2. Menikmati

1 minggu kemudian, Anindya mengikuti Faris kembali ke Kalimantan Timur. Setelah 2 hari mereka menginap di penginapan, akhirnya mereka menemukan kontrakan yang cocok dan memungkinkan untuk dijangkau bus jemputan perusahaan Faris. Kontrakan 2 pintu yang terletak di belakang rumah pemilik kontrakan, dekat dengan pasar dan jalan utama di mana pangkalan jemputan berada.

Memasuki kontrakan yang kosong, keduanya merasa canggung. Setelah pernikahan, keduanya belum ada bersentuhan sama sekali. Anindya mengira jika suaminya memerlukan waktu mengenal satu sama lain untuk melangkah ke sana, berbeda dengan Faris yang merasa merdeka karena Anindya tidak ada membahas nafkah batin.

“Perabotan apa saja yang ingin kamu beli?” tanya Faris.

“Yang penting-penting saja seperti kasur, kompor dan kipas, Mas.”

“Catat saja, kita beli sekarang! Ini uang yang aku bawa hasil dari sumbangan saat acara.” Faris menyerahkan amplop coklat yang cukup tebal pada Anindya.

“Terima kasih, Mas.”

Keduanya pun berjalan kaki menuju pasar. Sepanjang jalan, Faris mengutarakan niatnya untuk mengirimkan motornya kemari agar mereka tidak perlu berjalan kaki. Anindya setuju saja karena setelah dihitung-hitung, ongkos pengiriman motor lebih murah dibandingkan membeli motor baru. Lagi pula motor yang akan dikirimkan hanya digunakan ketika Faris ada di rumah.

Mereka membeli kasur busa, kipas angin ukuran tanggung, kompor gas beserta tabung gas 3 kg, dan beberapa peralatan dapur. Setelah membayarnya, Anindya meminta pihak toko untuk mengantarkannya ke kontrakan mereka. Selesai dengan toko perabotan, Faris membawa Anindya masuk ke dalam pasar yang ada di seberang toko perabotan karena kebetulan saat itu adalah hari jumat yang merupakan hari pasar mingguan di sana.

Dengan sabar dan tanpa banyak bicara, Faris mengikuti Anindya yang sedang berkeliling mencari kebutuhan di belakang. Ia juga dengan sadar diri membawakan barang belanjaan Anindya yang berupa sayur, ayam, dan beberapa peralatan tambahan untuk kontrakan mereka. Setelah Anindya mengatakan sudah selesai membeli semua kebutuhan, Faris membawanya ke sebuah warung makan untuk makan siang.

“Hey Bang!” sapa seorang pemuda.

“Andra! Sedang apa kamu di sini?” tanya Faris sembari menepuk pundak pemuda bernama Andra.

“Makanlah Bang. Bosan aku dengan makanan kantin!”

“Ayo bergabung bersamaku! Ini istriku, Anindya.” Anindya menjabat uluran tangan Andra.

Mereka pun mulai memesan makanan dan menikmatinya bersama. Dari sana Anindya tahu jika Andra adalah junior suaminya di tempat kerja yang lebih muda 8 tahun darinya. Faris dan Andra yang telah selesai makan mulai membicarakan topik yang Anindya tidak mengerti, ia pun menyibukkan diri dengan ponselnya.

Beberapa menit kemudian, Andra pamit untuk kembali ke mess dan mereka pun berpisah di depan warung makan. Faris membawa Anindya kembali ke kontrakan mereka. Selama berjalan kaki, tak ada topik pembicaraan di antara mereka. Anindya hanya diam karena ia tidak tahu harus mengatakan apa, sedangkan Faris larut dengan pikirannya.

Pikiran Faris saat ini melayang di beberapa menit yang lalu, di mana ia secara tidak sengaja melihat Andra memperhatikan istrinya. Pandangan mata yang ditujukan Andra kepada istrinya adalah pandangan mata tertarik, ia bisa menyimpulkannya karena instingnya sebagai laki-laki. Walaupun belum ada rasa yang tumbuh di antara ia dan istrinya, bagaimana pun Anindya adalah istrinya yang sah.

Sampai di kontrakan, ternyata barang yang mereka beli telah diletakkan di depan kontrakan mereka. Tanpa membuang waktu, Faris mulai memindahkan barang-barang tersebut ke dalam di bantu Anindya. Selesai menata perabotan, Anindya pamit untuk mandi karena tubuhnya sangat gerah setelah berjalan kaki dan membereskan barang.

Faris duduk di tempat tidur menghadap kipas angin tanpa atasan. Ia berencana setelah Anindya keluar, ia akan mandi. Tetapi siapa yang tahu, Anindya keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya hingga pemandangan tersebut membuat Faris terpaku. Faris adalah laki-laki normal yang memiliki hasrat, melihat Anindya yang tanpa bersalah mengganti pakaian di depannya pun membuatnya ingin menyentuh. Tanpa sadar Faris telah mendekat ke arah Anindya yang baru saja akan mengenakan pelindung dada.

“Mas!” seru Anindya yang terkejut dengan Faris yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

“Kenapa?” pertanyaan Faris membuat Anindya merasa ciut.

Bagaimana pun mereka adalah pasangan suami istri yang sudah menikah selama 2 minggu. Sudah menjadi kewajibannya untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Dalam kegugupan Anindya merasakan setiap sentuhan yang diberikan suaminya, sampai Faris membalik tubuhnya dan membuat mereka berhadapan.

Tanpa aba-aba Faris menyerang bibir Anindya dengan tangan yang bermain-main. Anindya yang baru merasakan sensasi untuk pertama kali hanya bisa pasrah dengan perlakuan Faris sampai ia kehabisan nafas, barulah suaminya melepaskan bibirnya.

“Apakah kamu siap?” tanya Faris dengan suara berat.

Dengan nafas yang terengah, Anindya menganggukkan kepalanya pelan. Dalam hati ia memantapkan hati jika suaminya berhak untuk mendapatkan mahkotanya. Faris menuntun Anindya ke tempat tidur dan memulai permainan mereka. Anindya menahan rasa sakit yang disebabkan ketukan pintu Faris dengan sekuat tenaga, hingga akhirnya mereka pun bisa saling menyatu. Faris yang mendominasi permainan pun melakukannya dengan penuh semangat sampai mereka kehabisan tenaga, membuat Anindya terlelap setelah permainan mereka selesai.

Faris kini merutuki dirinya sendiri di kamar mandi. Ia yang mengatakan jika tubuh Anindya tidak membuatnya berminat, ia juga yang menikmati tubuh Anindya sampai ia lupa berapa kali ia melepaskan benihnya.

“Astaga! Aku menelan air ludahku sendiri!” gumam Faris.

“Ini semua salah Andra. Gara-gara tatapannya aku menjadi seperti sekarang!” Faris menyalahkan Andra sebagai penyebab ia menyentuh Anindya tanpa sadar jika sebenarnya ia cemburu.

Anindya yang merasa haus pun membuka matanya dan mendapati tubuhnya yang polos hanya tertutup dengan selimut. Dengan perlahan ia mulai menggerakkan tubuhnya karena rasa nyeri di pangkal pahanya sangat terasa, menandakan dirinya telah menjadi milik suaminya seutuhnya. Dengan senyuman, Anindya menahan rasa sakitnya dan beranjak ke kamar mandi.

“Kamu sudah bangun? Aku membuatkanmu air hangat, mandilah dengan air itu, sebentar lagi maghrib.” Kata Faris yang baru saja memasuki kamar.

“Terima kasih, Mas.” Anindya pun mengenakan handuk yang ada dilantai untuk menutupi tubuhnya dan berjalan menuju dapur mengambil air panas yang Faris maksud.

Tatapan Faris beralih ke tempat tidur yang meninggalkan jejak permainan mereka dengan noda merah di sana. Ada rasa bangga dan puas di hati Faris. "Memang perawan terasa berbeda dengan yang sudah bukan perawan!" batinnya.

Setelah adzan magrib berkumandang, mereka pun melaksanakan sholat berjamaah. Selesai sholat, Anindya memasak bahan makanan yang telah ia beli siang tadi. Berhubung belum memiliki kulkas, Anindya mengungkep ayam yang di belinya dan membuat tumis sayur yang paling simpel. Mereka pun makan malam bersama dan setelahnya melaksanakan sholat isya’.

“Mas...” panggil Anindya ketika mereka kini sedang bersantai di tempat tidur.

“Hemmm.” Jawab Faris tanpa melihat ke arah Anindya.

“Bisakah besok kamu mengantarkan aku tes CPNS di Tanah Grogot?” Faris menatap ke arah Anindya.

Sebelum Anindya ikut dengannya kemari, memang ada pembahasan jika istrinya akan mendaftar PNS. Awalnya ia menyanggupinya karena mengira dengan adanya kesibukan Anindya sebagai tenaga medis akan membuat pertemuan mereka semakin sedikit dan akan ada alasannya baginya untuk tidak menyentuh istrinya. Akan tetapi, setelah ia merasakan kenikmatan yang diberikan tubuh Anindya yang terjaga membuatnya berpikir ulang.

“Apa kamu yakin?”

“Iya, Mas. Aku ingin membuka klinikku sendiri kelak, dengan ikut PNS aku bisa bekerja sambil melanjutkan pendidikanku.”

“Bagaimana dengan tanggung jawabmu sebagai istriku?”

“Tentu aku akan mengutamakanmu, Mas. Tetapi aku juga tidak bisa berjanji, karena dengan menjadi PNS waktuku akan terbagi antara kamu dan pekerjaanku. Aku hanya bisa mengusahakan yang terbaik.” Anindya mencoba meyakinkan

Faris.

Setelah berpikir sejenak, Faris pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Terpopuler

Comments

Nabilah

Nabilah

red flag tho!!

2024-08-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. Anindya
2 2. Menikmati
3 3. Ujian CPNS
4 4. Hari Pertama Bekerja
5 5. Garis 2
6 6. Andra Cedera
7 7. Andra
8 8. Tes DNA
9 9. Menikah Siri
10 10. Pulang Lebih Cepat
11 11. Menjelajah Mall
12 Maaf...
13 12. Dongkol
14 13. Ada apa denganmu?
15 14. Menggunakan Pelindung
16 15. Melahirkan
17 16. Aqiqah
18 17. Ibu Anindya Pulang
19 18. Kecelakaan
20 19. Tak Ingin Terpuruk
21 20. Awal Merenggang
22 21. Diamnya Anindya
23 22. Ban Bocor
24 23. Family Gathering
25 24. Mengantar Ardio
26 25. Andra Menggoda
27 26. Hujan
28 27. Melakukannya
29 28. Air Terjun
30 29. Meminta Cerai
31 30. Tak Tahu Malu
32 31. Pengadilan Agama
33 32. Resmi Janda
34 33. Aku juga Istrimu
35 34. Mencari Kontrakan
36 35. Kontrakan Baru
37 36. Faris dan Andra
38 37. Skandal
39 38. Faris Limbung
40 39. Martabak
41 40. Goyah
42 41. Mimpi
43 42. Usus Buntu
44 43. Rima
45 44. Tidak!
46 45. Bertemu
47 46. Libur
48 47. Mendekap
49 48. Mutasi
50 49. Berangkat
51 50. Playground
52 51. Sudah Beristri
53 52. Berkat Kamu
54 53. Bagaimana Bisa?
55 54. Anak Siapa?
56 55. Janda Beranak 1
57 56. Taman Wisata
58 57. Pinjam Uang
59 58. Gara-gara Kamu
60 59. Gosip
61 60. Istri Resmi
62 61. Melamar
63 Maaf
64 62. Izin Kuliah
65 63. Cincin
66 64. Serius
67 65. Lakukan Nanti
68 66. Sudah Menikah
69 67. Permainan Tangan
70 68. 20 Keluarga
71 69. Dari Pagi Sampai Malam
72 70. Yang Sempat Tertunda
73 71. Menantuku
74 72. Menyiapkan Stamina
75 75. Huft
76 76. Honeymoon
77 77. Mengganti Ingatan
78 78. Tidak Bisa Menolak
79 79. Berpapasan
80 80. Bagasi
81 81. Tak Puas
82 82. Apa Maksudmu?
83 83. Mual
84 84. Hah?
85 85. Bakso dan Mie Ayam
86 86. Mie Instan
87 87. Penyakit
88 88. 7 Bulan
89 89. Mobil
90 90. Negatif
91 91. Sate
92 92. Ending 1
93 93. Ending 2
94 Promo novel baru
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1. Anindya
2
2. Menikmati
3
3. Ujian CPNS
4
4. Hari Pertama Bekerja
5
5. Garis 2
6
6. Andra Cedera
7
7. Andra
8
8. Tes DNA
9
9. Menikah Siri
10
10. Pulang Lebih Cepat
11
11. Menjelajah Mall
12
Maaf...
13
12. Dongkol
14
13. Ada apa denganmu?
15
14. Menggunakan Pelindung
16
15. Melahirkan
17
16. Aqiqah
18
17. Ibu Anindya Pulang
19
18. Kecelakaan
20
19. Tak Ingin Terpuruk
21
20. Awal Merenggang
22
21. Diamnya Anindya
23
22. Ban Bocor
24
23. Family Gathering
25
24. Mengantar Ardio
26
25. Andra Menggoda
27
26. Hujan
28
27. Melakukannya
29
28. Air Terjun
30
29. Meminta Cerai
31
30. Tak Tahu Malu
32
31. Pengadilan Agama
33
32. Resmi Janda
34
33. Aku juga Istrimu
35
34. Mencari Kontrakan
36
35. Kontrakan Baru
37
36. Faris dan Andra
38
37. Skandal
39
38. Faris Limbung
40
39. Martabak
41
40. Goyah
42
41. Mimpi
43
42. Usus Buntu
44
43. Rima
45
44. Tidak!
46
45. Bertemu
47
46. Libur
48
47. Mendekap
49
48. Mutasi
50
49. Berangkat
51
50. Playground
52
51. Sudah Beristri
53
52. Berkat Kamu
54
53. Bagaimana Bisa?
55
54. Anak Siapa?
56
55. Janda Beranak 1
57
56. Taman Wisata
58
57. Pinjam Uang
59
58. Gara-gara Kamu
60
59. Gosip
61
60. Istri Resmi
62
61. Melamar
63
Maaf
64
62. Izin Kuliah
65
63. Cincin
66
64. Serius
67
65. Lakukan Nanti
68
66. Sudah Menikah
69
67. Permainan Tangan
70
68. 20 Keluarga
71
69. Dari Pagi Sampai Malam
72
70. Yang Sempat Tertunda
73
71. Menantuku
74
72. Menyiapkan Stamina
75
75. Huft
76
76. Honeymoon
77
77. Mengganti Ingatan
78
78. Tidak Bisa Menolak
79
79. Berpapasan
80
80. Bagasi
81
81. Tak Puas
82
82. Apa Maksudmu?
83
83. Mual
84
84. Hah?
85
85. Bakso dan Mie Ayam
86
86. Mie Instan
87
87. Penyakit
88
88. 7 Bulan
89
89. Mobil
90
90. Negatif
91
91. Sate
92
92. Ending 1
93
93. Ending 2
94
Promo novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!