Brak'
Pintu kamar mandi di tutup secara kasar oleh Karen. Seyra dan Rachel menghampiri seorang gadis yang sudah meringkuk ketakutan di lantai kamar mandi.
"Masih berani lo nunjukin muka di depan gue?" Rachel menatap dingin gadis di berada di kakinya.
"Kak, aku minta ma-af," ucap Hanum takut-takut.
"Maaf lo bilang?" Seyra terkekeh sinis mendengar perkataan gadis cupu.
"Selain playing victim, lo juga gak tau diri, ya?" Pertanyaan sarkas terlontar dari mulut Karen.
"Gara-gara lo kita kena skorsing tiga hari, kita dapet hukuman dari bokap. Dan dengan entengnya lo cuma bilang maaf?" Rachel menjambak kencang rambut panjang gadis itu, membuat sang empu berteriak kesakitan.
"Sakit, kak...." Jambakan Rachel sangat kuat, rasanya rambut Hanum ingin lepas dari kepalanya.
"Lo pikir gue peduli?" Rachel semakin menguatkan jambakannya.
Karen dan Seyra melipatkan kedua tangan di depan dada, menonton aksi brutal Rachel sambil memakan permen karet.
"Aku mohon lepas, kak!" Hanum sudah menangis, tapi itu tidak membuat ketiga gadis itu merasa iba.
"Lepas, Chell. Kasian tuh sampe mewek gitu." Seyra tersenyum mengejek pada Hanum yang sudah bercucuran air mata.
"Gue belum puas, Sey. Gimana dong?"tanya Rachel sambil menarik rambut Hanum kencang, memaksa gadis itu untuk berdiri.
"Lanjut dong. Sampai lo puas," titah Karen tersenyum miring.
Rachel tertawa kencang, lalu membawa gadis itu memasuki salah satu bilik dan melepaskan asal jambakannya. Membuat tubuh Hanum limbung di lantai kamar mandi. Seyra memasuki bilik itu sambil membawa satu ember air bekas pel, lalu menyiramkannya pada Hanum. Membuat air kotor itu membasahi seluruh tubuh Hanum.
"Iih, bau banget. Lo gak mandi berapa hari, sih?" Seyra mengapit hidungmya menggunakan tangannya.
"Anjir, baunya busuk banget. Gak kuat lo buat beli sabun mandi?" ejek Rachel menutup mulutnya menggunakan tisu yang ia ambil dari saku seragamnya.
"Karena gue orangnya baik. Gue bakal bantuin lo buat mandi." Seyra bergerak maju membuat Hanum ketakutan dengan tubuh menggigil.
"Jangan, aku mohon!" Hanum menatap Seyra yang mengambil air satu cibuk dengan memohon.
Byur'
"Yeay! Akhirnya lo mandi juga," pekik Seyra senang.
"Ini hukuman buat lo, karena udah cari masalah sama kita," kata Rachel menarik Seyra untuk mundur.
"Kalo lo bikin masalah lagi sama kita bertiga, lo bakal dapetin lebih dari ini,"lanjut Rachel setelah itu menyeret Seyra untuk keluar.
"Lo apa-apaan, sih? Gue belum puas siksa tuh cewek!" Seyra melepas kasar cekalan Rachel.
"Lho, kok, Karen gak ada? Karen kemana?" Seyra baru menyadari tidak ada Karen, padahal tadi Karen sedang bersandar pada tembok saat dirinya memasuki bilik untuk menyiksa Hanum.
"Itu yang buat gue nyuruh lo berhenti nyiksa cewek udik." Rachel mendengus melihat Seyra yang kebingungan. "Ayo, cari Karen! Feeling gue gak enak."
Kedua gadis itu segera berlari keluar dari kamar mandi, ia menatap sekelilingnya yang terlihat sangat sepi. Karena ini merupakan jam pelajaran sehingga tidak ada murid satupun.
"Karen kenapa, sih? Dia ada masalah?" Seyra panik sekaligus kesal pada Karen yang pergi tidak bilang-bilang. "Kalo Karen kenapa-napa, kita bisa kena amuk bokapnya."
Rachel menepuk dahinya pelan. "Kenapa kita gak telfon Karen aja?" Shit, dirinya ketularan bego seperti Seyra. Kenapa sedari tadi tidak kepikiran seperti itu.
"Gimana? Nomernya aktif ga?" tanya Seyra penasaran.
"Enggak!" Rachel menghela nafas kasar.
"Telfon Bang Daren coba,"usul Seyra pada Rachel.
"Lo gilak? Yang ada kita bakal diamuk sama dia!" Tidak, Rachel masih sayang nyawa. "Lo aja sana."
"Gue mana berani, Chell,"cicit Seyra pelan.
Rachel mendengus kesal.
***
"Jadi, pacar gue!" Itu seperti sebuah perintah yang tidak bisa diganggu gugat. Nafas Karen tercekat, terkejut mendengar penuturan cowok di depannya.
"Lo gilak?!" sentak Karen yang tubuhnya terkunci oleh Eros.
Eros tertawa menambah ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Mungkin, jika cewek lain yang melihat pasti akan terkagum-kagum dengan pesona seorang Galaksi Eros vederic. Tapi, tidak dengan Karen yang tampak biasa saja melihat ketampanan cowok itu. Karen membuang wajahnya ke samping, tidak ingin melihat wajah cowok itu.
"Lepasin gue! Lo budek atau gimana, sih?"
Tawa Eros semakin keras mendengar perkataan cowok itu.
"Coba ulang! Gue gak denger."
Karen menendang keras tulang kering Eros, membuat cowok itu merintih. Ia menggunakan kesempatan ini untuk kabur dari Eros, setelah mendorong tubuh kekar cowok itu membuat dirinya bisa terbebas dari kukungan Eros.
"Shit!" umpat Eros menatap kesal pada Karen yang berlari meninggalkan dirinya.
"Menarik, gue suka!"
"Sialan! Dasar cowok gilak!" maki Karen mengingat kejadian koridor tadi. Gara-gara Eros rencana bolosnya harus gagal, yang seharusnya ia makan dengan tenang di kantin. Ia harus berlari menghindari cowok itu yang kemungkinan dendam padanya karena telah menendang tulang keringnya.
Perawakan cowok itu mengingatkan dirinya pada seseorang di masa lalunya. Sifatnya tidak ada yang berbeda, hanya saja seseorang di masa lalunya bukan tipekal cowok badboy melainkan goodboy. Tanpa sadar tangan Karen mengepal kuat, ia benci mengingatnya. Mengingat alasan dari semua kehancurannya. Kepergian seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, membuat dirinya berada dititik terendah dalam hidupnya.
Karen memejamkan mata, menikmati angin yang menerpa wajahnya. Ia meninggalkan sahabatnya yang sedang memberi pelajaran pada Hanum, cewek yang membuat dirinya dan kedua sahabatnya menderita seperti ini. Karen memilih untuk tidak ikut campur, meskipun ingin. Ia memilih kabur ke rooftop sekolah untuk menenangkan diri.
Gadis itu membuka ponselnya, lalu menyalakan benda yang menjadi candu semua orang. Banyak panggilan tak terjawab dari kedua sahabatnya, ia tersenyum miring. Pasti Rachel dan Seyra sedang kepalang pusing mencari dirinya, hal yang sangat menyenangkan membuat kedua sahabatnya panik seperti ini. Ia segera bangkit, untuk menemui sahabatnya. Berjalan dengan santai menuruni undakan tangga, ia mengusap perutnya yang sudah keroncongan minta diisi. Karen paling tidak bisa menahan lapar, tapi uang jajannya masih belum dikembalikan oleh Papi-nya.
Saat di pertengahan koridor, Karen kembali bertemu Eros yang berjalan berlawanan arah dengan diikuti keempat cowok di belakangnya. Karen meneguk kasar ludahnya. Kenapa harus bertemu Eros? Apalagi cowok itu tidak sendiri. Sial! Pasti cowok itu dendam padanya, ia ingin berbalik mencari jalan lain agar tidak berpapasan dengan Eros. Namun, sebuah suara memanggil namanya membuat niatnya urung.
"Karen! Lo mau kemana?" Mulut Daniel dengan cepat memanggil gadis itu yang ingin berbalik arah.
Karen menatap datar kelima cowok yang menghampiri dirinya.
"Bukan urusan lo!" balas Karen ketus.
"Galak banget! Calon mantu Emak gue!" kekeh Daniel pelan.
Karen berdecih. Matanya melirik Eros yang menatapnya tanpa mengalihkan pandang sedikitpun darinya. Gadis itu bergidik ngeri, tatapannya sungguh mengerikan.
"Jangan gitu, El. Ntar calon pacarnya ngamuk!" kata Sean melirik Karen menggoda.
Pacar? Siapa yang Sean maksud?
"Oh, ya. Gue lupa, hehe." Daniel menyengir, sambil menunjukan kedua jarinya peace pada Eros.
"Tumben sendirian aja, sih? Mau ditemenin gak?" tanya Gibran melirik Eros. "Boss gue dengan suka rela mau nemenin lo."
Gara menggeleng pelan. Cowok itu sibuk menatap Karen yang terlihat tidak nyaman. Ia melirik Eros, dengan tatapan seolah mengatakan, 'Jadi, dia cewek yang lo suka?'. Eros kembali menatap Karen yang memilin ujung seragamnya dengan gelisah.
Karen tidak membalas perkataan mereka, gadis itu buru-buru pergi meninggalkan kelima cowok itu. Namun, sepertinya Eros tidak membiarkan dirinya pergi begitu saja. Cowok itu menyuruh Daniel dan Sean menghadang dirinya, otomatis langkah kakinya terhenti.
"Mau kemana? Eros masih kangen, Karen!" Sean tertawa mendengarkan perkataan Daniel pada Karen.
"Minggir lo!" usir Karen pada kedua cowok itu.
"Duh, galak banget calon pacarnya si Boss!" kata Sean disela tawanya.
"Jangan galak-galak, dong. Ntar si Boss makin cintah!"
Gibran tidak bisa menahan tawanya lagi, cowok itu meledakan tawanya dengan keras. Kedua tangan Karen terkepal kuat, ia benci berada di posisi seperti ini. Mereka tidak sadar, dengan siapa berhadapan?
"Minggir lo berdua!" Karen berucap dengan dingin. Awas saja ia akan mengadukan pada Kakaknya!
Karen menunjuk kedua cowok itu, sebelum berkata.
"Lo sama temen lo gak ada bedanya! Sama-sama Brengsek!" umpat Karen mendorong tubuh kedua cowok itu menggunakan tangannya, membuat Daniel dan Sean terhuyung sedikit ke belakang.
"Demi apa? Tenaganya kuat banget!" Sean terkejut saat Karen berhasil mendorong tubuhnya dan tubuh Daniel.
"Gilak! Gue sampe mundur gitu!" Daniel tak kalah terkejut dengan Sean.
Sedangkan, Eros menatap kepergian Karen dengan seringai yang terbit pada bibirnya. Ia tidak akan membiarkan gadis itu lepas, ia akan membuat gadis itu menjadi miliknya.
"Cabut!"
Eros kembali meneruskan langkahnya ke tempat tujuan awalnya. Diikuti keempat sahabatnya yang langsung menuruti perintahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments