Xavier baru saja keluar dari kamar mandi. Dia mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Xavier memilih pakaian terbaiknya karena hari ini dia bersemangat akan bertemu wanita bernama Syeira.
"Tuan, anda kedatangan tamu" ujar Rendra.
"Rendra kamu formal sekali, kalo kita sedang tidak di kantor panggil Xavier saja" ujar Xavier karena dulu Rendra merupakan teman sekelasnya.
"Kakak sepupu kamu datang Xavier" ujar Rendra berbicara santai.
"Kak Haider?" tanya Xavier tersenyum.
"Iya benar" jawab Rendra.
Xavier bergegas turun ke lantai satu dan menyambut kedatangan Haider. Dia sangat akrab dengan Haider sedari mereka kecil.
"Kak Haider" ujar Xavier senang.
"Apa kabar Xavier?" tanya Haider tersenyum.
"Aku baik, bagaimana dengan Kakak, semenjak menjadi kepala rumah sakit Kakak menjadi sulit ditemui" ujar Xavier.
"Haha begitulah, rutinitas yang cukup membosankan" jawab Haider.
"Kamu terlihat rapi, hendak kemana?" tanya Haider melihat Xavier sudah berpakaian rapi.
"Bertemu wanita" bisik Xavier tersenyum nakal.
"Astaga lihat anak ini, kamu sudah dewasa ternyata" jawab Haider.
"Ayolah Kak, kita hanya beda 7 tahun saja" ujar Xavier.
"Ya sudah ayo aku antar sekalian aku ingin jalan-jalan denganmu" ujar Haider.
"Baiklah kalo begitu, aku tahu kamu sibuk jadi aku tidak akan menolak" jawab Xavier tersenyum.
"Rendra kamu tidak perlu antar aku, jemput saja nanti, aku berangkat dengan Kak Haider" ujar Xavier.
"Baik" jawab Rendra singkat.
Xavier dan Haider berangkat meninggalkan kediaman Xavier. Haider mengendarai mobil dan Xavier duduk di sebelahnya.
"Sudah tiga tahun semenjak meninggalnya Kakak Ipar" ujar Xavier mulai membuka pembicaraan.
"Ya kamu benar, waktu tidak terasa berlalu dengan begitu cepat" ujar Haider.
"Kamu menyesalinya Kak?" tanya Xavier penasaran.
"Menyesali apa?" tanya Haider pura-pura tidak mengerti.
"Ayolah Kak, seluruh keluarga besar kita tahu kalau Kakak menikah bukan karena didasari rasa cinta, apakah Kakak menyesal tidak pernah mencintai Kak Juliet hingga akhir hayatnya?" tanya Xavier.
"Cinta itu hal yang tidak bisa kita paksakan Xavier, aku selalu mencoba mencintai Juliet, nyatanya aku tahu bahwa hatiku tidak bergetar, tidak ada perasaan lain yang muncul selain rasa sayang suami terhadap istri" jawab Haider jujur.
"Apa sayang dan cinta itu berbeda Kak?" tanya Xavier.
"Tentu saja berbeda, aku menyayangi Juliet sebagai istriku, melindungi dia, ingin memberikan yang terbaik dan menafkahinya, tapi nyatanya perasaan seperti jatuh cinta tidak muncul dalam tiga tahun kami bersama, hanya perasaan kewajiban yang muncul karena kami sudah dalam ikatan menikah" jawab Haider.
"Apa Kakak pernah jatuh cinta kepada wanita sebelum bertemu Kak Juliet?" tanya Xavier.
Haider terdiam, dia kembali teringat akan gadis kecil mungil yang kala itu mengungkapkan rasa sukanya pada Haider. Seketika senyum tipis terbentuk dari bibir Haider.
"Hmmm Kakak tersenyum, beri tahu apa siapa dia?" tanya Xavier tidak sabar.
"Aku akan menceritakannya lain kali kepadamu, waktu kita sangat singkat karena kita akan sampai ke tempat tujuanmu" jawab Haider tersenyum.
"Baiklah Kakak berjanji akan menceritakannya padaku di pertemuan selanjutnya" ujar Xavier meminta perjanjian.
"Iya, kamu tenang saja" jawab Haider.
Mereka akhirnya tiba di Cafe tujuan Xavier. Haider tidak memarkirkan mobilnya karena dia akan langsung pergi ke rumah sakit.
"Kakak tidak turun?" tanya Xavier.
"Aku akan langsung ke rumah sakit, selamat bersenang-senang" jawab Haider.
Saat mereka berbincang, seorang wanita dengan rambut panjang terurai lurus lewat dari depan mobil mereka. Xavier tersenyum melihat wanita itu dan mata Haider juga terkejut melihat pemandangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments