Di rumah milik orang tua Hana.
Sepasang suami istri paruh baya itu tengah menikmati secangkir teh di tepian kolam di samping rumah. Keduanya tengah berbincang hangat banyak hal mulai dari keluarga pekerjaan dan anaknya yang sampai saat ini tak kunjung menunjukkan tanda-tanda memiliki kedekatan dengan lawan jenisnya. Hal ini tentu diwanti-wanti oleh keduanya walau bagaimanapun mereka harus tetap memikirkan jodoh anaknya. Bukan meragu pada sang pencipta mereka hanya ingin mengusahakan jodoh lebih tepatnya mendekatkan jodoh untuk Hana ya syukur-syukur berjodoh nantinya.
"Jadi gimana Pah sudah bicara sama teman Papa itu ?". tanya Azizah melihat suaminya selesai meneguk teh miliknya yang tawar.
"Sudah Ma, beliau mengatakan akan membicarakannya terlebih dahulu pada anaknya semoga saja ini langkah yang baik ya Ma, jujur saja Papa sebenarnya tidak ingin melakukan ini tapi melihat sikap Hana yang super cuek itu Papa jadi khawatir". jawab Aditya menerawang jauh sejauh jodoh anaknya yang saat ini masih mereka usahakan.
Benar memang jika jodoh sudah ditentukan Tuhan tapi bagaimana ia datang jika kita hanya diam di tempat tanpa berusaha keluar untuk mencari hanya sebagian saja yang beruntung saat jodohnya datang sendiri tanpa perlu repot-repot ia cari.
"Amin Pa mudah-mudahan saja". Sahut Azizah istrinya.
"Besok rencananya beliau akan datang berkunjung ke rumah kita bersama keluarganya". Ucap Aditya serius menatap Azizah yang tampak tak percaya.
"Waduh kok dadakan sih Pa, Mama harus siap-siap dong nyambut mereka kira-kira Mama harus gimana ya Pa kita besok masak apa ya Pa untuk menyambut kedatangan mereka mama... belum selesai Azizah dengan kalimatnya Aditya memotongnya terlebih dahulu.
"Enggak perlu repot-repot, Mama cukup jangan banyak bicara saja Mama rem itu mulut Mama yang kadang kalau ngomong panjang kayak kereta api".
Ya begitulah adanya Azizah jika semangatnya bertambah kecepatan bicaranya juga akan bertambah.
....
Kapten Satria dan anggota TNI lainnya baru saja tiba di Jawa Timur tempat di mana akan diadakannya latihan gabungan tersebut setelah memastikan seluruh anggota berada di camp kapten Satria mengambil ponsel miliknya dan menelpon Mamanya memberi kabar jika ia batal untuk pulang tentu dengan alasan yang pasti dan tidak bisa ditolak.
"Baiklah nak Mama akan sampaikan pada Papamu, Mama harap kamu lekas mengambil cuti untuk pulang walau hanya sehari itu sudah sangat berarti untuk kami terutama Papa kamu". ucap Tania Mama kapten Satria.
Kapten Satria meraup udara sebanyak-banyaknya fokusnya benar-benar terbagi saat ini. Hal ini tak sengaja dilihat oleh mayjen yang sedari tadi sudah berdiri di sampingnya saat kapten Satria menelpon Mama Tania. Kehadiran Mayjen yang tak disadarinya lantas membuatnya berjingkat kaget.
Kapten Satria sontak menegakkan badannya dan memberikan hormat. Masih jelas terlihat di sudut matanya bekas air mata yang gagal ia hapus.
"Pulanglah temui orang tuamu kau bisa kembali dua hari kemudian jangan menyiksa orang tuamu dengan kerinduan". ucap Mayjen lalu pergi meninggalkan kapten Satria yang masih dia mematung.
Kata-kata Mayjen menghentak tepat di ulu hatinya dengan kalimat jangan menyiksa orang tua dengan kerinduan. Kapten Satria memang sangat jarang sekali kembali pulang ke rumahnya walaupun masih di satu provinsi yang sama, bahkan dalam satu tahun hanya beberapa hari saja ia tinggal ah yang menjadi Abdi Negara seperti Kapten Satria pasti mengerti bagaimana rasanya.
Hari itu juga kapten Satria putar balik untuk menemui sang Papa yang sedang sakit.
Cuaca Bandung sore ini sangat sendu ia begitu enggan menampakkan jingga yang menjadi favorit bagi penikmatnya. Hana beserta rekan satu kelompoknya terlihat berjalan-jalan menyapa warga sekitar yang mereka temui. Mereka selalu melihat masyarakat sekitar yang produktif dengan apa yang ada di sekitar mereka, begitu memanfaatkan yang ada untuk diolah agar menjadi pemasukan. Sebagian dari masyarakat ada yang membuat kerajinan dari bambu, plastik, ban bekas, bahkan olahan dari pisang dan ubi yang mereka buat menjadi oleh-oleh khas dari kampung mereka.
Kelompok KKN satu ini memang tidak kehabisan akal, mereka membantu memasarkan produk-produk UMKM yang masyarakat setempat hasilkan untuk dipasarkan secara online dan itu sungguh membantu dan membuat pengaruh yang signifikan bagi masyarakat. Seminggu mereka menjadi tim marketing dadakan dan itu berhasil membuat masyarakat meraup omset yang terbilang lumayan.
Untuk makanan mereka tidak hanya membantu menjualnya secara online mereka juga tak mau kalah untuk mengambil andil sendiri untuk dikirimkan ke keluarga mereka.
Pagi ini di kantor kelurahan sedang ada senam lansia hal ini menjadi satu kesempatan bagi mereka yang tengah mengabdi di masyarakat untuk menambah daftar kegiatan yang akan mereka serahkan pada kampus nantinya.
Mereka yang ikut dalam barisan pun dengan sukacita melakukan intruksi dari instruktur senam. Hana yang berdiri paling belakang berdampingan dengan seorang wanita paruh baya yang sesekali melirik ke samping pada lelaki yang duduk tak jauh darinya.
"Neng masih lama di sini ?". tanya ibu tersebut.
"Tidak sampai dua minggu lagi Bu kami selesai mengabdi di sini ". jawab Hana dengan senang hati.
" Ahh andai saja anak saya mau pulang mau saya kenalkan sama Neng mana tahu jodoh". Sahut ibu itu.
Hana hanya meringis saja menampakkan senyum manisnya.
"Waduh Bu, ibu mau ngenalin anak ibu sama teman saya ibu sepertinya harus cari yang lain aja soalnya dia gak doyan laki-laki ". sahut Diva yang baru bergabung bersama mereka.
"Enak aja lo normal gue ya sembarangan aja". jawab Hana sengit.
"Abisnya lu selama ini nggak pernah tuh kita denger deket ama cowok kek hidup sendiri tahu nggak". Balas Diva tak mau kalah.
"Bukan apa ya gue kan mau ngabisin masa muda gue dulu masih mau sana sini". Jawab Hana.
Kedua orang tua itu hanya tersenyum geli melihat interaksi kedua gadis di depannya.
"Ya sudah nggak apa-apa kalian kalau ada waktu main ke rumah ya kami hanya tinggal berdua saja akan senang kalau ada yang datang". Ucap wanita paruh baya itu lembut.
"Iya Bu pasti kami mampir oh iya rumahnya yang di mana ya ?". tanya Diva mewakili.
"Rumahnya di ujung jalan ini yang ada pagar warna hitam". jawab laki-laki yang tak lain adalah suaminya.
"Baiklah kami akan ke sana besok siang". jawab Diva yang diangguki kepala oleh Hana tanda setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments