"Tuan pasti minum wine. Sudah tahu tidak tahan bau alkohol, masih saja minum." decak Herman heran pada tuannya.
Rasa pusing yang membuat kepala Richard semakin berputar. Membuat isi perutnya mual, dan semakin mual. Akhinya Richard memuntahkan isi perutnya, bagaikan racun yang menyerang isi kepala juga perutnya.
"Ya, ampun, Tuan. Malah muntah!" omel Herman kesal akan perbuatan majikannya, dan memarahinya seperti anak SD.
"My head is very dizzy." keluh Richard memegangi kepanya yang pusing. Herman segera membawa tuannya ke kamar, sebelum dia membersihkan lantai. Karena muntahan majikannya itu.
"Kalo gini caranya bisa kerja rangkap. Jadi keamanan sekaligus jadi baby sitternya, Tuan Richard. Besok sudah harus dapat asisten rumah secepatnya." keluh Herman menggelengkan kepalanya lemah. Membawa alat kebersihan dari kamar mandi dapur.
Usai membersihkan lantai, dan mengepelnya. Kini Herman beralih ke kamar lagi, untuk mengganti pakaian kotor Richard dari noda karena ulahnya.
"Haduh, gila! Bau banget tu muntahan." umpatnya bergidik jijik seraya mencuci kedua tangannya di wastafel. Dia pun segera mengganti pakaiannya sebelum beranjak tidur.
***
"Sukma, kamu ko tumben ada di rumah?" tanya Alex, tanpa sengaja lewat depan rumahnya. Yang sedang menyiram tanaman di pekarangan.
"Iy__iya Bang Alex. Saya udah nggak kerja lagi." jawab Sukma sedikit terbata. Berusaha bersikap biasa saja, menjawab pertanyaan Alex.
Gadis itu masih takut setelah kejadian menakutkan waktu itu. Setiap kali ada orang yang bertanya padanya, Sukma takut jika orang itu adalah mata-mata Juan. Bosnya yang tidak tahu diri itu, selain mesum dia juga pria jahat yang tidak punya rasa kemanusiaan.
Dia bisa saja menuntut balas pada Sukma. Atas tindakannya sore itu, yang sama sekali tidak ada niatan untuk melakukan tindak kejahatan. Semua terjadi begitu saja secara sepontan, melindungi diri dari perbuatan Juan yang menjijikkan.
"Abang ada tawaran kerja, itu pun kalo kamu minat." ucap Alex to the point.
"Kerjaan?" ulang Sukma mempertajam pendengarannya. "Dimana, dan kerja apa, Bang?" tanya Sukma lagi. Belum sempat Alex menjawab deringan ponsel di dalam sakunya memekik keras.
"Nah, ini dia orangnya telepon!'' ujar Alex menunjukkan ponselnya pada Sukma.
~Alex, gimana ada yang minat kerja?
Tanya Herman di seberang telepon.
~Kebetulan banget loe telepon.
balas Alex menimpali.
~ Loe tanya langsung aja sama orangnya
Kata Alex pada Herman. Lalu menyerahkan ponselnya pada Sukma. Memberikan kode lewat bahasa tubuhnya, awalnya Sukma menolak. Tidak ingin menjawab telepon teman dari tetangganya itu.
"Udah, ngomong aja!" bisik Alex sepelan mungkin. Agar suaranya tidak terdengar oleh Herman. Mau tidak mau akhirnya Sukma mengikuti apa yang Alex perintah.
Beberapa menit Sukma bicara lewat telepon dengan Herman. Lalu meminta pendapat pada Alex, Bagaimana bisa dia bekerja dengan tuntutan harus bisa bicara dalam bahasa inggris.
Sedangkan dia hanya lulusan pendidikan kejar paket. Yang ijazahnya setara dengan SMA. Tapi tetap saja secara kualitas tetaplah berbeda. Tidak seperti sekolah yang benar-benar sudah terakreditasi.
"Sepertinya Sukma tidak cocok bekerja disana, Bang. Tidak masuk daftar kriteria yang Bang Herman sebutkan." keluh Sukma pada Alex.
"Masalah itu gampang. Kamu bisa tanyakan pada Herman, apapun yang kamu tidak tahu. Lama-lama kamu akan terbiasa belajar bahasa inggris disana." bujuk Alex meyakinkan Sukma. Agar secepatnya menerima tawaran kerja dari temannya itu.
Secara Alex bisa dapatkan uang komisi dari Herman. Karena berhasil mencarikan asisten rumah untuk bosnya itu.
"Ayolah Sukma terima saja. Disana kamu bisa bekerja sambil belajar bahasa asing," bujuknya lagi.
"Sukma, pikir-pikir dulu, deh Bang. Bagaimanapun juga ibu dan yang lain harus tahu. Sukma kerja apa dan dimana." ujarnya meminta pendapat keluarganya sebelum menyetujuinya.
"Oke, ini nomor hape, Abang. Besok kamu hubungi Bang Alex saja. Ini adalah kesempatan emas buatmu, Sukma. Jika kamu sudah berhasil mengumpulkan uang. Kamu bisa renovasi rumah ibumu ini, hidup kalian pasti terjamin. Uang memang bukan segalannya, Sukma. Tapi segalanya butuh uang." ucap Alex diakhir kalimatnya. Meraih ponselnya menyimpannya kedalam saku kemeja.
Di rumah Sukma, setelah makan malam bersama keluarga. Sukma menceritakan keinginannya untuk bekerja sebagai asisten rumah. Yang jaraknya sangat jauh dari Jakarta, tentu saja itu akan membuat Sukma rindu pada keluarganya.
Karena mereka selalu bersama dalam keadaan apapun. Dan tidak pernah jauh dari Ibu, Ayah, dan Aldo adiknya.
"Apa Ayah, dan Ibumu ini tidak salah dengar, Sukma? Kamu mau bekerja di Bali selama kurang lebih depan bulan?" tanya Ranti tidak setuju akan keinginan putrinya.
"Iya, Ibu. Ranti mau mencari pengalaman dengan bekerja disana. Gajinya juga besar, uangnya nanti bisa kita gunakan untuk renovasi rumah ini." tuturnya meyakinkan Ranti, yang sepertinya tidak menyetujui keinginannya.
"Yah, katakan pada putrimu itu. Ibu tidak memberinya izin untuk bekerja disana." kata Ranti pada suaminya. Sedang Sukma masih terdiam, mendengar pendapat dari Ibu juga Ayahnya.
''Bu, biarkan Sukma mengambil keputusan sesuai kata hatinya. Sukma putri kita cukup pintar dalam mengambil keputusan. Dia pasti sudah memikirkannya matang-matang sebelum bertindak." papar Kohar bijak.
"Tapi,Yah. Siapa yang akan menjamin keselamatan Sukma disana. Dia putri kita satu-satunya, Yah." protes Ranti kekeh pada pendiriannya. Yang masih tidak mengizinkan Sukma bekerja di luar Jakarta.
"Aldo juga putra kita satu-satunya, Bu." sambung Kohar menimpali.
"Ayah....!" protes Ranti sedikit geram. Meninggalkan tempat diskusi.
"Sukma, kamu tenang saja. Biar Ayah yang memberikan pengertian pada ibumu. Sukma pasti paham, bagaimana perasaan seorang Ibu pada anaknya. Rasa sayang, dan cintanya seorang Ibu. Yang tidak bisa melihat anaknya jauh darinya." Sukma mengangguk paham akan ucapan Ayahnya yang begitu teduh.
"Sukma, pamit istirahat ke kamar, Ayah." pamit Sukma masuk kedalam kamarnya. Berharap besok Ranti berubah pikiran, dan mau memberinya izin.
"SUKMA....SUKMA.....! Keluar kamu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments