“Ada apa?” tanya Yue.
Tidak banyak yang Yue benci. Tapi untuk yang dilakukan pria itu padanya bisa dibilang menempati sepuluh teratas hal yang paling ia benci. Ia tidak suka saat ada seseorang mengacak rambutnya yang sudah susah payah Bibi Qing rapikan untuknya. Pelan, Yue menampik tangan besar pria itu.
“Kami hanya ingin minum-minum, apa tidak boleh?”
Yue mencebikkan mulutnya dan berjalan menjauh. “Minuman yang biasanya ‘kan?”
Yu Long menjawabnya dengan anggukan singkat disertai senyum. Yue membalas sejawarnya atas sikap pria itu. Tahu bahwa ia tidak boleh memberikan harapan pada Yu Long. Ya, pria itu telah beberapa kali melamarnya. Tetapi Yue selalu menolak dengan alasan belum cukup dewasa.
Ditambah lagi, pria itu bahkan rela untuk menunggunya sampai Yue merasa siap. Menambah rasa bersalahnya.
Bohong kalau Yue tidak memikirkan soal pernikahan. Terlebih saat semua teman sebayanya berbondong-bongdong menuju altar untuk mengucap janji setia. Tapi untuk sekarang ini Yue cukup puas dengan hidupnya, rutinitasnya, keluarganya.
Merawat Paman dan Bibi Hwang yang telah berbaik hati mengangkat dirinya sebagai putri. Meskipun dirinya sudah menyandang nama Hwang dari ayah dan ibu angkatnya yang telah meninggal.
Singkat cerita, Paman Luo merasa bertanggung jawab atas kematian adiknya yaitu ayah angkat Yue. Dan akhirnya memutuskan untuk mengambil Yue sebagai anak mereka. Padahal kematian ayahnya bukanlah salah siapapun. Takdirlah yang berbicara harus demikian.
“Wah, benarkah?”
Awalnya kasak-kusuk diantara para pelanggan Yue acuhkan. Tapi lama kelamaan ia pun ikut penasaran. Ditariknya lengan baju Tang Ge.
Yue meggedikkan dagunya kearah para pelanggan yang kasak-kusuk. “Memangya, ada apa?”
“Berita besar, Nona,” jawab Tang.
Bingung. Yue semakin menggeret Tang ke tepi. “Tidak ada pengawal kerajaan yang akan menyidak kedai kita ‘kan?”
“Ini berita yang lebih menghebohkan dari itu. Mereka bilang, ajudan istana memasang pengumuman di kota.”
“Untuk?” tanya Yue lagi dengan mengangkat sebelah alisnya.
Kali ini Tang mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan di telinga Yue, spontan ia pun ikut mencondongkan tubuhnya. “Kaisar sedang mencari selir dan gadis manapun boleh mengikutinya.”
Tak lama Yue meluruskan tubuhnya. “Oh.”
Bukan hal baru jika ada pengumuman semacam itu. Yang membuat aneh adalah bagian mencari selirnya.
Setahu Yue, tidak sembarang gadis bisa memasuki istana. Mereka haruslah berdarah bangsawan atau gadis-gadis yang memiliki ayah dengan jabatan yang cukup tinggi alias putri para pejabat.
Tapi kali ini Kaisar menginginkan selir yang berasal dari semua kalangan. Aneh.
“Mungkin dia sudah bosan dengan gadis-gadis dari kalangan bangsawan,” gumam Yue.
“Begitukah?” tanya Tang yang tidak yakin.
Yue sama tidak yakinnya seperti Tang. Ia hanya menduga. Tapi apapun alasan Sang Kaisar itu bukan-lah urusannya.
Dari sudut matanya, Yue melihat pelanggan yang baru datang. “Ini masih pagi, tapi sudah sangat sibuk, bukan?”
Tarikan nafas Yue membuat Tang menggelengkan kepala. “Harusnya kau di rumah saja, Nona. Kalau Tuan Besar tahu kau di sini, kami yang akan kena marah.”
Yue tersenyum penuh dan benjalan menghampiri pelanggan barunya. Ia belum pernah melihat mereka. Tidak, selama diriya ikut membantu di kedai belakangan ini.
“Mau pesan apa, Tuan-tuan?”
“Bagaimana kalau dengan dua gelas air putih dan sepiring mantao,” balas salah satu dari mereka.
“Tentu.”
Tidak sengaja tangan Yue menyenggol pinggiran meja, hingga ia menjatuhkan pedang yang diletakkan pria bertopi kerudung di sana. “Maafkan aku.”
Sangat yakin bahwa Yue melihatnya saat mengambil pedang yang terjatuh di lantai, senyum samar dari balik kerudung hitam transparant. Dan entah kenapa dirinya menjadi kikuk pula.
Setelah menyerahkan pedang itu pada si empunya, Yue berjalan cepat dan menghampiri Tang. “Kau saja yang melayani mereka.”
Tepat saat itu juga Bibi Qing datang. “Aku mencarimu kemana-mana. Kau harus ikut denganku. Cepat!”
“Kemana?”
Belum juga dijawab, Yue sudah diseret terlebih dulu keluar kedai. Tepat di depan pintu belakang kedai, kereta kuda sudah menunggu.
“Apa kita akan bepergian?”
“Hanya berbelanja.”
Yue menurut saja saat Bibi Qing berkata demikian. Sudah hal biasa pula saat dirinya menemani bibinya itu untuk berbelanja untuk keperluan kedai juga istana. Dan saat itulah Yue menangkap sesuatu yang tidak biasa di kota.
Pengawal bertebaran di jalanan. Orang-orang di kota pun lebih banyak dari biasanya. Teringat perkataan Tang. Benar saja, kebanyakan orang masih berkerumun di depan papan pengumuman istana.
“Ckck, pemuda itu ternyata sungguh-sungguh dengan ucapannya. Dasar anak muda!”
“Siapa maksud, Bibi?”
“Hm? Siapa?” tanya Bibi Qing balik.
Yue membulatkan matanya menatap Bibi Qing. Tentu ia tidak tahu siapa yang bibinya itu maksud. Lalu bagaimana bisa bibinya itu malah bertanya balik padanya.
“Apa kau tidak ingin mencobanya?”
⇨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
im3ld4
sip
2021-05-13
0
Lia Anggraini
suka...suka.. 🥰💃
2020-08-06
0
Sisilia Jho
menarik..
2020-01-19
2