Berprestasi

Matahari mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari udara dingin, dan membakar semangat baru di hari yang baru.

Nakisya sudah terlihat rapi dengan kebaya berwarna biru, yang membuat gadis itu terlihat semakin cantik.

Hari ini dirinya akan menghadiri acara perpisahan di sekolahnya.

Satu pesan masuk ke ponselnya, membuat gadis itu dengan cepat mengambil dan membacanya.

"Maaf aku gak bisa jemput. Dan kayaknya aku juga gak bisa hadir, soalnya banyak banget kerjaan aku di kantor."

Nakisya mendengus sebal, gadis itu sempat berharap kalau lelaki yang akan menjadi calon suaminya itu akan hadir ke sekolahnya.

"Jadi siapa yang akan hadir mendampingi aku?" tanya gadis itu kepada kedua orang tua yang ada di hadapannya.

Widya menatap putrinya itu, terlihat raut wajah bersalah yang terpancar dari sorot mata wanita yang masih memakai piyama itu, "maafin Bunda ya, kayaknya Bunda gak bisa hadir, soalnya Bunda gak enak badan," ujar wanita itu, yang terlihat beberapa kali bersin.

"Kayaknya, Ayah juga gak bisa, soalnya di kantor lagi banyak banget masalah," ucap pria itu tanpa menolehkan wajahnya.

Nakisya memalingkan wajahnya, gadis itu langsung berdiri dan mengucapkan salam. "Ternyata perjuangan aku selama ini hanya sia-sia, gak ada yang bisa lihat aku saat nerima piala nanti," gerutu gadis itu yang sudah berjalan ke arah pintu.

Nakisya memang siswi yang pintar, dan sekolah mengundang setiap orang tua yang muridnya masuk dalam kategori siswa atau siswi yang berprestasi.

****

Nakisya sudah sampai di depan halaman sekolah. Rani dan beberapa sahabatnya yang lain langsung menghampirinya.

"Ya ampun, kamu cantik banget," teriak Rani yang langsung berhambur memeluk tubuhnya.

Nakisya tersenyum, "kamu juga cantik banget, kalian juga," balas gadis itu yang melirik satu persatu ke arah sahabatnya.

"Orang tua kamu mana?" tanya Rani yang orang tuanya juga mendapat undangan.

Nakisya berdecak, "gak ada yang bisa hadir, Bunda sakit, dan Ayah sibuk," jawab gadis itu dengan wajah yang tertunduk.

"Yaudah gak usah sedih, nanti biar mami aku aja yang jadi wali kamu," ujar Rani mencoba menghibur Nakisya.

Nakisya mengangguk, mereka semua langsung berjalan menuju aula, tempat diadakan perpisahan itu.

"Hey, aku boleh duduk di situ," tanya Angga yang merupakan salah satu siswa populer yang di kabarkan menyukai Nakisya.

"Duduk aja!" jawab gadis itu tanpa menolehkan pandangannya dari Rani.

"Jadi beneran kamu mau langsung nikah, Sya?" tanya Rani dengan heboh.

Nakisya langsung membekap mulut sahabatnya itu, "iya, tapi jangan keras-keras juga kali ngomongnya!" gerutu gadis itu.

"Hehee, tapi beneran, Sya?" tanya ulang gadis itu.

Nakisya hendak menjawab, namun suara dari pembawa acara seolah memaksanya untuk diam.

Sambutan demi sambutan telah selesai di bawakan, dan kini saatnya pembacaan daftar siswa/siswi yang merupakan murid berprestasi.

"Baiklah, saya akan menyebutkan lulusan paling berprestasi pada tahun ini, dengan nilai rata-rata nyaris sempurna, murid ini juga merupakan murid yang menjadi penyumbang piala terbanyak untuk sekolah ini."

Semua murid dan tamu undangan seketika diam, saling menduga, siapa murid pintar itu, namun tidak sedikit dari mereka yang sudah mengetahui siapa itu.

Pembawa acara menarik napasnya dalam, "kita panggil, murid dengan kelulusan terbaik di tahun ini, Angga Pratama Wijaya," ucap pembawa acara itu, dengan lantang.

"Dan Nakisya Khanza Athayabina," lanjut pembawa acara itu kemudian, yang langsung mendapat sorak senang dan tepuk tangan yang membuat gedung itu jadi meriah.

"Selamat ya, Sya. Bangga aku jadi sahabat kamu," ucap Rani yang langsung memeluk tubuh gadis itu.

"Tahun ini kita patut bangga, karena sekolah kita memiliki 2 murid yang begitu pintar, sampai-sampai nilai Ujian pun sama, dengan Nilai yang nyaris sempurna. Baiklah kita persilakan kedua nama yang tadi di sebutkan, beserta kedua orang tua wali, untuk menaiki podium."

Nakisya yang sudah berjalan di belakang Angga, gadis itu tampak tidak semangat, terlihat dari kepalanya yang terus menunduk.

"Hey, kok jadi murid terbaik wajahnya di tekuk begitu," tanya seorang wanita yang kini merangkul tangannya.

"Mana nih senyum cantiknya putri Ayah," ujar pria yang juga ada di sebelah tubuhnya.

"Ayah, Bunda!" teriak gadis itu, dengan air mata yang menetes karena terlalu bahagia.

"Kalian ngerjain aku ya?" tanya gadis itu.

Kedua orang tua Nakisya tertawa, "surprise," teriak keduanya barengan.

"Saya panggil sekali lagi, Nakisya Khanza Athayabina, beserta orangtua, untuk segara naik ke atas podium."

Nakisya dan kedua orang tuanya tertawa, karena terlalu bahagia, dengan cepat mereka bertiga langsung menaiki podium itu.

Nakisya mendapatkan piala dari kepala sekolah, setelah memberikan sedikit ungkapannya yang kembali mendapat tepuk tangan dari semua orang.

****

Acara itu telah selesai, semua murid dan para alumni sudah meninggalkan sekolah.

Termasuk Nakisya, setelah dirinya puas berselfie ria dengan teman-teman seangkatannya. Gadis itu juga langsung meninggalkan sekolah itu.

"Selamat ya, Kamu emang terbaik," ucap lelaki yang kini mensejajarkan langkahnya dengan Nakisya.

Nakisya menoleh, "eh iya, selamat juga ya buat kamu," balas gadis itu, sambil menjabat tangan Angga.

Keduanya tersenyum, Angga yang memang memiliki perasaan lebih pada Nakisya, pemuda itu terus menatap lamat gadis itu. Dirinya semakin bertambah kagum dengan prestasi yang telah di capai Nakisya.

"Ekhem."

Nakisya tersentak saat mendengar deheman dari laki-laki yang tentunya dia sangat tau siapa itu.

"Bang Al," ucap gadis itu, yang langsung melepaskan tangannya dari tangan Angga.

Aldi tersenyum menatap Nakisya, lelaki itu sempat melirik ke arah Angga.

"Ini buat kamu, Sayang," ucap lelaki itu sambil menekankan kata sayang pada kalimatnya.

Seolah takut miliknya akan di rebut lelaki lain, Aldi dengan posesif nya langsung merangkul gadis itu.

"Sudah selesai kan? Kita pulang yu?" ajak lelaki itu dengan mata yang mengkode Nakisya untuk mengikutinya.

Nakisya mengerjap, "eh iya yu. Angga aku duluan ya," pamit gadis itu pada lelaki yang menatap lesu ke arahnya.

Angga memaksakan senyumnya, "iya, hati-hati ya, Sya," terlihat sorot mata terluka dari pemuda itu.

Aldi langsung merangkul tubuh Nakisya, melangkah menuju mobilnya.

Angga terus memperhatikan kedua orang yang kini berjalan meninggalkannya. "Aku telat," batin pemuda itu dengan menjatuhkan setangkai bunga mawar merah yang di simpan di balik jas yang di kenakannya.

Absen dulu deh, siapa aja yang dari TtH lanjut ke sini??

Rate bintang lima + Like + Koment😉😉

Hatur Nuhun🤗🤗

Terpopuler

Comments

Ati Rohayati

Ati Rohayati

aku dong 🥰

2023-02-01

0

Ilham Risa

Ilham Risa

Hai kak, mampir yuk ke novel aku yang berjudul "suamiku posesif berlebihan" makasih kak🙏

2022-03-14

0

Srisulastri

Srisulastri

lanjuuut

2022-01-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!