Bagian 03

Math bukan pria yang memiliki simpati pada manusia lain. Baginya, terlibat dengan penderitaan orang lain hanya akan membawa energi buruk di sekitarnya. Itulah mengapa ia tak pernah terganggu dengan apapun mengenai kehidupan orang lain. Namun, kepuasan yang ia dapatkan semalam dari Mesh, entah kenapa membuatnya semakin marah setiap terlintas lagi wajah Mesh yang mengerang membalas setiap sentuhan yang Math berikan. Karena di saat yang sama, tatapan mata Mesh selalu mengartikan hal sebaliknya.

Math mendesah, menghela nafas, berusaha menikmati secangkir capuccino sebagai pelengkap kenikmatan pagi itu. Sialnya, sekali lagi, bayangan Sorot mata Mesh mengganggu nikmatnya kopi pagi itu.

Math mengulum ludah, mengusir kesalnya yang semakin tak terarah. Ditenggaknya sisa kopi dengan kasar, lalu bangkit mencari asisten setianya.

"Lush!! Carikan aku alamat tempat tinggal Mesh Mayya, gadis yang aku tiduri semalam."

"Baik, tuan muda, tapi...."

"Waktumu hanya 15 menit."

"Oh, baiklah."

Lush bergerak cepat, mencari gambaran wajah Mesh Mayya hanya melalui sketsa yang dibuat Math dan keterangan dari beberapa pegawai di lobi hotel dan di bar tempat Math bertemu Mesh sebelumnya.

"Ini alamat tempat tinggalnya." Lush sang asisten memberikan selembar kertas, tepat setelah 15 menit waktu yang diberikan Math.

Math menyambar mantel panjangnya, topi Koboy pemberian sang kakek dan kunci mobil. Selembar kertas bertuliskan alamat tempat tinggal Mesh, tak lupa ia sisipkan ke kantong celananya.

"Haruskah aku temani, Tuan muda?" Lush menawarkan diri.

"Tidak perlu, aku hanya ada sedikit urusan dengannya."

Math berjalan cepat menuju mobil. Dengan kasar menginjak pedal gas, melaju dengan kecepatan tinggi, seakan mengejar Mesh Mayya adalah tujuan terjauhnya hari ini. Entah apa yang merasukinya, kali ini dia seperti bukan dirinya sendiri.

Perjalanan tak begitu jauh, namun cuaca hari ini sepertinya membuat Math tak bisa melaju terlalu kencang. Angin di musim panas, membuat debu dan butiran-butiran pasir tipis beterbangan di udara, ditambah dengan matahari yang mulai terik, menciptakan fatamorgana memilukan di atas pekatnya warna aspal.

Math memarkirkan mobilnya di sisi jalan, di depan pondok hunian yang bertuliskan "Malta House living". Math melihat sekeliling, jalanan sepi, tak ada manusia yang berlalu lalang, tampak seperti kota mati. Math mendekati pintu, dan mengetuknya dengan kepalan tangan.

Seorang wanita berusia lanjut membuka lubang kecil, hanya cukup untuk melihat siapa yang mengetuk pintu.

"Siapa? Ada perlu apa?" sambut si wanita lanjut usia.

"Tidak penting aku siapa, panggilkan Mesh Mayya kesini," ucap Math arogan.

"Gadis itu telah pulang ke rumah ibunya." meski kesal dengan ketidaksopanan Math, si wanita lanjut usia masih mau memberikan keterangan setaunya.

"Dimana?" Math masih mengejar.

"Kamu siapanya? Aku tidak mau memberikan alamat rumah siapapun jika tidak jelas siapa yang meminta dan untuk apa," ujar tegas si wanita tua.

"Aku kekasihnya!" Math asal menjawab.

Wanita tua itu tampak tak lagi bertanya. Entah karena kaget dengan sedikit bentakan Math, atau karena memang bisa menerima alasan Math. Si wanita tampak menuliskan sesuatu pada selembar kertas, lalu menyerahkannya untuk Math melalui lubang kecil yang sedari tadi dibuka si wanita tua. Math berpamitan seperlunya, segera menuju tempat yang ditunjukkan oleh si wanita tua.

"Kenapa aku harus sekeras ini mencari?" gumam Math kesal dengan isi kepalanya yang bising dipenuhi sorot mata dan gerak-gerik Mesh.

Sebuah pedesaan kuno, dengan rumah-rumah klasik berjajar rapi, jalanan yang hanya terbuat dari susunan-susunan batu-batu kali, pagar-pagar rumah yang terbuat dari batu kali yang ditata sedemikian rupa, membuat pemukiman itu memiliki daya nilai lebih karena ke-estetik-kannya. Ditambah dengan deretan bunga krisan warna warni di sepanjang pagar tiap rumah, membuat Mata pengunjung terbuai oleh konsep asri pemukiman itu.

Samar-samar terdengar keributan dari halaman sebuah rumah yang bisa dibilang paling besar di pedesaan itu. Di jalan depan rumah ya pun, terlihat kerumunan orang saling berbisik satu sama lain, saling mencibirkan bibir satu sama lain.

"Ada yang tahu rumah Mesh Mayya?" sapa Math pada salah satu orang yang berdiri mengintip ke dalam rumah dengan berjinjit dan mengintip dari pagar.

"Itu dia Mesh Mayya," ujar yang lain sambil menunjuk gadis yang setengah telanjang di tengah-tengah halaman.

"Apa yang terjadi?" ujar Math lalu keluar dari mobilnya.

"Orang tuanya berhutang banyak pada tengkulak. Mesh Mayya jadi bulan-bulanan si bos tengkulak. Sepertinya keperawanan Mesh Mayya jadi penawar hutang orang tuanya." ujar yang lain sambil tersenyum menyeringai.

"Kenapa tidak ada yang berani menolong?" Math mulai terlihat kesal.

"Tidak ada yang berani, bos tengkulak itu bisa saja tega membunuh siapa saja yang mengganggunya dalam hitungan detik."

Mendengar semua tuturan para warga, darah Math tiba-tiba mendidih, ditambah ia melihat sendiri bagaimana si preman merobek paksa rok indah Mesh Mayya. Masih terbayang betapa patut semalam Math menyibak rok indah itu, sekarang sudah berubah menjadi kain lusuh yang tak lagi berbentuk.

"DOR!! DOR!! DOR!!!"

Math melepaskan tiga kali tembakan ke udara, sambil berjalan ke tengah halaman. Sorot mata tajam dan kejam menjadi daya tarik lain dari seorang Math.

Tanpa ragu dan takut, Math melangkah mendekati ketua Bandit yang tak lagi memakai celana. Terlihat begitu menjijikkan bentuk tubuh dan hal lain yang ia banggakan terlihat lunglai sangat takut pada suara tembakan.

"Hentikan perlakuan menjijikkan yang sedang kalian pertontonkan!! Lihatlah, asetmu melunglai setelah mendengar tembakan dariku," gertak Math sambil mengarahkan tembakan pada aset yang tadinya dibanggakan si ketua tengkulak.

Pria-pria lain yang menjadi anak buah si tengkulak, maju memasang badan, dengan tubuh gempal bak pemain sumo, mereka mencoba menghadang Math yang sendirian. Sementara si bandit melanjutkan kekejiannya berusaha meraih Mesh Mayya.

Melihat kedatangan Math, mess Mayya merasa memiliki sedikit keberanian untuk mengerahkan kekuatan terakhirnya, setidaknya untuk melindungi diri sendiri dan keluarganya. Mesh Mayya merangkak berusaha bangun, lalu berlari menuju kain-kain yang dijemur sang ibu, dan menggunakannya untuk menutup kembali tubuh moleknya.

