WAKTU telah terlewat kurang lebih seminggu semenjak Reina berada di tubuh Luna. Berkat kegigihan dan ketekunannya dalam berolahraga, kurang lebih setiap hari. Ia merasakan tubuh ini kembali berenergi walaupun tidak sekuat tubuh Reina yang asli.
Namun setidaknya ia bisa beraktivitas sebagaimana orang normal. “Yosh, saatnya ke sekolah.”
Hari ini adalah hari pertama ia diizinkan kembali ke sekolah. Sebelum memulai hari itu, Reina merasa ada satu hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Tubuh Luna yang sebelumnya lemah dan sering dibully, terasa sangat norak dan tidak mencerminkan kepribadiannya yang sesungguhnya
“Sangat membosankan, Luna ini. Kacamatanya bulat tebal, rambut ala-ala nerd. Kalau gini gak heran dia dihina.”
Luna menghela napas. “Kamu harus berhutang kepadaku, Luna.”
Ia berdiri di depan cermin, memandangi sosok baru yang kini ia huni. Wajah yang tirus dan mata yang besar sebenarnya menyimpan potensi kecantikan luar biasa. Hanya saja, penampilan Luna yang sebelumnya kurang terurus membuatnya terlihat biasa saja..
“Mata anak ini, lumayan cantik. Kalau saja tidak pakai kacamata. Oke mari kita lepas!” Luna melepaskan kacamatanya. “yosh, ini tampak lebih baik.”
Lalu Luna meraba-raba rambut panjang, berwarna coklat, nan kusut. “Menjijikan. Apa bocah ini tidak pernah ke salon?! Apa dia tidak tahu yang namanya, rambut adalah mahkota wanita! Pantas saja dia tidak laku.”
Gerutuan terus ia lakukan, Luna mengambil gunting di kamar. Mengubah style rambut dan memotongnya. ia punya keahlian khusus dalam berdandan, rambut yang panjang dan kusut menjadi potongan bob yang stylish, memberikan kesan tegas namun tetap feminin.
“Sekarang mari kita ubah style pakaian bocah ini!”
Ia juga merapikan alisnya, merawat kulitnya, dan memilih pakaian yang sesuai dengan kepribadian barunya. Luna memasang anting-anting, menggunakan sweater dengan warna pastel, dan rok mini selutu.
Setelah beberapa jam, perubahan drastis pun terlihat. Wajah Luna kini memancarkan kecantikan alami yang sebelumnya tersembunyi. Reina tersenyum puas, siap untuk memulai hari barunya di sekolah.
“Oh, betapa cantiknya diriku ini. Kamu harus berterima kasih kepadaku, bocah!”
Sekarang Luna tersenyum jahat. Menurut ingatan yang ia punya semua orang mengejek rupa milik Luna yang dulu. Tapi bagaimana bila Luna yang sering mereka kira buruk rupa sekarang menjadi cantik seperti ini? Hahaha. Luna terkekeh dalam hatinya sendiri.
*
Bela sudah tak kuasa lagi. Semenjak kejadian seminggu yang lalu banyak hal terjadi, dan sekarang adalah yang paling parah.
“Anu … anda siapa ya?”
Sang adik yang duduk di ruang makan mengangguk setuju. “Ibu, apa dia teman kak Luna?’
“Ngak. Kakakmu bahkan gak punya teman,” sahut sang ibu membuat Luna yang tertusuk. Walaupun ia tahu bahwa ini sekedar gurauan, namun ini sudah kelewatan.
“Ibu ini Luna, dan Andrian. Ini kakakmu!”
“Cih! Iya tahu. Gak perlu sampai marah begitu, kan?” si Adik merajuk, lebih tepat bila disebut mengolok-ngolok. “tapi aku bersyukur, kakak memang aneh akhir-akhir ini. Tapi sedikit demi sedikit berubah.”
Mendengar hal itu Luna yang awalnya ingin kesal karena mengira adik ini kurang ajar, merasa terharu. Ia pun berjalan dan mengelus kepala Andrian. “Duh, makasih! Hehehe.”
Andrian tersipu malu, sebagai lelaki harga dirinya menolak diperlakukan seperti anak kecil meski ia memang anak kecil, jadi ia mencoba sebisa mungkin untuk bersikap cool, kendati demikian wajahnya tak bisa bohong. Bukti berjalan bahwa muka si bocah merona.
“hpm! Gak usah elus-elus!”
Disisi lain, si Ibu Bela menyiapkan sarapan di meja, ia tersenyum melihat keharmonisan dua orang itu. Dan ia juga senang melihat perubahan dari Luna, memang diakui ia sangat aneh dan lebih berani akhir-akhir ini. Namun Bela lega, ia merasa dengan ini tak akan ada lagi yang berani mengganggu anaknya.
“Udah-udah, ayok makan. Keburu telat.”
*
Setelah sarapan, Luna berangkat ke sekolah dengan rasa percaya diri yang baru. Setibanya di sekolah, dia merasa tatapan aneh dari teman-temannya yang terpaku melihat perubahan drastis dirinya. Di koridor, bisik-bisik mulai terdengar.
“Siapa cewek itu? Murid baru?”
“Cantik banget, ya. Gak pernah lihat sebelumnya.”
“Inimah bidadari men, kuy coba dekatin.”
Luna berjalan dengan langkah mantap, senyum tipis menghiasi wajahnya. Dia tahu bahwa perubahan ini akan membuat banyak orang terkejut, terutama mereka yang dulu sering merendahkannya. Saat dia memasuki kelas, keheningan pun menyelimuti ruangan. Semua mata tertuju padanya, termasuk Tina dan gengnya.
Tina, yang duduk di barisan belakang dengan dua temannya, terkejut melihat Luna. Ia hampir tidak bisa percaya bahwa gadis yang kini tampak begitu mempesona adalah Luna yang dulu sering ia hina. Luna berjalan ke arah mereka dengan senyuman sinis yang sulit diartikan.
Terlebih sebuah pertanyaan muncul di otaknya. Wanita ini masih hidup? Bagaimana bisa? Tina yakin seratus persen bahwa ia yang jatuh di kolam renang pasti akan mati, namun kenapa ia bisa duduk disini sekarang? Segalanya tampak aneh di mata Tina hingga tanpa sadar ia gemetaran sebab rasa takut.
“Selamat pagi, Tina,” sapa Luna dengan suara lembut namun tajam. “Bagaimana kabarmu?”
Bagi sebagian besar orang itu merupakan sapaan biasa, namun Tina paham. Itu sindiran, ia menjatuhkan Luna ke kolam, dan tidak ada yang tahu akan hal itu kecuali Luna sendiri.
Bagaimana bila ia membongkarkannya sekarang?
Tina dan gengnya terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Mereka menatap Luna dengan tatapan bingung dan tidak percaya. Tina mencoba menyembunyikan keterkejutannya dengan memasang wajah angkuh.
“L-Luna?” tanya Tina dengan suara ragu. “Apa itu benar kamu?” Yup. Untuk sekali lagi ia mencoba memastikan, bisa saja cuma orang baru yang mengaku sebagai Luna.
Luna tertawa kecil. “Siapa lagi kalau bukan aku?” katanya dengan senyum lebar. “Apa menurutmu aku terlihat seperti orang lain?”
Salah satu teman Tina berbisik, “Dia pasti murid baru, gak mungkin itu Luna … karena kita udah bunuh dia di kolam, kan? Gak mungkin dia selamet.”
Luna mendekatkan wajahnya ke arah Teman Tina yang berbisik, membuatnya merasa terintimidasi. “Kenapa? Tidak percaya dengan perubahan ini?” Gadis itu menarik kursi dan duduk di sebelah Tina, senyumnya masih terpampang lebar.
“Kau tahu, Tina, kadang-kadang perubahan itu diperlukan. Bukankah begitu?” lanjut Luna dengan nada menggoda. “Bukankah kamu sering bilang bahwa aku harus berubah? Nah, sekarang lihatlah. Aku berubah.”
Tina tidak bisa berkata apa-apa. Gengnya yang biasanya ikut mengolok-olok Luna juga hanya bisa diam, terkejut dengan penampilan dan sikap baru Luna. Mereka semua merasa seperti menghadapi orang yang berbeda, seseorang yang lebih kuat dan lebih percaya diri. Terlebih aura ini jelas bukan milik Luna, ini aura yang lebih gelap dan mencengkam.
Siapa orang ini sebenarnya?
Beberapa murid lain yang mendengar percakapan mereka mulai berbisik-bisik lebih keras. “Gila, itu beneran Luna! Dia berubah banget!”
“Kok bisa, ya? Padahal dulu dia biasa aja.”
“Selama seminggu di rumah sakit dia glow Up, gila. Kaya novel-novel aja, jangan-jangan dia lagi transmigrasi dan sebenarnya bukan luna,”ucap Reza si kacamata, orang-orang menyebutnya dengan wibu akut dan jelas pikiran itu salah besar—bagi sebagian orang, kecuali Reina yang hampir tersedak mendengar tebakkan itu benar.
“Bego, itu gak mungkin lah! Gini nih efek kebanyakan baca novelt***
Luna merasakan kepuasan dalam hatinya melihat reaksi dari teman-temannya.Padahal ini cuma awalan, tapi hatinya serasa sangat nikmat, mungkin kebencian dari Luna yang asli benar-benar sudah terikat dengan jiwa Reina. Lagi Pula ia memiliki rencana besar, dan ini adalah langkah pertama untuk menunjukkan bahwa dia bukan lagi Luna yang lemah dan sering dibully.
“Baiklah, Tina, aku harus pergi ke tempat dudukku. Sampai nanti!” Luna melambaikan tangan dengan senyum yang sangat manis, namun penuh sindiran.
Ketika Luna berjalan menuju bangkunya, semua orang menatapnya dengan kekaguman dan kebingungan. Luna tahu bahwa hari-hari ke depan akan sangat berbeda. Dia siap menghadapi apapun yang datang, dan dia akan memastikan bahwa tidak ada yang bisa meremehkannya lagi.
Saat ia duduk, seorang guru memasuki kelas dan langsung melihat ke arah Luna. “Oh, sepertinya kita memiliki murid baru di sini. Siapa namamu, nak?”
Luna tertawa kecil, menatap guru tersebut dengan mata berbinar. “Bukan, Bu. Saya Luna Wijaya. Mungkin penampilan saya sedikit berubah.”
Guru tersebut terkejut, tapi tersenyum. “Wah, Luna. Kamu terlihat sangat berbeda. Selamat datang kembali, dan semoga sukses dengan perubahanmu.”
Dengan senyum penuh keyakinan, Luna mengangguk. “Terima kasih, Bu.” Dia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan baru. Sebuah perjalanan yang penuh tantangan, tapi juga penuh dengan peluang untuk membuktikan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Azura75
mulai dr jam brp bangun utk dandannya? smp dandan bbrp jam utk ke sekolah? 😳
2024-08-31
1
ADarlisse
rok mini selutut kak, bukan sebahu😭
2024-08-25
1
Ayu Dani
wow
2024-08-20
0