Pagi yang berisik

Pagi itu, langit cerah tanpa awan, Celia berjalan dengan langkah ringan, mengenakan seragamnya yang rapi dan senyum ceria di wajahnya. Rambutnya yang curly seperti biasa namun di tambah dengan jepit rambut banana lucu menambah kesan imut namun feminim. Saat dia memasuki gerbang sekolah, matanya langsung menangkap sosok Kieran di koridor.

Celia mempercepat langkahnya, tak ingin melewatkan kesempatan untuk menyapa Kieran lebih dulu, lebih tepatnya menjahili kieran. Dengan nada suara yang ceria dan agak meledek, Celia memanggilnya, "Hellowww, selamat pagi, Kierannnn si nomor 2!"

Kieran, yang sedang berjalan santai sambil menatap layar ponselnya, mendengar sapaan itu. Dia menghentikan langkahnya dan menoleh dengan ekspresi datar. Matanya yang coklat dalam menatap Celia sekilas sebelum dia kembali fokus pada layar ponselnya.

bukan hanya kieran, namun seluruh siswa yang berada di sekitar koridor juga menatap celia karena suara nya yang keras itu.

"pagi celiaa, cantik banget sih" sapa beberapa siswa yang mengidolakan celia.

"pagi guys" sahutnya dengan senyum manisnya itu sambil melambai-lambaikan tangannya.

Tanpa melihat Celia secara langsung, Kieran menjawab dengan nada dingin, "Berisik banget, Cel. Ini masih pagi buta. Lo gak bisa sedikit lebih tenang?"

semua siswa sudah biasa melihat pertengkaran kecil kieran dan celia. itu sudah bukan hal yang aneh bagi mereka

Celia yang sudah siap dengan senyum lebarnya, justru makin memperlebar senyumnya. Tapi dalam hatinya, sedikit kesal karena Kieran selalu saja bersikap dingin padanya. Tapi dia tak akan menyerah semudah itu.

Celia tak mau kalah begitu saja. Dia mendekat ke Kieran dan menatapnya dengan mata berbinar-binar, mencoba menggoda lebih jauh.

“Yah, ini udah tenang dikit kok, Kieran. Hari yang cerah tuh harus dimulai dengan senyuman, tahu!” Celia menjulurkan lidahnya, menambahkan sedikit keusilan pada senyumnya.

Kieran melirik ke arah Celia dengan tatapan setengah jengkel. "Lo selalu bikin ribut duluan, Cel. Hari cerah nggak akan ngerubah fakta kalo lo emang berisik banget."

Celia pura-pura cemberut, menirukan gaya Kieran yang selalu cuek. Tapi jauh di dalam hati, dia menikmati setiap kata yang keluar dari mulut Kieran, meskipun itu selalu sindiran.

"Nih anak emang susah banget buat senyum ya?" Celia mengangkat alisnya, masih mencoba menggodanya.

Kieran akhirnya berhenti, menatap Celia lebih lama dari biasanya, kali ini dengan ekspresi yang lebih datar, menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak tertarik. Dengan nada yang lebih dingin, dia menimpali, "Gue nggak perlu senyum, gue juga gak perlu senyum sama lo. Dan jujur aja, lo nggak usah repot-repot bikin hari gue 'seru' karena gue nggak butuh itu. Lo tau kan, gue gak tertarik. dan lo terlalu berisik untuk gue"

Celia terdiam sejenak, merasa ada sedikit tusukan dari kata-kata Kieran yang lebih tajam kali ini. Tapi, dia menepis rasa itu dengan senyum kecil yang dipaksakan.

"Yah, siapa tahu suatu hari lo berubah pikiran," balas Celia, meski suaranya kali ini terdengar agak menurun.

Kieran menghela napas pelan, tidak merasa perlu menanggapi lebih jauh. Dia melanjutkan langkahnya, berharap Celia akan mengerti bahwa dia benar-benar tidak tertarik. Tapi dalam hati, Celia hanya melihat ini sebagai tantangan baru.

Baru beberapa langkah setelah Kieran menjauh, Celia langsung mengejar dan berjalan di Sampingnya, dengan ekspresi penuh kemenangan.

"Kieran, coba lo lihat apa yang ada di rambut gue!" Celia mengarahkan telunjuknya ke arah rambutnya dengan ceria.

Kieran menatap jepit rambut bergambar pisang yang terlihat mencolok di rambut Celia. Melihat itu, ekspresinya langsung berubah menjadi kesal. Dia merasa ini adalah sindiran langsung dari Celia tentang kejadian di aula kemarin.

"Celia, lo sengaja banget ya?" Kieran berkata dengan nada marah, berusaha menahan amarahnya.

Celia hanya tersenyum lebar, jelas sangat menikmati efek yang dia timbulkan."Oh, ini? Cuma jepit rambut biasa, Kieran. Gimana, lucu nggak?"

Kieran berhenti berjalan dan menatap Celia dengan tatapan tajam."Lo memang nyebelin banget cel, Jangan harap gue bakal peduli sama trik-trik lo."

Celia sedikit merengut, tetapi senyumnya tetap ada. Dia tahu Kieran benar-benar kesal, tapi itu justru membuatnya lebih suka.

“Gue cuma mau bikin hari lo lebih ceria, Kieran. Kalau lo merasa terganggu, ya sudah,” kata Celia sambil melambai-lambaikan tangannya dengan tidak serius.

Kieran menghela napas panjang dan kembali melanjutkan langkahnya, tampak semakin kesal, sementara Celia mengikuti di sampingnya dengan semangat yang tak tergoyahkan.

Kieran yang sudah terlihat semakin kesal mempercepat langkahnya, berharap Celia akan menyerah. Namun, Celia tetap mengikuti, bahkan dia juga mempercepat langkahnya, membuat mereka berdua berlari ringan di koridor.

Kieran merasa frustrasi dan akhirnya mulai berlari sekuat tenaga, berharap bisa meninggalkan Celia jauh di belakang. Tapi Celia tidak menyerah dan terus berlari mengejarnya dengan semangat. Seolah-olah mereka sedang bermain kejar-kejaran, kecepatan mereka semakin meningkat. Seluruh siswa yang melihat kejadian ini mulai tertawa keras, menyaksikan pertunjukan yang tidak biasa ini di koridor sekolah.

Saat hampir sampai di depan kelas, Kieran, yang sudah kehabisan nafas dan lelah, akhirnya menghentikan langkahnya. Celia juga kehabisan nafas dan berhenti di sampingnya, tertawa terbahak-bahak.

"Cel, udah stop! Jangan ganggu gue. Gue capek!" ujar Kieran dengan napas tersengal-sengal.

Celia yang masih tertawa keras, mengusap peluh di dahinya. "Hahaha, Kieran! Lo bener-bener nggak bisa diandalkan deh. Gue cuma mau bikin pagi lo lebih ceria! suram banget soalnya"

Kieran memandang Celia dengan tatapan campur aduk antara kelelahan dan frustrasi. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.

"lebih baik hari gue suram daripada harus berurusan sama lo" ucapnya tegas. celia tersenyum puas merasa kemenangan kecilnya memberi energi baru.

mata kieran tertuju pada jepit rambut yang di pakai celia.

"Celia, lo tau nggak, gue bener-bener nggak suka ngeliat jepit rambut kayak gini di sekolah. Lo pikir ini lucu?" Kieran bertanya dengan nada yang semakin tegas.

Celia mengangkat alisnya dan tersenyum lebar, masih tampak ceria meskipun Kieran jelas kesal. "Jepit rambut ini kan cantik, Kieran. Lagian Kenapa sih lo harus marah-marah?" ucapnya tidak sadar sudah sejahil apa dia dengan kieran.

Kieran hanya bisa menggelengkan kepala, berusaha menahan rasa frustrasinya sambil berbalik menuju kelas. Sementara itu, Celia masih berdiri di belakangnya, puas dengan hasil permainannya.

..."Terkadang, kejahilan bukan hanya untuk mengganggu, tetapi untuk menunjukkan betapa dalamnya dia ingin diperhatikan. Dalam setiap lelucon yang nakal, tersembunyi harapan untuk sebuah perhatian yang lebih dari sekadar reaksi."...

...~ Celia...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!