Malam dan siang berlalu, jika Nexa menghitung sudah berapa lama ia dikurung di ruangan itu, kira-kira 5 hari. Ia diberi makan dua kali sehari. Sayangnya, walau ia masih diperlakukan dengan cukup baik. Perempuan itu masih diikat dengan rantai sihir meski kini berpindah di pergelangan kaki. Yang membuatnya tercengang adalah ia tak perlu mandi dengan air untuk membersihkan diri, tapi buang air kecil atau pun besar lain cerita. Hampir semua bisa dilakukan dengan sihir.
Ada penyihir sehari-hari yang akan membantunya, mengganti pakaian, lalu membawakan minum dan makan juga. Nexa harus meminta bantuannya untuk melakukan semua itu. Sebenarnya ia ingin mencoba tapi petinggi Expel-tuan Aluka-bilang ia tidak diperbolehkan menggunakan sihir lebih dahulu dan kekuatannya sedang ditekan oleh rantai sihir.
Sebenarnya rantai itu cukup panjang sampai ia bisa berjalan-jalan mengelilingi ranjang. Mungkin panjangnya sekitar 6 meter. Ruangan ini cukup besar. Sebagai orang yang seingatnya hanya hidup biasa saja. Pelayanan dan keajaiban ini luar biasa. Jika bukan karena dianggap ancaman, ia bisa hidup dengan luar biasa dan bebas. Mempelajari sihir akan menyenangkan, termasuk bagian bertemu dengan makhluk-makhluk menakjubkan yang tak ada di dunia sebelumnya.
Jadi, setelah beberapa hari ia dikurung, Nexa–setidaknya itulah namanya di dunia ini–memikirkan banyak hal. Hal yang ia yakini, jiwanya pindah ke tubuh orang yang ada dunia ini. Namun, ia tidak ingat banyak hal tentang kehidupan sebelummya. Bahkan namanya sendiri. Yang ia ingat hanya kenangan masa kecil saat dirundung dan dikurung di toilet sekolah, asal-usul ketakutannya pada ruangan sempit dan gelap, ia akan panik dan tubuhnya menggigil. Mungkin ia tak punya teman, tak banyak kenangan bersama orangtuanya karena mereka meninggal saat ia masih kecil, lalu diasuh oleh seseorang yang ia yakini sebagai kerabatnya.
Kehidupan itu tak cukup baik dan ia hidup mandiri setelah keluar sekolah menengah atas dan bekerja. Di sela itu, ia mulai entah sejak kapan menyukai novel dan komik. Ia yakin bahwa dirinya cukup bergantung dari menulis saat itu sebagai penulis roman atau rofan. Ia mengingatnya seolah itu kenangan berharga.
Namun hanya sampai sana, ia tidak terlalu ingat lagi. Apakah dirinya sudah mati di kehidupan sebelumnya? Kenapa?
Nexa tak mendapatkan jawaban apa pun seolah ada kabut tebal di pikirannya yang menghalanginya mengingat itu semua.
Perempuan itu duduk di ranjang sambil memandang langit dari jendela. Entah dunia apa ini. Mungkin jika Nexa bereinkarnasi saat tubuh ini masih bayi, ia seharusnya bisa mencari tahu dunia apa ini atau mungkin dunia dari cerita mana yang ia masuki. Apalagi, bahasa asing yang tak ia ketahui di dunia ini. Anehnya, ia bisa mengerti dan mengucapkannya. Nexa baru menyadari itu.
Sejauh ia mengingat pun, jangankan cerita novel atau komik, ingatan kehidupannya pun samar. Andai saja, andai ada petunjuk walau sangat sedikit.
Pintu ruangannya terbuka, Nexa menoleh dan mendapati Damatriss dengan Kaltaz masuk.
"Kami akan mengawal secara langsung hari ini," ucap Damatriss.
Nexa mengerutkan kening. Apakah ia masih dianggap sebagai makhluk berbahaya yang akan melarikan diri? Tapi wajar saja jika mereka mewaspadainya, jika jadi mereka, ia juga mungkin akan begitu. Apalagi mereka tidak tahu pasti apakah Nexa musuh atau bukan karena hilang ingatan.
"Baiklah, terima kasih," ucapnya sungkan.
Perempuan itu hanya akan membiarkan mereka melaksanakan tugas. Langit di luar jendela tampak lebih gelap, awan hitam terlihat berkumpul. Ia mendengar ledakan dan refleks terkejut.
"A-apa itu?" tanyanya karena tak bisa melihat keadaan di luar.
