Malam itu Ayya tidak bisa tidur. Matanya enggan terpejam meski dipaksa hingga kulit di antara kedua alisnya berkerut. Tidak ada rasa kantuk sedikitpun padahal seharian ini dia cukup dilelahkan dengan membuat beberapa kue tart dan mousse pesanan pelanggannya. Hari ini dia mulai dengan kegembiraan karena banyaknya pesanan yang masuk, tetapi kemudian ditutup dengan kejadian yang tak terduga yang membuat hatinya kembali kacau. Dan akibatnya sekarang, semua lelah dan kantuknya hilang.
Ya, wanita itu telah mengacaukan keceriaannya hari ini. Tepatnya bukan keceriaan, karena tidak ada kata ceria dalam kamusnya sekarang. Wanita itu telah merusak fokus Ayya pada pekerjaannya. Memaksanya untuk kembali mengenang peristiwa yang telah sekian lama membelenggunya.
Karena tiada kantuk akhirnya Ayya bangkit dari baringnya, dia mengambil tas kerjanya dan merogoh kartu nama yang dia simpan di dalamnya. Disandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur, matanya tak lepas dari tulisan di atas kartu nama itu.
Melinda Fauzia Pratama.
Nama yang pantas untuk disandang oleh seorang wanita yang lembut dan anggun seperti dia, batinnya.
Terbayang lagi bagaimana wanita itu bicara dengan suara yang lembut dan bagaimana tawa cerianya selalu mengembang di wajah cantiknya menunjukkan bahwa dia seorang wanita yang bahagia. Ya, tentu dia bahagia karena memiliki anak yang lucu, memiliki seorang suami yang gagah, sukses dan tentu saja sangat mencintainya. Harta dan cinta melengkapi hidupnya yang beruntung.
Ayya menarik nafas dalam lalu menghembuskannya kasar.
Berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu merasa kesepian. Kesepian yang diakibatkan oleh cinta dan kasih sayang yang berlebihan dari kedua orangtuanya yang kemudian membelenggunya sehingga dia tidak dapat menggapai cinta dari seseorang yang didamba.
Melinda Fauzia Pratama
Pratama, apakah itu nama sosok yang aku cari? Yang sekarang menjadi suaminya?
Flashback
Saat itu Ayya masih kuliah semester enam di sebuah universitas ternama di Jakarta. Karena proteksi yang berlebihan dari kedua orangtuanya Ayya tumbuh menjadi gadis pendiam dan nyaris tidak memiliki teman di kampusnya selain teman sekelasnya itupun terbatas saja. Teman dekat satu-satunya adalah Retno yang berasal dari Surabaya yang tinggal ngekost di sekitar kampus. Dengan Retnolah Ayya sering berdiskusi dan mengerjakan tugas bareng. Retno sering menginap di rumah Ayya karena orangtuanya percaya pada Retno. Menurut mama dan papanya Retno gadis yang baik dan sopan, tidak neko-neko, demikian penilaian mereka terhadap Retno.
Retno adalah gadis yang ceria dan pecicilan. Tapi dia bisa menempatkan diri. Dia tahu bagaimana orangtua Ayya melindungi dan menyayangi anak mereka, maka Retno pun mengikuti. Tidak bertingkah aneh-aneh di depan orangtua Ayya.
Di kampus mereka, tersebutlah seorang kakak tingkat idola para mahasiswi bernama Ray yang dijuluki cool boy karena gayanya yang cool abis. Seorang pria tampan dengan tubuh tinggi menjulang dengan wajah karismatiknya yang selalu menebar pesona.
Sepanjang pengetahuan Ayya hampir semua mahasiswi menyukai Ray bukan hanya karena wajah tampannya dan gayanya yang cool, tetapi juga karena dia tajir dan gaul. Diam-diam Ayya juga menyimpan rasa suka pada Ray dan mengidolakannya, tetapi hanya sebatas angan saja, tidak dia tampakkan dan tidak dia ungkapkan pada siapapun termasuk Retno. Dia adalah fans tersembunyi-nya Ray.
Flashback off
Ayya kembali menarik nafas panjang. Diliriknya jam dinding, sudah pukul 23 lewat 44 menit.
Aku harus segera tidur. Besok aku harus bantu Grace mengerjakan pesanan 2.000 nasi box untuk perayaan ulang tahun PT. FarnaTex, batinnya.
Dibaringkannya kembali tubuhnya dan mencoba memejamkan mata. Walau awalnya sulit akhirnya dia dapat terlelap juga.
🖤
“Hallo selamat pagi!” suara Melinda terdengar di seberang telepon.
“Hallo Mbak Mel, maaf aku ganggu waktunya,” suara Ayya menjawab.
“Gak apa-apa Mbak Ayya. Ada apa nih? Ada masalah dengan pesanan aku?”
“Gak ada Mbak, aku nelepon cuma mau minta waktu, kira-kira kapan ya aku bisa survey tempat pestanya supaya bisa mengatur tata letaknya nanti.”
“Oh boleh, boleh banget. Itu juga yang aku pikirin Mbak Ayya, supaya semuanya sesuai dengan yang aku inginkan,” terdengar suara lembut Melinda yang bersemangat, “Kapan Mbak Ayya mau ke sini? Aku tunggu!”
“Kalau nanti siang bisa Mbak? Kebetulan aku mau nganterin pesanan ke temen di sekitaran situ.”
“Ya tentu saja, sebelum makan siang ya. Aku jamu Mbak Ayya makan di rumahku deh, bisa ya?” sepertinya Melinda senang sekali.
“Ah.. boleh, sekali-kali aku ngerasain masakan Mbak Mel hehe...” Ayya tertawa.
Ini kesempatanku untuk mengorek informasi tentang dia.
“Oke kalau gitu, aku tunggu ya, see you!”
“Ya Mbak, terima kasih, selamat pagi.”
Ayya menutup teleponnya, tersenyum, matanya lurus menatap dinding.
Aku akan segera memulai misiku, batinnya.
🖤
Ayya turun dari mobilnya. Matanya menatap kagum pada rumah yang sekarang tepat berada dalam pandangannya. Rumah yang besar dan megah. Sepertinya baru direnovasi, terlihat dari warna catnya yang masih baru dan beberapa tanaman hias yang masih kecil.
Pandangannya terhenti ketika pintu rumah terbuka dan seorang wanita cantik muncul dengan senyum mengembang di wajahnya.
“Hai Mbak Ayya…” serunya menghampiri, merentangkan tangannya memeluk bahu Ayya, mereka cipika-cipiki.
Ayya tersenyum lebar, “Rumahnya bagus banget Mbak Mel.”
“Ah biasa aja… ayo masuk,” tangan Melinda menggandeng Ayya membawanya masuk , “Silakan duduk. Tunggu sebentar ya, aku suruh Bibi buatkan minuman dulu,” Melinda melangkah meninggalkan Ayya.
Ayya mengedarkan pandangannya menyusuri setiap jengkal ruangan. Ada sebuah lemari hias terbuat dari kaca. Terpampang beberapa ornament, boneka, dan foto-foto. Ayya melangkah perlahan mengamati foto-foto tersebut.
Diperhatikannya satu-satu foto itu. Hatinya berdesir ketika menatap foto keluarga terdiri dari tiga orang. Di situ jelas terlihat Melinda sedang memangku seorang anak laki-laki dan seorang pria berdiri di samping Melinda. Mereka tersenyum penuh kebahagiaan.
Pria ini….
Tangan Ayya mengusap wajah pria pada foto itu.
Dia…ada di sini, batinnya.
Hatinya tiba-tiba perih, dadanya sesak, ada sesuatu yang terdorong dari dalam menyeruak naik ke atas membuat wajahnya panas dan tangannya gemetar. Matanya tiba-tiba kabur seperti berkabut. Dia ingin menangis menjerit sekuat tenaga.
“Mbak Ayya…” suara Melinda membuyarkan lamunan dan segala perasaan yang sedang melanda
Ayya menghembuskan nafas pelan sebelum dia membalikkan badan menghadap Melinda yang berdiri di belakangnya.
Ayya tersenyum, "Keluarga yang sangat harmonis,” ucapnya.
“Oh..itu aku bersama suami dan Bintang anak kami. Itu waktu kami tinggal di Brisbane,” Melinda menghampiri Ayya yang masih berdiri mematung.
Tangannya meraih foto tersebut, ditatapnya dengan senyum di wajahnya. ada rasa bangga di sana
“Suami aku bekerja di sebuah perusahaan internasional di Brisbane. Aku ikut suami tinggal di sana sejak kami menikah,” lanjutnya.
🖤🖤🖤🖤
Terkadang apa yang kita inginkan tidak dapat kita miliki. Bersabarlah....
Pasti ada yang lebih baik menurut Tuhan
Karena baik menurut manusia belum tentu baik menurut sang pencipta.
😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣꉣ𝑞𝑢𝑒𝑒N
cerita yg bagus
2023-12-23
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 Jason
kasihan ayya
2021-11-02
2
ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖
Ayya gk ada kerjaan, nyari gara gara🤦
kapan bisa move on klo begini,🙄
2021-07-19
0