Math berusaha berpikir tenang, dia yang sendirian, hanya membawa sebuah pistol, tak akan sanggup melawan anak buah si Tengkulak dengan membawa kemenangan. Banyak pasang mata,namun tak ada satupun yang berani mendekat, tak ada bantuan yang bisa Math harapkan.

Math mengambil sebatang rokok dari sakunya, "Setidaknya aku harus menyesap sebelum habis karena babak belur," gumam Math sambil menyulut ujung rokoknya dengan api dari korek klasik bergambar kepala tengkorak miliknya.

...****************...

To be continue…

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

untung Math datang tepat waktu,hajar aja Math kalo perlu habisi para bandit itu, seenaknya sendiri melecehkan perempuan,beri mereka kematian yang menyakitkan,mereka semua pantas dihabisi😣😣😣

2024-09-26

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

semangaaaat Math 💪💪

2024-08-22

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Kalian sudah sehati 😌

2024-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 01
2 Bagian 02
3 Bagian 03
4 Bagian 04
5 Bagian 05
6 Bagian 06
7 Bagian 07
8 Bagian 08
9 Bagian 09
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 BAGIAN 16
17 Bagian 17
18 Bagian 18
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33
34 Bagian 34
35 Bagian 35
36 Bagian 36
37 Bagian 37
38 Bagian 38
39 Bagian 39
40 Bagian 40
41 Bagian 41
42 Bagian 42
43 Bagian 43
44 Bagian 44
45 Bagian 45
46 Bagian 46
47 Bagian 47
48 Bagian 48
49 Bagian 49
50 Bagian 50
51 Bagian 51
52 Bagian 52
53 Bagian 53
54 Bagian 54
55 Bagian 55
56 BAGIAN 56
57 Bagian 57
58 Bagian 58
59 Bagian 59
60 Bagian 60
61 Bagian 61
62 Bagian 62
63 Bagian 63
64 Bagian 64
65 Bagian 65
66 Bagian 66
67 Bagian 67
68 Bagian 68
69 Bagian 69
70 Bagian 70
71 Bagian 71
72 Bagian 72
73 Bagian 73
74 Bagian 74
75 Bagian 75
76 Bagian 76
77 Bagian 77
78 Bagian 78
79 Bagian 79
80 Bagian 80
81 Bagian 81
82 Bagian 82
83 Bagian 83
84 Bagian 84
85 Bagian 85
86 Bagian 86
87 Bagian 87
88 Bagian 88
89 Bagian 89
90 Bagian 90 [END]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bagian 01
2
Bagian 02
3
Bagian 03
4
Bagian 04
5
Bagian 05
6
Bagian 06
7
Bagian 07
8
Bagian 08
9
Bagian 09
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
BAGIAN 16
17
Bagian 17
18
Bagian 18
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33
34
Bagian 34
35
Bagian 35
36
Bagian 36
37
Bagian 37
38
Bagian 38
39
Bagian 39
40
Bagian 40
41
Bagian 41
42
Bagian 42
43
Bagian 43
44
Bagian 44
45
Bagian 45
46
Bagian 46
47
Bagian 47
48
Bagian 48
49
Bagian 49
50
Bagian 50
51
Bagian 51
52
Bagian 52
53
Bagian 53
54
Bagian 54
55
Bagian 55
56
BAGIAN 56
57
Bagian 57
58
Bagian 58
59
Bagian 59
60
Bagian 60
61
Bagian 61
62
Bagian 62
63
Bagian 63
64
Bagian 64
65
Bagian 65
66
Bagian 66
67
Bagian 67
68
Bagian 68
69
Bagian 69
70
Bagian 70
71
Bagian 71
72
Bagian 72
73
Bagian 73
74
Bagian 74
75
Bagian 75
76
Bagian 76
77
Bagian 77
78
Bagian 78
79
Bagian 79
80
Bagian 80
81
Bagian 81
82
Bagian 82
83
Bagian 83
84
Bagian 84
85
Bagian 85
86
Bagian 86
87
Bagian 87
88
Bagian 88
89
Bagian 89
90
Bagian 90 [END]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!