"SUKMA....SUKMA....! Keluar kamu!" teriak Sinta dari luar.
"Siapa yang teriak-teriak di depan rumah kita, Yah?" tanya Ranti takut.
"Coba Ayah lihat siapa di luar?" ujar Kohar membuka pintu kamar. Ranti berjalan mengekor di belakang punggung suaminya.
Sinta menggedor pintu cukup keras, hingga suara gebrakan itu didengar oleh tetangga sebelah. Sambil memanggil nama Sukma, berteriak memintanya untuk keluar.
"Bu Sinta! Kenapa gedor-gedor pintu rumah Saya kencang sekali" tegur Ranti kaget.
"Mana Sukma? Suruh dia keluar sekarang!" bentak Sinta, memaksakan diri ingin menerobos masuk kedalam.
"Tunggu!" cegah Kohar menghalangi langkah Sinta yang tengah marah.
Sukma yang baru saja selesai sholat isya, segera melepas mukena begitu saja. Tanpa dulu melipat sajadahnya. Ia secepatnya keluar menuju pintu depan, setelah mendengar teriakan perempuan yang suaranya sangat dia kenali.
"Bu Sinta!" Sukma sangat terkejut melihat istri Juan ada di rumahnya dalam keadaan sangat marah.
"Dasar anak kurang ajar, sini kamu!" bentak Sinta menarik tangan Sukma kasar. Namun kedua orang tua Sukma, dengan cepat menangkis tangan kasar Sinta yang ingin menampar Sukma.
"Jangan bersikap kasar dengan anak Saya!" bentak Kohar balik geram akan sikap Sinta yang main hakim sendiri.
Menyakiti putri mereka tanpa tahu dulu duduk permasalahannya. Datang seenaknya berteriak seperti orang kesetanan.
"Ada masalah apa, Bu Sinta datang kemari marah-marah ingin menyakiti Sukma?" tanya Ranti gantian.
"Tanyakan sendiri sama anak kamu yang kurang ajar itu. Dia hampir membunuh suami Saya, dan sekarang suami saya sekarat di rumah sakit." ucap Sinta, yang sengaja mengeraskan suaranya. Agar semu orang yang ada disekitar rumah Sukma mendengarnya. Seolah-olah Sukma lah yang bersalah, karena jelas dia menjadi tersangka saat kejadian di toko miliknya.
"Sukma," lirih Ranti menatap wajah putrinya yang nampak gugup. Sukma menatap wajah Ibu, dan Ayahnya bergantian.
"Ibu, Ayah! Dengarkan penjelasan Sukma. Ini tidak seperti yang Ibu, dan Ayah pikirkan. Sukma tidak bermaksud untuk___"
"Kamu mau mengelak, Saya bisa menyeretmu ke penjara sekarang juga, Sukma." Sukma menggelengkan kepalanya cepat. Menatap Ayah, dan ibunya yang kaget mendengar penuturan istri bosnya itu.
Kepala Rt yang mendapat laporan secara lansung dari salah satu warga. Secepatnya mendatangi rumah Kohar yang sedang terjadi kericuhan.
Sebagai penengah Wandi, selaku ketua Rt memberikan solusi pada mereka untuk membicarakan masalah secara kekeluargaan.
Meminta kepada kedua belah pihak untuk duduk, dan bicara dengan jalan damai. Meski awalnya Sinta menolak karena tidak puas akan keputusan Wandi. Akhinya permasalahan berakhir damai dengan syarat. Sinta meminta ganti rugi biaya perawatan rumah sakit sampai Juan, suaminya dinyatakan sembuh total.
"Bagaimana Pak Kohar? Apa Bapak setuju dengan syarat yang Bu Sinta minta?" tanya Wandi pada Kohar. Yang belum memberikan jawaban, Kohar bersama istrinya masih berdiskusi. Mereka nampak berpikir sebelum memberi jawaban.
"Saya setuju dengan syarat yang, Bu Sinta minta. Saya akan mengganti biaya rumah sakit Pak Juan. Asal Bu Sinta tidak lagi mengusik keluarga kami dan tidak melakukan ancaman apapun." ujar Sukma berani tanpa lagi berpikir.
"Sukma maksud kamu apa, Nak?" tanya Kohar bingung akan ucapan Sukma.
"Kamu mau bayar pake apa, Sukma? Ibu sama Ayah saja belum ada uang." sambung Ranti tidak yakin akan ucapan Sukma yang menurutnya sangatlah tidak mungkin. Sedang mereka sendiri tidak punya barang berharga yang bisa dijual.
"Ibu sama Ayah tidak usah khawatir. Sukma akan bekerja keras."
"Tapi, Nak___" sanggah Ranti tidak tega.
"Ibu, Sukma akan bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Ibu sama Ayah cukup memberikan do'a saja. Besok Sukma akan menemui Bang Alex, jika Sukma siap menerima tawaran pekerjaan darinya." Kohar dan Ranti hanya mengangguk lemah. Menatap wajah Sukma yang serius akan ucapannya.
"Oke, bagus kalo begitu. Saya tunggu janji kamu, Sukma." ucap Sinta lantang, beranjak dari duduknya. Meninggalkan rumah ketua Rt begitu saja tanpa pamit.
Sukma, dan kedua orang tuanya kembali pulang kerumah. Setelah pamit pada ketua Rt setempat. Di perjalanan mereka saling diam, Ranti dan suaminya saling melempar pandang berpikir.
Bagaimana cara membayar ganti rugi pada Sinta. Tanpa harus melibatkan Sukma bekerja sampai ke Bali. Sebagai seorang Ibu mana mungkin bisa Ranti melepas putrinya pergi dengan jarak yang begitu jauh.
Sedangkan Sukma tidak terbiasa jauh dari keluarganya. Kohar mengerti akan tatapan istrinya yang menyiratkan banyak arti. Ada banyak pertanyaan dalam benaknya Ranti. Bagaimana dengan nasib putrinya nanti hidup tanpa keluarganya disana?
Tatapan pasrah terlihat begitu sendu bahkan mampu membuat kedua matanya berkaca-kaca. Sukma yang sudah tahu akan bahasa tubuh kedua orang tuanya. Berjalan mendekat berada ditengah-tengahnya.
"Ayah sama Ibu tidak perlu khawatir. Sukma bukan perempuan cengeng dan lemah. Sukma yakin, Sukma pasti bisa." ujarnya meyakinkan kedua orang tuanya. Sukma berusaha terlihat tegar dihadapan mereka mesti hatinya sebenarnya tidak ingin jauh dari mereka.
Demi orang tuanya Sukma bertekad, agar Juan, dan Sinta tidak memperpanjang perkara sampai ke jalur hukum. Dia tidak ingin Ibu, dan Ayahnya yang menanggung akibat dari perbuatannya. Sukma harus bertanggung jawab, meski dia terpaksa melakukannya.
Demi menjaga diri dari perbuatan Juan yang menjijikan. Yang ingin melakukan pelecehan terhadap dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments