Sesuai janjinya tadi sore, Ares akan menelpon nya nanti malam. keduanya saat ini tengah tersambung melalui telpon. kehadiran Kartina, membuat nya, benar- benar merasa di cintai. perasaan itu pun seketika tumbuh dengan sendirinya. untuk kali ini, Ares, benar-benar siap buat menerima resiko nya. LDR, hubungan yang pertamakali Ares,jalani jarak jauh. sebenarnya ini tidak biasa. tapi Ares percaya jika LDR tidak akan seburuk yang dia kira.
"Pokonya Gue harus ungkapkan sekarang juga." batinnya.
'Kartina, aku mau jujur, mungkin ini terlalu cepat buat kamu, tapi aku tidak mau nunggu waktu lagi, kalau aku sebenarnya..sayang sama kamu. apa kamu mau jadi pacar aku?" ucap nya melalui sambungan telpon.
Di sebrang sana, Kartina terdiam beberapa detik. Rasanya, dia ingin berteriak sekencang Mungkin, penantian sekarang tidak sia-sia. Ekspetasi nya sesuai harapan.
'Iya aku mau Ares, aku mau jadi pacar kamu.'
'Beneran? Kamu mau jadi pacar aku, jadi sekarang kita pacaran dong?' Ares, memastikan kalau dia tidak salah dengar.
'Temenan.'
'Tadi kamu bilang mau jadi pacar aku.' seketika wajahnya berubah.
'Bercanda Ares, lagian kamu serius banget sih haha.'
Ares, menghela nafas, lalu dia tertawa kecil tanpa sepengetahuan nya
I love Kartina.'
'i love You Ares.'
Tidak lama dari situ, Ares, di kejutkan dengan kedatangan Aldo, yang tiba -tiba. dari situ Ares, tidak sengaja menutup telponnya. cowok itu belum terbiasa telponan, apalagi ada orang di dekatnya.
"Ngapain sih Lo ke sini? Gue kan sudah bilang, jangan ganggu." Ares, menatap sahabatnya kesal.
"Bucin-bucin." ucap Aldo geleng-geleng saat melihatnya.
"Berisik!"
"Nanti nangis." Aldo, masih terus menguji kesabaran sahabatnya.
Ares, hendak mengambil guling, hendak melempar sekuat tenaganya. "Pergi gak lo!"
"Nanti patah hati lagi."
"Berisik keluar engga Lo?!"
Aldo, yang melihat Ares, marah terkekeh pelan. keduanya memang suka ribut. seperti, kakak adik pada umumnya. padahal kenyataannya, mereka tidak ada ikatan darah sedikit pun. Tapi kedekatan nya melebihi saudara sendiri. dari situ Aldo, pun memutuskan untuk keluar kamar. tidak menggangunya lagi.
"Gue kunci Lo dari luar." ancam Aldo, setelah itu dia berlari menutup pintu.
Ares yang mendengar itu langsung melempar Aldo dengan guling, sayangnya tidak kena, lemparan itu mendarat ke arah pintu. setelah dua Tahun single mungkin ini saatnya. Ares, membuka hati, lagian Aldo, sebagai sahabat nya tahu betul, kalau Ares, sudah pacaran pasti dia bakalan bucin, alias budak cinta. tapi yang di takuti sekarang sama Aldo. dia takut Ares, patah hati lagi, seperti kejadian dua tahun yang lalu, dimana sahabatnya di tinggalin oleh pacarnya. mungkin di posisi itu, Aldo yang selalu ada buat dengerin ceritanya. yang pasti hampir setiap hari dia harus melihat Ares, menangis. mungkin ini saatnya Aldo bebas, bebas dari segala curhatan sahabatnya yang hampir menganggu hidupnya setiap hari.
"Bodo amat yang penting engga jomblo." teriak, Ares. Dari dalam kamar. Dari situ, Ares. langsung menelpon Kartina kembali. tidak lama dari situ, mereka pun tersambung melalui saluran telpon.
'Kenapa di matiin?' Kartina, berucap setelah telepon itu kembali tersambung.
'Maaf.. tadi si Aldo ngagetin, jadi telepon nya engga sengaja aku matiin."
'Aldo?'
'Iya, dia sahabat aku'
'Ngeselin ya orangnya?'
'Ya gitu lah, tapi dia baik tahu.'
'Kamu gak mau ngenalin aku nih sama Aldo?'
'Gak usah lah, orang nya rese.'
"Gak usah cemburu gitu kali, kan aku sayangnya sama kamu."
'Siapa yang cemburu, enggak ah."
'Yaudah kenalin ath ih.'
'Iya nanti aku kenalin."
'Yaudah iya."
'Sayang, aku mau mandi dulu gapapa kan?
'Belum mandi kamu?'
'Engga sempat.'
'Engga sempat kenapa?'
'Kan aku sudah janji tadi mau nelepon kamu, jadi gak sempat mandi dulu.'
'Yaudah sana mandi dulu.'
'Aku tutup dulu ya telpon nya, dadah sayang.'
'Dah.'
Setelah telepon nya terputus, Ares, langsung masuk ke kamar mandi, membilas tubuhnya yang masih berkeringat setelah dia pulang sekolah tadi.
***
Selesai mandi sore, Ares. memutuskan untuk ke rumah Aldo, sahabatnya. Bagi Ares, Rumah Aldo seperti rumahnya sendiri, jadi dia bebas masuk kapanpun dia mau.
"Do." panggil Ares, namun nampaknya temannya itu tidak ada di kamarnya."Do Lo dimana?"Ares berjalan ke arah dapur memastikan kalau sahabatnya itu ada di rumahnya. saat Ares, hendak berjalan ke arah dapur dan benar saja, Aldo baru saja selesai mandi.
"Buset gue cariin, ternyata Lo ada di sini." Ares, menghela nafasnya, sebenarnya dia hanya takut kalau Aldo, kenapa-kenapa. Tapi dia gengsi buat mengutarakan hal itu.
"Ada apa Lo nyariin gue? bukanya lagi asik Video Call sama cewek Lo?" ucap Aldo, sinis.
"Biasa aja kali."
Aldo, tidak menjawab, dia berjalan ke arah kamarnya. Aldo, yang merasa di ikuti dari belakang langsung berbalik badan."Ngapain? mau tahu burung gue sepanjang apa?" ucap Aldo, bercanda.
"Najis, Buruan sana ganti baju." ucap Ares, salah tingkah. Ares tidak bermaksud buat ingin tahu hal itu. Bahkan dia sendiri saja tidak sadar kenapa-kenapa dia ingin masuk ke dalam kamar sahabatnya.
Ares, pun memilih untuk menunggu nya di ruang tamu. sementara Aldo, cowok itu masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai mengganti pakaiannya, Aldo keluar. Dan Ares masih saja menunggu nya di ruang tamu.
"Temenin gue." pinta Ares, lalu berdiri dari sofa.
"Kemana?"
"engga, usah banyak nanya."
Setelah mengatakan itu, Ares keluar dari rumah terlebih dahulu, di susul oleh Aldo dari belakang. jujur, Aldo bingung, sebenarnya sahabatnya itu akan membawa nya kemana? tidak jelas. Aldo, pun segera menyusulnya.
"Mana kunci motor Lo?" tanya Ares tiba-tiba.
Aldo, mengkerut kan keningnya."Kenapa jadi ke motor gue?"
"Motor gue engga ada bensin." jawabnya.
Aldo memutar bola matanya malas, dia kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil kunci motor. setelah itu kembali, melempar nya ke arah Ares.
"Sebenarnya mau kemana si, Res? " tanya Aldo.
"ikut aja sih."
"Ya kemana?!"
"Bawel banget sih lo! buruan naik."
Aldo menghela nafas pasrah, dia pun segera naik ke atas motor, Ares membawa Aldo ke sebuah coffeshop. mereka berdua segera turun dari atas motor. Aldo menatap arah sekitar, tidak biasanya Ares membawanya ke tempat seperti ini. biasanya juga mereka hanya nongkrong di warung pinggir jalan.
"Lo mau traktir gue?"
"Iya."
"Dalam rangka?"
"Kaya cewek Lo bawel, ayo masuk."
Aldo kembali menghela nafas, setelah nya mereka masuk ke dalam coffeshop. lalu berjalan ke arah kasir untuk memesan makanan.
Ares, cowok itu terlihat sedang membaca sebuah menu. sementara Aldo, cowok itu hanya terdiam memperhatikan sahabatnya.
"Kak saya mau cafe latte nya satu sama tahu lada garam nya satu ya." Ares, terlihat memesan makanan. "Lo mau apa?" lanjut , Ares pada Aldo.
"Lemon tea satu sama kentang goreng nya satu.
"Saya ulang ya kak pesanannya, Cafe late nya satu, tahu garam nya satu, lemon tea nya satu, sama kentang goreng nya satu ya" ucap staf kasir mengulang pesanan. Ares, yang mendengar itu mengangguk."Total nya jadi 50.000 kak." lanjut perempuan itu.
Ares mengeluarkan uang seratus ribu dalam dompet nya. lalu memberikan nya pada kasir. Setelah selesai melakukan pembayaran. mereka memilih tempat di atas roof top. Keduanya segera duduk di kursi yang sudah tersedia di sana.
"Indah banget ya pemandangan nya." celetuk Ares, menatap arah sekitar.
"Dalam rangka apa sih Lo traktir gue?" tanya, Aldo, penasaran.
"Gue udah pacaran sama Kartina." ucapnya tersenyum lebar.
Aldo, menghela nafas pasrah. "Oh."
"Kebiasaan, setiap gue cerita soal cewek pasti jawaban Lo, oh doang." Ares merasa kesal dengan Aldo. Setiap kali dia dekat dengan perempuan lain, pasti responnya selalu begitu.
"Terus gue harus gimana? Ares Sebastian Wijaya."
"Ya engga harus gimana-gimana, setidaknya Lo senang lah lihat teman sendiri punya pacar." jelas Ares, sesuai dengan keinginannya.
"Gue sudah bilang berapa kali sama Lo, jangan bahas soal cinta depan gue. atau apalah itu, Gue gak mau denger." ucap Aldo, merasa jengkel.
"Takut gue berubah? takut gue lupain Lo? takut gue ninggalin Lo terus Lo sendirian? gak akan, gue janji tidak akan ninggalin Lo Aldo, percaya sama gue." ucapannya berusaha meyakinkan, Aldo.
Aldo yang mendengar itu tersenyum sinis."Ibu sama Ayah gue juga tadinya ngomong gitu, buktinya? mereka ninggalin gue juga kan?" Ares, yang mendengar itu terdiam. untuk masalah itu, Ares tidak bisa berkata-kata. dia tidak mau menghakimi Aldo, dengan dia bilang anak durhaka. Karena Ares tahu, yang mendengar, tentu beda dengan yang merasakan.
Suasana kembali hening, tidak lama, Aldo, kembali bersuara."Tapi..makasih Lo sudah ada buat gue Res, gue cuma punya Lo sama Tante Iis, gue harap Gue engga akan kehilangan kalian."
Tak lama dari situ, pesanan mereka pun datang. Keduanya segera menyantap pesanannya masing-masing. sesekali Ares menatap kasihan pada Aldo, sahabatnya itu begitu kuat hidup seorang diri di rumah. bahkan Ares berjanji, bahwa dia tidak akan meninggalkan Aldo sendirian apalagi kesepian.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Dyah Ayu
please semoga pertemanan nya gak berantakan yaaa gara2 cwe
2024-09-07
1
Dyah Ayu
astgaaaaaa 🤣🤣
2024-09-07
1
Black Jack
Bagus banget ceritanya, thor jangan berhenti menulis ya!
2024-08-27
1