"Terjadi kekacauan saat ini, belakangan sekelompok orang mencurigakan menyerang," jawab Damatriss.
Nexa merasa jantungnya mencelos. "Apa itu berkaitan dengan Demallus?"
Sekarang, ia akan cukup takut untuk menyebut atau mendengar nama itu.
"Kemungkinan, tapi orang yang kami tangkap sampai saat ini selalu mati sebelum diinterogasi," jelas Damatriss.
"Apakah tidak apa-apa saya mengetahui itu?" tanya Nexa karena ia berpikir mungkin mereka seharusnya tak memberitahunya itu.
"Itu bukan suatu rahasia. Jadi tidak apa. Apalagi jika kau sasaran mereka." Damatriss mengangkat bahunya sesaat.
"Apakah itu berarti saya bisa menanyakan beberapa hal pada kalian jika menurut kalian itu bukan rahasia?"
Damatris dan Kaltaz saling menatap sesaat. Damatriss menggelengkan kepala, ia baru saja akan menjawab tapi Kaltaz lebih dulu bicara.
"Ya, kami rasa itu tidak akan menjadi masalah. Apa yang ingin kau ketahui?"
"Kal?" kening Damatriss berkerut.
"Tidak apa-apa, serahkan padaku," kata lelaki itu.
"Kalau begitu, kalian tahu, saya memiliki masalah dengan ingatan. Bisakah kalian menceritakan beberapa hal mengenai dunia ini?"
"Baiklah. Kami akan memberitahu sampai batas tertentu. Kurasa itu tidak akan kenapa-napa dan tidak ada ruginya." Kaltaz menjadi lebih santai.
"Di dunia ini, ada beberapa kerajaan dan kekaisaran. Beberapa di antaranya adalah wilayah besar dan sebagian wilayah kecil. Wilayah besar meliputi 5 kerajaan dan 4 kekaisaran. Wilayah kecil cukup banyak dan wilayah tak terjamah tidak diketahui. Satu di antara empat kekaisaran, Demallus, sementara tempat saat ini kau berada adalah penjara terkenal, menara Expell, kota Qraitos, kerajaan Hellixios," jelas Kaltaz.
Nexa pikir ia tidak akan mendapatkan informasi semudah ini karena penyihir pembantu sebelumnya bahkan melarang mengajaknya berbicara jika tidak ada kepentingan dan dilarang mengorek informasi. Kaltaz cukup bermurah hati. Sayangnya, Nexa masih belum mendapat petunjuk apa pun.
"Pembagian wilayahnya cukup banyak," respons perempuan itu.
"Dulu tak sebanyak ini. Karena peperangan terus terjadi dan pemberontakan beberapa ratus tahun dan beberapa ribu tahun yang lalu, banyak wilayah yang terpecah bahkan terlalu berbahaya untuk dimasuki. Hellixios dulunya bagian dari Rivenzha, tapi—"
Ting!
Sesuatu seolah menyentuh ingatannya.
"Apa? Bisa ulangi apa yang Anda katakan tadi? Dari peperangan?"
"Ya? Ten... tu? Karena peperangan dan pemberontakan beberapa ribu tahun yang lalu, banyak wilayah yang terpecah bahkan terlalu berbahaya untuk dimasuki. Hellixios dulunya bagian dari Rivenzha, tapi menjadi kerajaan terpisah sejak 1500 tahun lalu."
"Rivenzha? Apakah itu negeri seribu mata air?" tanya Nexa memastikan.
"Ya? Apa kau mengingat sesuatu?"
"Se-sebentar ...."
Nexa merasa cukup familiar dengan nama itu. Kalau tulisan orang lain mungkin ia tak akan ingat sama sekali saat ini. Tapi jika sebuah cerita yang ia tulis sendiri seharusnya pengecualian, ia menyayangi mereka seperti anaknya sendiri.
Gadis itu agak melenguh merasa kepalanya sakit.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Kaltaz.
"Ugh ... kepalaku." Nexa memagang kepalanya.
Damatris dan Kaltaz mendekat dan menanyakan kondisinya. Tapi Nexa sama sekali tak merespons karena mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya. Damatriss berinisiatif untuk pergi memanggil penyihir. Sementara Nexa bersama Kaltaz yang berusaha menenangkannya.
"Gil ..., Gilderon, apa-kah Anda tahu siapa dia?" Nexa agak terbata.
Kaltaz tersentak samar. "Bagaimana keadaanmu?" ucapnya seolah mengalihkan topik pembicaraan.
"Gilderon ..., dia bayangan itu?" gumam Nexa yang masih bisa lelaki itu dengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments