4. Hari Pertama Bekerja

Kegiatan Anindya setiap selesai sholat subuh adalah menyiapkan sarapan dan pakaian kerja Faris. Hanya saja ada yang bertambah pagi ini, yaitu menyiapkan pakaian kerja untuk dirinya sendiri. Berhubung hari Senin, Anindya menyiapkan seragam kerja berupa setelah kemeja panjang warna putih dan celana kain berwarna hitam.

Faris yang telah selesai mandi pun mengenakan pakaian yang telah Anindya siapkan dan segera meminum kopi, kemudian ia memulai sarapan bersama. Seperti biasa, setelah selesai permainan Faris akan kembali menjadi suaminya yang lebih banyak diam dan terkesan dingin. Anindya masih sedikit belum terbiasa dengan sikap suaminya, sehingga ia hanya bisa menyesuaikan diri sebaik mungkin.

Sebelum berangkat bekerja, Faris hanya berpesan jika ia akan pulang terlambat malam ini karena ada acara perpisahan yang diadakan di mess karyawan untuk melepas beberapa temannya yang di mutasi ke pulau Sulawesi. Anindya menganggukkan kepalanya dan bertanya apakah perlu memasak untuknya nanti.

“Tidak perlu. Setiap acara perpisahan seperti itu akan ada acara makan-makan, kamu makanlah sendiri! Jika tidak ingin memasak, kamu bisa membeli di luar.”

“Iya, Mas. Hati-hati di jalan!” kata Anindya sambil mencium punggung tangan Faris.

Setelah bayangan Faris menghilang, Anindya mulai mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci sebelum ia mandi dan berangkat bekerja. Ketika tepat pukul 7.30, Anindya sudah mengunci pintu rumah dan mulai melajukan motornya menuju Puskesmas. Sekitar 10 menit kemudian, ia pun sampai di Puskesmas Desa Batukajang.

“Anak baru?” tanya seorang perempuan paruh baya yang datang bersamaan dengan Anindya.

“Iya, saya Anindya.” Anindya mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh perempuan tersebut yang mengenalkan namanya Fitri, bidan senior di Puskesmas.

“Ayo, kamu mau ke kantor pimpinan kan?” Anindya mengangguk.

Anindya mengikuti Ibu Fitri dari belakang dan mereka pun sampai di kantor dan melakukan absen, setelah itu beliau mengantarnya sampai di depan kantor pimpinan. Ibu Fitri pun meninggalkan Anindya untuk melakukan tugasnya karena sebentar lagi sudah masuk pukul 8, poli akan segera di buka.

“Masuk!” ucap seseorang di dalam ruangan setelah Anindya mengetuk pintu.

Pimpinan pusat pun mempersilahkan Anindya untuk duduk dan memberikan beberapa arahan untuk pekerjaan Anindya. Untuk sementara Anindya akan melakukan pekerjaannya di UGD sampai ruangan khusus untuk fisioterapi selesai direnovasi.

“Selamat bergabung!” seru pimpinan sambil mengulurkan tangannya.

“Terima kasih, Pak.” Anindya menjabat tangan pimpinan dan pamit.

Sebelumnya pimpinan meminta Anindya untuk mencari seseorang bernama Devi di kantor pusat informasi guna mendapatkan informasi mengenai keseluruhan Puskesmas dan alat yang bisa Anindya gunakan untuk menunjang pekerjaannya.

“Maaf, apa di sini ada yang namanya Bu Devi Saya fisioterapi baru.” Tanya Anindya pada seorang laki-laki dengan seragam perawat di dalam ruangan kantor.

“Mbak Devi ada yang cari!” teriak laki-laki tersebut, yang kemudian ditanggapi oleh seorang perempuan yang keluar dari dalam sebuah bilik.

“Anindya, fisioterapi?” tanya perempuan yang dipanggil Mbak Devi tersebut.

“Iya, Mbak.”

“Ayo!” Mbak Devi pun berjalan lebih dulu diikuti Anindya.

Mbak Devi memperkenalkan Anindya kepada seluruh karyawan yang ada di Puskesmas, kemudian membawanya ke UGD untuk bertemu karyawan yang ada di sana dan ke tempat penyimpanan untuk mengambil peralatan yang diperlukan. Setelah semuanya sudah, Mbak Devi meninggalkan Anindya di UGD.

Anindya dengan sabar standby di UGD dengan membaca beberapa kasus yang biasa ditangani di Puskesmas berkenaan dengan bidangnya. Tak lama kemudian, ada pasien ibu hamil masuk di UGD dengan keluhan ketuban pecah. Awalnya Anindya ingin membantu, namun ia urungkan karena beberapa perawat dan bidan dengan cepat menangani pasien tersebut.

Sampai istirahat makan siang tiba, Anindya telah memberikan terapi kepada beberapa pasien Anindya berencana untuk makan siang di pantri karena ia membawa bekal sisa masakannya pagi ini. Tetapi kemudian ia diajak bergabung dengan Ibu Fitri untuk makan bersama di taman karena beliau juga membawa bekal.

“Kamu asli mana?” tanya Ibu Fitri setelah mereka selesai makan siang.

“Asli Jogja, Bu.”

“Jangan panggil Ibu, panggil saja Mbak. Aku belum tua-tua amat!”

“Iya, Mbak Fitri.”

“Kamu setidaknya akan mengabdi selama satu tahun untuk bisa naik menjadi PNS, apa kamu sanggup tidak pulang ke Jogja?” tanya Mbak Fitri.

“Apakah sulit mendapatkan izin, Mbak?”

“Iya. Pimpinan sedikit perhitungan jika menyangkut izin, walaupun itu sudah termasuk kita sebagai karyawan. Kamu jangan sampai berada di sisi buruk pimpinan, jika tidak ingin dipersulit.”

“Baik, Mbak.” Anindya menganggukkan kepalanya.

Waktu makan siang selesai, mereka pun kembali ke pos masing-masing untuk melaksanakan tugas hingga tiba waktunya pulang. Anindya sampai di rumah sekitar pukul 3 sore karena ada pasien sakit pinggang masuk saat dirinya telah absen untuk pulang dan ia juga menyempatkan mampir di sebuah warung masakan padang untuk membeli makan. Setelah menanggalkan pakaian kerjanya, Anindya mandi sekaligus mencuci pakaiannya.

“Tok.. tok.. tok..” suara ketukan pintu, membangunkan Anindya yang ternyata tertidur setelah melaksanakan sholat isya’. Ia pun segera membukakan pintu dan memperlihatkan wajah Faris.

“Kenapa lama?”

“Maaf, Mas. Aku ketiduran.” Kata Anindya sambil mencium punggung tangan suaminya.

“Tolong siapkan, air panas untuk mandi.”

“Iya, Mas.” Anindya pun melakukan permintaan suaminya dan setelah air panas, ia memindahkannya ke ember yang ada di kamar mandi.

Faris yang telah menunggu pun masuk ke dalam kamar mandi. Keluar dari kamar mandi, Faris membuka tas kerjanya dan mengeluarkan snack box yang kemudian ia serahkan kepada istrinya. Anindya mengucapkan terima kasih dan segera menikmati isi snack box tersebut sebelum akhirnya menyusul Faris ke dalam kamar.

“Bagaimana hari pertama?” tanya Faris tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

“Baik, Mas. Semuanya baik-baik, bahkan tadi langsung dapat pasien.” Jawab Anindya yang mendekat seraya memijat pundak Faris.

“Baguslah! Semoga kamu betah. Apakah cuti depan kita bisa ke Jawa?” tanya Faris.

“Aku belum tahu, Mas. Kata salah satu rekan kerjaku, pengajuan izin sedikit susah, tapi bukan berarti tidak bisa. Nanti coba aku negosiasi karena aku punya hak cuti tahunan.” Jawab Qiana tanpa memperlihatkan keraguannya.

“Jika tidak bisa, jangan dipaksakan. Orang tuamu dan orang tuaku pasti bisa mengerti karena mereka juga yang mendukung kamu menjadi PNS.”

“Iya, Mas. Tapi aku tetap berharap bisa pulang karena aku sudah kangen sama Ibu dan Bapak.”

“Aturlah!” Kata Faris yang kemudian menutup ponselnya dan bersiap untuk tidur.

Anindya yang merasa diabaikan pun hanya bisa diam, menganggap jika suaminya lelah setelah bekerja seharian. Setelah memasangkan selimut untuk Faris, Anindya mengecek pintu dan mematikan lampu dan akhirnya menyusul suaminya untuk tidur karena ia juga merasakan lelah. Ia berharap bisa terbiasa dengan sikap suaminya yang seperti ini.

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Suaminya cuek bebek..

2024-08-09

1

lihat semua
Episodes
1 1. Anindya
2 2. Menikmati
3 3. Ujian CPNS
4 4. Hari Pertama Bekerja
5 5. Garis 2
6 6. Andra Cedera
7 7. Andra
8 8. Tes DNA
9 9. Menikah Siri
10 10. Pulang Lebih Cepat
11 11. Menjelajah Mall
12 Maaf...
13 12. Dongkol
14 13. Ada apa denganmu?
15 14. Menggunakan Pelindung
16 15. Melahirkan
17 16. Aqiqah
18 17. Ibu Anindya Pulang
19 18. Kecelakaan
20 19. Tak Ingin Terpuruk
21 20. Awal Merenggang
22 21. Diamnya Anindya
23 22. Ban Bocor
24 23. Family Gathering
25 24. Mengantar Ardio
26 25. Andra Menggoda
27 26. Hujan
28 27. Melakukannya
29 28. Air Terjun
30 29. Meminta Cerai
31 30. Tak Tahu Malu
32 31. Pengadilan Agama
33 32. Resmi Janda
34 33. Aku juga Istrimu
35 34. Mencari Kontrakan
36 35. Kontrakan Baru
37 36. Faris dan Andra
38 37. Skandal
39 38. Faris Limbung
40 39. Martabak
41 40. Goyah
42 41. Mimpi
43 42. Usus Buntu
44 43. Rima
45 44. Tidak!
46 45. Bertemu
47 46. Libur
48 47. Mendekap
49 48. Mutasi
50 49. Berangkat
51 50. Playground
52 51. Sudah Beristri
53 52. Berkat Kamu
54 53. Bagaimana Bisa?
55 54. Anak Siapa?
56 55. Janda Beranak 1
57 56. Taman Wisata
58 57. Pinjam Uang
59 58. Gara-gara Kamu
60 59. Gosip
61 60. Istri Resmi
62 61. Melamar
63 Maaf
64 62. Izin Kuliah
65 63. Cincin
66 64. Serius
67 65. Lakukan Nanti
68 66. Sudah Menikah
69 67. Permainan Tangan
70 68. 20 Keluarga
71 69. Dari Pagi Sampai Malam
72 70. Yang Sempat Tertunda
73 71. Menantuku
74 72. Menyiapkan Stamina
75 75. Huft
76 76. Honeymoon
77 77. Mengganti Ingatan
78 78. Tidak Bisa Menolak
79 79. Berpapasan
80 80. Bagasi
81 81. Tak Puas
82 82. Apa Maksudmu?
83 83. Mual
84 84. Hah?
85 85. Bakso dan Mie Ayam
86 86. Mie Instan
87 87. Penyakit
88 88. 7 Bulan
89 89. Mobil
90 90. Negatif
91 91. Sate
92 92. Ending 1
93 93. Ending 2
94 Promo novel baru
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1. Anindya
2
2. Menikmati
3
3. Ujian CPNS
4
4. Hari Pertama Bekerja
5
5. Garis 2
6
6. Andra Cedera
7
7. Andra
8
8. Tes DNA
9
9. Menikah Siri
10
10. Pulang Lebih Cepat
11
11. Menjelajah Mall
12
Maaf...
13
12. Dongkol
14
13. Ada apa denganmu?
15
14. Menggunakan Pelindung
16
15. Melahirkan
17
16. Aqiqah
18
17. Ibu Anindya Pulang
19
18. Kecelakaan
20
19. Tak Ingin Terpuruk
21
20. Awal Merenggang
22
21. Diamnya Anindya
23
22. Ban Bocor
24
23. Family Gathering
25
24. Mengantar Ardio
26
25. Andra Menggoda
27
26. Hujan
28
27. Melakukannya
29
28. Air Terjun
30
29. Meminta Cerai
31
30. Tak Tahu Malu
32
31. Pengadilan Agama
33
32. Resmi Janda
34
33. Aku juga Istrimu
35
34. Mencari Kontrakan
36
35. Kontrakan Baru
37
36. Faris dan Andra
38
37. Skandal
39
38. Faris Limbung
40
39. Martabak
41
40. Goyah
42
41. Mimpi
43
42. Usus Buntu
44
43. Rima
45
44. Tidak!
46
45. Bertemu
47
46. Libur
48
47. Mendekap
49
48. Mutasi
50
49. Berangkat
51
50. Playground
52
51. Sudah Beristri
53
52. Berkat Kamu
54
53. Bagaimana Bisa?
55
54. Anak Siapa?
56
55. Janda Beranak 1
57
56. Taman Wisata
58
57. Pinjam Uang
59
58. Gara-gara Kamu
60
59. Gosip
61
60. Istri Resmi
62
61. Melamar
63
Maaf
64
62. Izin Kuliah
65
63. Cincin
66
64. Serius
67
65. Lakukan Nanti
68
66. Sudah Menikah
69
67. Permainan Tangan
70
68. 20 Keluarga
71
69. Dari Pagi Sampai Malam
72
70. Yang Sempat Tertunda
73
71. Menantuku
74
72. Menyiapkan Stamina
75
75. Huft
76
76. Honeymoon
77
77. Mengganti Ingatan
78
78. Tidak Bisa Menolak
79
79. Berpapasan
80
80. Bagasi
81
81. Tak Puas
82
82. Apa Maksudmu?
83
83. Mual
84
84. Hah?
85
85. Bakso dan Mie Ayam
86
86. Mie Instan
87
87. Penyakit
88
88. 7 Bulan
89
89. Mobil
90
90. Negatif
91
91. Sate
92
92. Ending 1
93
93. Ending 2
94
Promo novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!