Ares, pagi ini cowok itu terlihat sedang tertidur pulas dengan kedua mata yang masih tertutup. tanpa dia sadari, Aldo yang merupakan sahabat nya sedari tadi terlihat bingung. dengan cara apalagi supaya sahabat nya itu bisa bangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06:40 namun cowok itu masih belum bangun juga.
Untungnya. Aldo, sendiri sudah bangun dari jam 05.00 pagi, dari tadi dia memikirkan gimana caranya agar sahabatnya itu bisa bangun, mungkin dengan cara satu ini sahabatnya bisa bangun dan segera siap-siap untuk pergi ke sekolah.
Aldo, mengambil air dari dalam toilet, lalu kembali ke kamar. Ares, untuk segera menyiram nya dengan air.
Ares terkejut bukan main setelah, setelah merasakan tumpahan air yang menyiram ke wajahnya.
"Bangun sudah jam berapa ini, buru bangun buru, bisa telat kita nanti." Aldo, menarik-narik tangan Ares, agar cowok itu bisa bangun.
"Lo apaan sih, pake siram gue segala! basah ini, tai Lo..." Ares, berdecak sebal.
"Lagian sudah gue bangunin dari subuh juga masih belum bangun -bangun. masuk neraka Lo gak sholat subuh." Aldo, menatap sahabatnya dengan sinis.
Ares mengambil ponselnya di atas kasur dengan kondisi setengah sadar. Ares, terkejut saat dia melihat ponselnya sudah menunjukkan pukul 06:40. dia langsung masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru membilas wajah nya dengan sabun cuci muka. setelah itu Ares menggosok giginya.
Aldo yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, setelah itu Aldo memutuskan untuk menunggu nya di depan teras. sementara Ares, cowok itu memilih untuk tidak mandi, pasalnya itu sudah jadi kebiasaan kalau dia kesiangan. Asalkan dia tidak terlambat ke sekolah.
Setelah selesai semuanya, dari mulai, memasukan baku pelajaran, mengganti baju nya dengan seragam, Ares. segera keluar kamar, menemui Aldo yang tengah duduk sambil menatap nya datar.
"Ibu, gue kemana?"
"Pasar." ucapnya acuh.
"Terus uang jajan gue mana?"
"Udah sih malah bahas uang jajan, buruan nanti telat." ucap Aldo kesal, lalu berdiri, berjalan ke arah motor.
"Gak bisa lah, terus nanti gue engga ada uang jajan dong." Ares, masih terlihat mengoceh.
"Sudah sih, pake duit gue aja, buru." Dari situ, keduanya segera berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor berdua. untungnya jarak antar rumah ke sekolah tidak jauh, hanya menempuh jarak lima menit dari rumah. Tapi tetap aja mereka terlambat, orang hari ini hari Senin. sudah jelas semua murid pasti tengah kumpul di lapangan.
Dari kejauhan, keduanya sudah melihat seorang satpam hendak menutup gerbang nya, saat keduanya tiba di depan gerbang, Ares dan Aldo langsung turun dari atas motor. memohon untuk di bukakan gerbang.
"Pak pak bentar dulu pak." ucap Ares pada seorang penjaga sekolah. yang tak lain adalah pak Ahmad.
"Tidak bisa, kalian sudah telat. sana pulang lagi ke rumah."
Pak Ahmad hendak menutup gerbang nya, namun lagi dan lagi Ares berusaha menahan nya.
"Iya saya tau pak, tapi posisinya saya itu piket hari ini di lapangan. kotak P3K nya juga ada di dalam tas saya. terus kalau misalkan ada kejadian yang pingsan di lapangan Bapak mau tanggung jawab?" ucap Ares berbohong, padahal bukan dia pemegang kotak P3K, tapi anggota PMR yang lain.
Pak Ahmad terdiam sebentar, pak Ahmad sudah lumayan cukup mengenali Ares, dan Aldo, keduanya cukup aktif di organisasi. jadi tidak ada salah nya pak Ahmad memberikan satu kesempatan buat mereka. dari pada ujung nya pak Ahmad kena masalah kan?
"Yaudah, kalian boleh masuk."
Ares menatap Aldo sambil menaikkan sebelah alisnya. tak lama dari situ, mereka masuk ke gerbang. Ares sempat meminta izin kepada pak Ahmad untuk menitipkan tasnya bersama Aldo di pos satpam, lalu mengambil kotak P3K di dalam tas.lalu keduanya segera berjalan ke samping lapangan yang sudah banyak para murid berbaris di sana.
"Pinter juga Lo."
"Iya lah, masa bego terus haha."
Dengan langkah seperti orang mau maling. Ares berjalan ke barisan kelasnya bersama Aldo. Mereka berbaris di kelas X IPS 2. salah satu teman kelasnya menatap Ares bingung. kok mereka bisa masuk? Pikirnya.
"Kok Lo bisa masuk?"
"Biasa orang penting." jawab Ares enteng, Aldo yang mendengar itu terkekeh pelan sambil hormat dengan sebelah tangannya.
•••••
Setelah selesai istirahat, Kartina dengan kedua temannya memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kelas. mereka Elisa dan Lilis. saat Kartina hendak duduk di kursi, Kartina menemukan sebuah coklat yang entah dari siapa dia juga tidak tau. Kartina bingung, begitu juga dengan kedua sahabatnya.
"Dari siapa, Tin?" tanya Elisa, yang merupakan teman satu bangku Kartina.
Kartina mengangkat kedua pundaknya sebagai bentuk jawaban tidak tahu.
"Kalau engga mau, buat gue aja Tin hehe." timpal Lilis polos.
"Ambil aja." jawab Kartina tidak peduli dengan coklat di depannya. ini bukan satu kali atau kedua kalinya, tapi memang sering. Dan Kartina? Cewek itu tidak pernah tahu siapa pengirim dari coklat Itu.
"Makasih Tin." Lilis langsung mengambil Coklat itu dengan antusias.
Sementara Elisa, cewek itu terdiam, seperti nya Elisa tau siapa di balik orang yang mengirim coklat itu.
"Mau gak?"
"Enggak."
"Enak tahu."
Mereka pun kembali duduk di kursinya masing-masing. menunggu bel bunyi untuk mata pelajaran selanjutnya.
••••••
Bell sekolah berbunyi, semua murid sontak langsung membereskan semua pelengkapan sekolahnya ke dalam tas. mereka semua pun hendak keluar kelas untuk segera pulang ke Rumahnya masing-masing.
Saat ini, Kartina dan kedua sahabatnya tengah berjalan menuju gerbang tempat untuk menunggu sebuah angkutan.
"Aku duluan ya." Elisa, berpamitan lalu segera berjalan ke Arah parkiran Untuk menemui Fahri yang sedang menunggunya.
"Gak mau nongkrong dulu kita?" Lilis berteriak di sela-sela Elisa berjalan.
"Enggak, lain kali aja." Elisa menjawab ajakan Lilis dengan berteriak juga.
Setelah mengatakan itu Elisa langsung pergi menghampiri. Fahri, yang sudah menunggunya dari tadi di parkiran.
"Lama ya Ri?"
"Gapapa, santai aja."
"Yaudah yuk pulang."
Fahri mengangguk, keduanya pun langsung bergegas untuk pulang berdua naik motor.
"Sa, mau makan dulu gak?" tanya Fahri di sela-sela perjalanan pulang.
"Langsung pulang aja Ri aku capek." pinta Elisa dengan wajah terlihat capek.
"Oke." ucap Fahri sambil melanjutkan perjalanannya kembali.
Sesampainya di rumah Elisa. Fahri memberhentikan motornya. Elisa pun turun dari atas motor, melepas helm yang ada di kepalanya.
"Makasih ya Ri." ucap Elisa hendak masuk ke dalam rumah.
"Sa, tunggu." Elisa berbalik badan, menatap Fahri bingung. kenapa cowok itu memanggil nya kembali.
"Kenapa?"
"Coklat tadi gimana? kira kira Kartina suka engga."
Elisa terdiam, ternyata benar dugaannya, coklat tadi itu dari Fahri. tidak salah lagi. "Suka, malah aku minta aja gak di kasih sama Tina."
"Ya itu kan buat dia haha, sudah tenang aja, nanti aku beliin buat kamu."
"Iya iya deh, yaudah aku masuk dulu ya." Fahri mengangguk, Elisa pun segera masuk ke dalam rumah.
Begitu juga dengan Fahri, rumah keduanya saling berhadapan. Elisa mengenali Fahri karena cowok itu sempat membantunya waktu pindahan. Dari situ mereka dekat sampai sekarang.
Elisa merupakan pindahan dari Jakarta ke Bandung. sudah dua tahun sekarang dia di Bandung. itu berarti sudah dua tahun juga dia mengenali Fahri, bahkan keduanya begitu dekat seperti orang pacaran. mungkin itu hanya pandangan orang-orang saja. Realitanya mereka hanya berstatus teman biasa.
Saat menutup pintu, Elisa sempat terdiam di depan pintu. perasaan nya tiba-tiba sedih melihat Fahri yang begitu perhatian pada Kartina. Elisa sudah menyukai Fahri sejak lama, namun cewek itu tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya. Karena Elisa sadar, cinta Fahri hanya untuk Kartina.
"Mau sampai kapan sa? sampai kapan Lo menyembunyikan ini semua?" batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments