Dia masih duduk di depan jendela kamarnya, masih memandang ke luar mengawasi setiap tetes air yang jatuh ke tanah menyisakan lubang kecil. Hatinya penuh dengan rasa. Entah rasa apa, dia tidak bisa mengidentifikasi. Apakah amarah, benci, rindu, atau dendam yang saat ini berkecamuk, ataukah gabungan dari semua rasa itu.
Siang tadi saat dia sedang berbelanja di supermarket, saat dia sedang mendorong troli tanpa sengaja matanya melihat sosok itu. Sosok yang selama hampir sepuluh tahun dicarinya. Sosok yang selama hampir sepuluh tahun menghantui hari-harinya dan selalu hadir dalam mimpinya. Sosok yang dia rindukan sekaligus dia benci. Tapi rasa mana yang lebih dominan, apakah rindu atau benci? Dia sendiri tak tahu.
Dia ingin menghampiri tapi ragu. Sosok itu seperti tak mengenalnya. Berlalu begitu saja di hadapannya tanpa ekspresi apapun. Sedangkan dia, badannya kaku dan tangannya gemetar, bibirnya ingin menyapa tetapi kelu. Akhirnya dia hanya diam dengan hati tersayat perih ketika seorang wanita cantik menghampiri sosok itu, lalu mereka bergandengan tangan meninggalkan supermarket menuju mobil dan menghilang dari pandangannya.
Sepuluh tahun yang lalu. Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan. Peristiwa yang hanya terjadi sekali dalam hidupnya. Sesuatu yang besar yang berhasil mengubah dirinya menjadi seperti sekarang ini.
🖤
Cahaya Melati Almira, gadis cantik anak semata wayang seorang pengusaha kaya. Sangat dimanja dan dilindungi oleh orangtuanya. Bak gelas kristal yang tidak boleh disentuh, dijaga dengan sepenuh hati siang dan malam. Takut retak, takut rusak. Begitulah diibaratkan bagaimana perlakuan kedua orangtuanya terhadapnya.
Berangkat sekolah diantar, pulang sekolah dijemput. Pergaulan diatur, tidak boleh keluar rumah sendiri, tidak boleh bergaul dengan sembarang orang, harus begini, harus begitu. Bahkan ketika dia memasuki bangku kuliah perlakuan itu tidak berubah. Dan dia patuh.
🖤
“Sayang…kamu sedang apa? Kok dari tadi memandang keluar terus? Hujannya kan sudah berhenti,” suara Mama mengejutkannya. Mamanya tahu betul Ayya sangat suka memandangi hujan.
Ayya memutar kepalanya untuk melihat mamanya lalu tersenyum sambil membalikkan badannya.
“Ayya merasa tenang kalau lihat hujan Ma,” jawabnya.
“Sini, Mama mau bicara,” tangan mama menepuk tepi kasur tempatnya duduk.
Ayya menghampiri dan duduk di sebelah Mama
“Ada apa Ma?”
“Besok Om Baskoro akan datang berkunjung. Papa dan Mama akan menjamu makan siang. Kamu bisa hadir kan sayang?”
Ayya terdiam. Pasti Mamanya akan memperkenalkannya dengan Om Baskoro.
“Besok Ayya ada pesanan kue pengantin Ma. Kayaknya bakal pulang sore deh.”
“Sayaang…sebentar saja ya!. Om Baskoro akan datang bersama anaknya. Namanya Julius, dia baru lulus kuliah S3 di Inggris. Mama ingin kamu berkenalan dengannya,” tangan Mama mengusap anak rambut yang jatuh di kening Ayya.
Benar kan? Pasti itu tujuan Mama dan Papa.
“Ya sayang… bisa kan?” desak Mama.
“Ayya usahakan ya Ma,” demi Mamanya yang selalu berusaha mencarikan jodoh untuknya.
“Anak Mama yang cantik, Mama senang mendengarnya. Nanti kalau sudah selesai makan siangnya kamu bisa kembali ke toko kok,” Mama tersenyum bahagia.
Ayya hanya mengangguk pelan.
“Julius itu hebat lho. Dia menjadi dosen di Inggris dan mendapat beasiswa S3 di sana. Dia sengaja pulang ke Indonesia untuk memenuhi undangan papamu,” terang Mama.
Ayya hanya diam mendengarkan. Ini sudah kesekian kalinya orangtuanya memperkenalkan dia dengan laki-laki, tapi semuanya kandas. Tak ada yang bertahan. Entah mengapa, mungkin karena sikap dinginnya akhirnya semua laki-laki itu mundur secara teratur. Padahal semua laki-laki itu bukan orang sembarangan, ada yang pengusaha, dosen bahkan pejabat tapi semuanya tidak mampu meluluhkan hati Ayya.
“Nanti kalau kamu ketemu dengan Julius kamu pasti suka. Dia anaknya supel dan pandai bergaul. Maklum dia kan ngajar ilmu komunikasi, otomatis dia pandai dong komunikasinya,” Mama tertawa bangga.
Ayya masih diam, hanya senyum tipis yang muncul di bibir mungilnya.
“Kamu kalau nanti ketemu sama Julius jangan judes-judes ya. Bersikaplah yang ramah dan hangat,” lanjut Mama, “Bisa kan sayang?”
“Iya Ma” jawab Ayya singkat. Kan memang itu yang selalu diminta oleh Mama setiap kali dia dikenalkan dengan laki-laki yang dibawa Mama dan Papa padanya, tapi toh tetap saja semuanya tidak ada yang bertahan.
“Ayo kita ke ruang makan sayang, Papa sudah menunggu kayaknya,” ajak Mama merengkuh tangan Ayya mengajaknya beranjak menuju ruang makan.
Mama dan Papa selalu memperlakukannya seperti anak kecil yang harus diasuh dan dijaga dengan penuh kehati-hatian. Tidak pernah berubah sejak dulu, bahkan sampai usianya yang sudah lebih dari tiga puluh tahun, perlakuan itu tidak pernah berubah.
🖤
Ayya sedang berdiri sendirian di tengah hiruk pikuk pesta. Musik berdentum-dentum, orang - orang berlalu-lalang di hadapannya, Sebagian lagi sedang berjoget-joget mengikuti irama musik, ada juga yang sedang mengobrol sambil tertawa-tawa, wanita dan pria di sekelilingnya dengan pakaian pesta sambil makan dan minum, lampu yang berkedip-kedip semuanya merisaukan hatinya. Dia merasa sendirian di tengah keramaian.
Tiba-tiba.... dia sudah terbaring di lantai dingin dengan peluh memenuhi sekujur tubuhnya. Sosok itu ada di atasnya, menindihnya. Tercium bau alkohol dari nafasnya yang panas yang menyapu wajah Ayya. Hentakan demi hentakan yang diberikan sosok itu menimbulkan begitu banyak sensasi bagi Ayya. Terus dan terus hingga dia tak mampu menahan lagi dan akhirnya berteriak
AARRRGGHHHH……
Ayya terbangun. Mimpi lagi rupanya. Tapi peluh ini nyata, rasa ini nyata, dan bau alkohol dari nafasnya masih bisa dia ingat.
Ayya segera bangun menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dan menatapnya di cermin.
Sosok itu telah aku temukan tadi siang, tapi dia sama sekali tak mengingatku. Apakah kejadian itu tidak berarti apa-apa baginya?
Setelah beberapa lama Ayya kembali ke tempat tidur, mengambil gelas berisi air dan meminumnya hingga habis. Dadanya masih nyeri. Nyeri oleh rasa yang selalu menderanya ditambah nyeri oleh kejadian yang menimpanya tadi siang.
Apakah selama ini hanya aku yang merasakan dan dia tidak?
Apakah selama ini hanya aku yang menderita dan dia tidak?
Bagaimana dia bisa dengan begitu mudah melupakan kejadian itu?
Sedangkan bagiku itu adalah sesuatu yang besar, sesuatu yang sangat berarti.
Apakah salah selama ini aku menjaga rasa ini?
Apakah akan sia-sia waktu yang telah berlalu ini?
Dimana dia tinggal? Apakah di kota ini? Mengapa harus sepuluh tahun baru kutemukan dia?
Ayya terisak dalam diam. Terbayang kembali kejadian siang tadi. Dia tampak sudah lebih dewasa sekarang, sepuluh tahun tak bertemu membuatnya lebih gagah dan berkharisma. Tapi hatinya seketika menjadi nyeri ketika dia ingat bagimana wajah itu begitu bahagia menggandeng wanita itu, mereka tertawa dan berbincang sambil berjalan menuju mobilnya. Bagaimana dia membukakan pintu mobil dan mempersilakan wanita itu masuk ke dalamnya. Sangat mesra. Dan itu menyakiti hati Ayya.
🖤🖤🖤🖤
Just remember to give ❤, comment, rate 5 and vote!
Thank you 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
it's me oca -off
ayya yg kuat ya
2022-10-04
2
🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸
hadeh, jd begini cerita nya, klu sudah begini solusi nya tetep org terdekat, sesuatu yg terpendam harus di ungkap kan agar ada kelegaan, lepas beban dan mulai hidup baru..tp masih menjadi teka-teki kelanjutan, nony tunggu kelanjutan nya nexs thor
2022-08-30
0
101672-
onel ... karyamu menusuk hati ku smpe ke jantung cerita nya ku suka😍😍🥰
2021-11-27
1