"Saya sudah ketinggalan pelajaran, saya harus kembali ke kelas." Jawaban Daren mengundang kekehan sinis dari Kenan. Pria itu menatap cemooh pada putra pertamanya.
"Sejak kapan kamu memikirkan pelajaran? Dan ingin memasuki kelas tanpa ada paksaan dari istri saya," tanya Kenan dingin. Kenan merupakan Ayah yang keras dan tegas pada anak-anaknya.
Ia tidak segan memberikan hukuman untuk anak-anaknya jika mereka membuat masalah di sekolah. Meskipun ia merupakan pemilik sekolah, ia menolak pihak sekolah yang ingin mengistimewakan ketiga anaknya di sekolah.
Ia tidak ingin memanjakan mereka seperti Gretta. Kenan selalu menuruti keinginan Gretta, tetapi tidak dengan Gretta yang meminta anaknya diistimewakan di sekolahnya. Tanpa sepengetahuan wanita itu, ia menolak pihak sekolah yang akan merajakan dan meratukan anak-anaknya.
Karen dan Daren selalu mendapatkan skorsing, ia yang memintanya selalu pada kepala sekolah untuk memperlakukan putra dan putrinya seperti murid lain. Hanya Darell yang tidak pernah membuat ulah di sekolah. Anak satunya itu hanya fokus dengan belajar, membuat dirinya sedikit tenang.
Darell selalu membanggakan dirinya dengan nilai-nilainya yang selalu sempurna, selalu mendapatkan juara umum disetiap olimpiade, dan selalu berada di peringkat pertama paralel setiap tahunnya.
Tetapi, bukan berarti ia akan membanding-bandingkan Karen dan Daren dengan Darell. Tidak, ia bukan ayah yang seperti itu. Ia tidak terlalu mengekang anaknya, dan memaksa ketiga anaknya menjadi sempurna. Darell yang seperti ini, itu atas keinginannya sendiri ia tidak pernah menyuruh dan memaksanya.
Sialan! Daren menatap kesal Papi-nya yang sudah tersenyum miring, melihat dirinya yang tidak bisa menjawab seperti ini. Lagian bodoh sekali pake alasan masuk kelas untuk menghindari amukan sang Ayah, sudah jelas pria itu mengetahui segala hal tentangnya.
"Jelasin semuanya ke saya," titah Kenan membuat Daren berdecak.
"Males," dengusnya malas.
"Tunggu, kejadian itu pagi. Jangan bilang kamu telat, dan maksa Pak Tono buat buka gerbang? Karena dia nolak kamu langsung nabrakin mobil kamu ke gerbang, gitu? Berarti Karen lagi sama kamu?" Melihat putranya mengangguk membuat Kenan seketika panik.
"Gimana keadaan putri saya?" Kenan tidak bisa tenang jika menyangkut Karen, pasti trauma gadis itu kambuh karena masalah ini.
"Traumanya kambuh. Dia sempat kena panic attack tadi. Dan sekarang aku gak tau kondisinya kaya apa," jelas Daren datar. Tetapi, dalam lubuk hatinya ia mengkhawatirkan kondisi adiknya. Jika, terjadi sesuatu pada Karen ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
***
Darell yang baru saja menyelesaikan latihan soal untuk olimpiadenya bulan ini, terkejut saat mendengar berita bahwa Kakaknya melakukan hal gila dengan menabrakan mobilnya pada gerbang tinggi sekolahnya. Bukan itu yang jadi masalahnya, tetapi ada Karen bersama Daren saat itu.
Karen, adiknya pasti syok mendengar suara dentuman keras yang menjadi traumanya selama ini. Cowok dengan seragam rapi yang membalut tubuh kekarnya, berlari menyusuri koridor sepi dengan perasaan panik.
Setelah sampai di UKS yang menjadi tujuannya, ia langsung membuka pintu bercat putih yang terdapat lambang PMI di bagian tengahnya. Darell sedikit bernafas lega, melihat adiknya sudah bisa berbincang normal dengan kedua sahabatnya.
"Rell, adek lo baik-baik aja," kata Alfred menatap Darell yang melangkah menghampiri Karen yang sedang duduk di atas brankar UKS.
Darell tidak merespon Alfred, cowok itu mengusap puncak kepala adiknya dengan lembut. Rachel dan Seyra memilih menyingkir, memberikan ruang untuk kedua kakak beradik.
"Kamu baik-baik aja? Ada yang sakit?" tanyanya tidak bisa menyembunyikan ekspresi khawatirnya. Sialan! Ia akan memberikan pelajaran pada saudara kembarnya telah membuat trauma adiknya kambuh seperti ini.
"Enggak ada. Aku baik-baik aja. Don't worry, Kak." Karen tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi pada wajah cantiknya.
Mendengar jawaban adiknya, kekhawatiran Darell bukannya hilang malah semakin menjadi. Ia tahu adiknya itu selalu menyembunyikan apa yang dirasakannya, tidak pernah jujur tentang perasaannya.
Dengan dalih tidak ingin membuat orang lain khawatir. Tidak tahu kah? Dengan begitu kekhawatiran orang-orang di sekitarnya begitu besar, karena gadis itu menyembunyikan semuanya sendiri. Tidak ingin membagi luka atau cerita pada orang lain meskipun itu saudara, keluarga, dan kedua sahabatnya.
"Gue baik-baik aja. Gak usah khawatir gitu, gue gak suka!" kata Karen lagi saat melihat tatapan khawatir yang dilayangkan Darell padanya.
"Baik-baik aja gimana? Lo pikir gue gak tau apa yang terjadi sama lo sekarang?" Darell yang selalu terlihat kalem dan pendiam. Berubah menjadi emosional jika menyangkut Karen, adiknya.
"Gak usah lebay! Gue gak papa!" Karen memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Darell padanya.
Theo berdecak keras. "Dasar batu!"
Arsen merasa gemas dengan Karen yang berlagak seperti itu. Sepertinya bukan hanya dirinya dan Theo saja yang gemas pada Karen, tapi Alfred dan kedua sahabat gadis itu juga sama.
"Gak usah berlagak sok 'gak papa'. Lo pikir kita semua bisa lo begoin gitu aja? Enggak, anjir! Dikhawatirin seharusnya lo seneng, masih ada yang perhatiin lo kaya gini. Kalo gak lo baru tau rasa!" Mulut pedas Rachel mewakili mereka semua. "Kalo lo gak papa beneran. Buktiin gak usah asal bacot doang. Lihat tangan lo tremor kaya tadi aja udah buktiin kalo trauma lo kambuh."
"Lo siapa? Dan kita siapa? Seharusnya lo gak usah terlihat baik-baik aja di depan kita. Yang udah tahu kondisi lo kaya apa. Kita tau lo, jadi gue pikir juga percuma buat lo sembunyiin dari kita-kita. Buang-buang waktu!" Rachel terkekeh sinis di akhir kalimatnya.
Perkataan Rachel membungkam Karen. Membuat gadis itu mencengkeram rok sekolahnya sebagai pelampiasan emosinya karena tidak bisa membalas perkataan sahabatnya yang benar adanya.
"Chell, udah lo gak lihat kondisi Karen kaya apa," kata Seyra menenangkan Rachel yang tampak emosi.
"Gue kesel, Sey. Liat dia sok-sokan kuat di depan kita yang udah tau kondisi dia kaya apa. Gue cuma mau Karen jujur sama perasaan dia aja." Rachel menepis tangan Seyra yang berada di pundaknya, lalu keluar dari UKS dengan membanting pintu membuat yang berada di dalam ruangan terkejut.
Mereka yang berada di dalam UKS terjengkit kaget mendengar suara pintu. Emang jelmaan iblis itu berbeda baik secara sifat dan kekuatannya. Bisa-bisanya cewek secantik Rachel memiliki tenaga seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments