dihadiri beberapa orang dengan setelan formal serta para wanita dengan gaun terbaik mereka.
"Tidak," jawab Nolan lemah. Netranya menatap lekat pada satu Wanita berambut panjang yang mengenakan long dress hitam tanpa lengan. "Mungkin dengan pimpinan DIMAO," ucap Nolan tanpa sadar.
Pandangan asisten Rio itu terus saja terkunci pada Wanita cantik yang sedari awal ia memasuki ruangan sudah mencuri perhatiannya. Melupakan sang Tuan yang kini terlihat diam mematung karena perkataannya barusan.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rona Risa
yang kaya makin kaya
2024-09-30
0
Rona Risa
diammu seperti diamku, reta... sibuk dengan dunia sendiri, atau nggak peduli sama sekali 🤧
bayiiiiii
2024-09-30
0
Rona Risa
Ada jimat pesugihan di tongkatnya ya 🤧
2024-09-30
0