Math mengambil sebatang rokok dari saku mantelnya, menyelipkannya diantara bibir, lalu mengambil sebuah korek api bergambar kepala tengkorak berwarna keemasan, ditambah aksen tiga garis diagonal berwarna merah tepat dibawah simbol tengkorak.
Wajah-wajah garang yang tadinya seakan siap menyergap dengan senjata-senjata andalan seperti linggis, martil, cangkul, gergaji, sekop, dan perlengkapan pertukangan yang lain, tiba-tiba melemparkan semua senjata-senjatanya ke tanah. Semua anak buah itu berjongkok meminta ampunan pada si pemilik pemantik api.
"Apa yang kalian lakukan?!!" ujar si pemimpin.
"Simbol di koreknya bos. Dia berasal dari keluarga pembantai itu," ujar salah satu anak buah si bandit.
"Benarkah? Kenapa dia bisa sampai di sini? Aku merasa tak pernah melihat wajah itu." sang ketua Bandit berjalan menuju math, memperhatikan dengan seksama wajah math yang berbeda dengan penduduk negara itu pada umumnya.
"Lepaskan, wanita itu milikku. Aku sudah membelinya dengan harga yang tak sedikit pagi ini," ucap angkuh Math sambil mengepulkan asap dari mulutnya.
"Jadi, kamu ini anak pungut yang selama ini disembunyikan ya? Sepertinya kamu berbeda dengan kakek dan ayahmu." si Bandit tampak mengenal keluarga dan asal-usul Math.
"Aku datang untuk kepentinganku sendiri, tidak ada hubungannya dengan keluargaku." math kembali mengisap rokoknya, mengepulkan asap tepat ke wajah si bandit.
"Hahaha.... Kamu lucu juga. Tapi, berurusan dengan keluargamu, hanya akan membuat kelompok kecilku ini merugi. Aku dengar, keluargamu masih saja suka membantai dengan seenaknya."
"Jika kamu tahu hal itu, sebaiknya menyerah saja, tapi kali ini aku datang atas namaku sendiri untuk urusanku sendiri," ujar Math pongah. "Kita duel saja, akan aku buktikan jika aku bisa melawan kalian sendirian."
"Baiklah, akan aku pangkas kesombonganmu sekarang juga." si Bandit menerima tantangan Math.
Si bandit memulai pukulan mengarah ke tubuh Math, namun dengan mudah ditangkas dengan satu pukulan balasan. Keduanya bertarung tanpa senjata. Dan sepertinya kemampuan keduanya seimbang. Math yang memiliki tubuh tinggi, dan perut rata, serta otot yang menonjol tepat sempurna di tempat yang tepat, mampu menyeimbangkan dengan tubuh gempal dan pengalaman bertarung seorang bandit.
BUGH!! BUGH!! BUGH!!!
Saling pukul dan saling tendang antara Math dan si bandit, disaksikan anak buah para bandit dan warga yang berkumpul semakin banyak, mengitari halaman rumah Mesh.
Melihat adanya kesempatan untuk menyelamatkan diri, mesh bergerak perlahan membawa sang ibu dan adik untuk meninggalkan tempat itu. HARUS SELAMAT! Hanya itu yang terlintas di dalam pikiran Mesh. Bagaimanapun caranya, ia harus bisa membawa adik dan ibunya untuk menjauh dari sana.
"Arrrgh!!!" Teriak Math kesakitan, saat ujung pisau menerjang dada sebelah kirinya. Hampir saja tertusuk, namun ia masih bisa menghindar, walaupun luka tampak sedikit dalam.
"Hahahaha ... ternyata hanya sampai di situ saja kesombonganmu. Lihatlah, aku hampir tak merasakan pukulanmu. Otot saja yang kamu punya, tapi tidak ada kekuatannya," ejek si Bandit.
"Habisi saja,Bos!! Hahahaha ...," sahut bandit lainnya, disambut tawa dan tepuk tangan riuh semua mata yang melihat pertarungan itu.
"Terima ini, Hyaaa!!!!!" tak disangka, dari arah belakang Math, seorang bandit menyerang Math dengan tendangan keras, dan tepat mengenai punggung Math.
Math terhuyung dan jatuh. Melihat Math tersungkur, si ketua bandit tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia menarik rambut Math, lalu mendaratkan satu pukulan keras tepat di wajah Math.
"Aaark!!" erangan kesakitan Math membuat para bandit merasa puas dan semakin terbahak.
"Aku rasa menghabisimu adalah tujuan utamaku hari ini. Lalu kupakai jasadmu sebagai makanan buaya-buaya peliharaan ku. Hahahaha ...!!!" tawa puas para bandit menatap wajah Math yang babak belur.
"Apa ini ... Kenapa mereka sangat kuat sekali, aku kehabisan energi. Aku tidak bisa melawan mereka. harus cari cara lain," pikir math.
Wajah tampan dan rambut sedikit gondrong, kebanggan Math kali ini sangat berantakan, kotor karena debu bercampur keringat dan darah. Math menyeka wajahnya dari tetes darah sambil menahan kesakitan karena pukulan-pukulan yang ia terima tanpa bisa mengelak.
"Habisi saja sekarang, Bos. Jangan ditunda lagi," ujar salah satu anak buah si bandit.
"Benar! habisi sebelum keluarganya menemukan kita," sahut yang lainnya.
"Baiklah, ada benarnya juga katamu. Akan aku tembak dia dengan pistolnya sendiri."
"Ah, pistol?!! Dimana pistolku? Sejak kapan dia mengambil pistolku??!"
Math tak menyadari saat terlalu fokus bertarung tadi, pistolnya terjatuh dan berhasil disembunyikan oleh si ketua bandit. Sungguh sial! Tak ada jalan untuk mundur bagi math.
DOR!!! DOR!!! DOR!!!
Suara tembakan beruntun membuat suasana kembali menjadi kacau tak terkendali. Dua buah mobil Jeep membelah kerumunan penonton, dengan beberapa orang berbadan tegap lengkap dengan senjata perang dan topeng.
Semua orang tegang, begitu pula dengan para bandit. Lalu seorang pria tua berbadan tinggi, keluar dari mobil kedua, setelan mantel jas berwarna abu-abu, dan topi Koboy lengkap dengan cerutu terselip di ujung bibirnya. Pria tua itu berjalan didampingi anak buahnya yang siap menodongkan senjata ke arah para bandit.
"Kau ... !!" si ketua bandit tampak terkejut melihat siapa yang datang. Wajah pria tua yang sangat terkenal di kota itu, bahkan di beberapa kota di wilayah itu.
Cerutu dan cincin serta lambang yang tertera di salah satu sisi topinya, menjadi salah satu tanda pengenal yang membuat kelompok keluarga ini sangat ditakuti. Gambar yang sama persis seperti pada korek api milik Math.
Benar! Dia adalah Mattew Male. Pria tua klan tertinggi keluarga Male. Penguasa daratan sepanjang sungai Sipi di daratan barat. Klan ini sangat kuat turun temurun selalu memiliki pengikut setia yang tunduk dan patuh pada peraturan utama. Tak ada warga biasa yang berani bersinggungan langsung dengan klan ini, karena mereka tega melakukan apa saja untuk mendapatkan tujuannya.
Tanpa perlawanan yang berarti, Mattew dengan mudah mampu membawa Math pergi dari tempat itu, dan membawanya ke rumah utama Mattew.
"Apa lagi ulah anak pungut ini?" ujar Paula Male, istri ke tiga Mattew Male.
"Paling ketahuan bercumbu dengan pria." Istri kedua Mattew yang tengah ikut berkumpul dalam perjamuan teh sore para wanita itupun menyahut.
"Aku dengar dia suka tidur dengan para wanita," sahut Syalla Male, istri John Male, putra kedua Mattew Male.
"Itu hanya kamuflase. Sampai sekarang tak ada satupun wanita yang datang mengaku mengandung benihnya. Percayalah, dia itu penyuka sesama pria." hasut Dohanna.
"Ehem!!" deheman keras dan lirikan mata tajam Zicha Male, istri pertama Mattew Male cukup mampu menghentikan mulut-mulut penyebar desas-desus.
Mattew membisikkan sesuatu pada salah satu anak buahnya, setelah menempatkan math di kursi persidangan di aula utama sebagai pusat berkumpulnya anggota klan utama.
...****************...
To be continue…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
🟢🔵🐌ˢ⍣⃟ₛ🤎🦚EͣIᵞGʸHTͣTEᷠSSͣ
math SM Mattew aku hmpir bingung ,,mklum kan ya Mbah uti kan udah berumur wkwkww
2024-10-13
1
🌞MentariSenja🌞
kenapa bisa ceroboh sih?
2024-10-01
1
🌞MentariSenja🌞
thor...knp jagoannya kalah sih, haduuuuh...😔
2024-10-01
1