sakit yang tak pernah sembuh.

"kamu tahu, part paling menyakitkan adalah ketika kamu terdiam dengan air mata yang mengalir dengan deras, sementara kamu tidak bisa berbuat apa pun, selain menerima keadaan, dan menjalaninya dengan paksa🥀"

Malam semakin larut, sementara kedua mata Raina tidak berhenti berair sejak Rico membawanya pulang. Padahal, dia harus bekerja besok pagi. Begitu juga dengan Brian, yang juga sama-sama terdiam. keduanya, sama-sama hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga beberapa saat kemudian, tubuh Raina mulai menggigil.

Brian yang baru tersadar, karena Raina berada dalam dekapnya segera menunduk memeriksa, dan benar saja tubuh Raina sangat panas. Brian sangat panik segera beranjak.

"sayang, kamu demam. Tubuh mu juga menggigil." ujar Brian dengan takut.

"ya ampun, aku harus apa. Kita kerumah sakit ya." tanya Brian dengan mengusap pelan wajah Raina, yang masih bisa menggelengkan kepala.

"aku gak papa," jawab Raina lirih, hampir tidak terdengar suaranya.

"sebentar, aku akan cari air hangat untuk mengompres ya." kata Brian dengan segera beranjak, keluar dari kamar Raina, dan menuju dapur Raina.

"ya ampun, ini aku harus masak air panas pakai yang mana?" ujar Brian dengan menggaruk kepalanya asal. Sementara kedua matanya melihat rak piring kecil, yang berada di wastafel dengan bingung.

"tring!"

"tring!"

"tring!"

Ponsel Raina berdering dengan keras, di meja depan. Dengan langkah gusar, Brian memeriksa. Karena ponselnya berada di kamar Raina, lagi pula ponsel miliknya selalu berada pada mode diam. Jadi, sudah di pastikan yang berbunyi ponsel Raina.

"panggilan masuk Rico" rupanya, Rico lah yang sedang menghubungi ponsel Raina. Dengan segera Brian menjawabnya.

"Teko listrik yang berada di sebelah rice cooker, itu tadi sudah ku isi dengan air. sekarang pasti sudah panas. Pakai itu saja jika butuh air panas." ujar Rico, ketika panggilan itu sudah terhubung dengan Brian.

"loh, kamu tahu aku butuh air panas?" tanya Brian heran, namun kedua kakinya melangkah mencoba memeriksa, apa yang di katakan oleh Rico. Dan benar, di sana ada teko listrik.

"aku sudah menduga, Rain pasti akan demam. Karena tubuhnya sedang tidak sehat, apa lagi dia juga telat makan." kata Rico dengan cepat.

"kamu benar, dia juga menggigil. Aku bingung harus bagaimana?" tanya Brian panik.

"kamu kompres aja dulu, coba buka kulkas ada isi buah atau semacamnya tidak." ujar Rico dengan pelan.

Brian yang mendengarkan, seketika menurut dengan apa yang di katakan oleh Rico. padahal, biasanya dia akan marah ketika Rico mencoba memerintah dirinya. Brian selalu saja berbuat semaunya, padahal Rico selalu menasehatinya. Dan biasanya, Brian akan meminta Rico untuk diam, ketika Rico mulai berbicara.

"hanya ada buah pisang saja, tidak ada isi apapun. Tadi, aku hanya menggoreng telur saja." ujar Brian lagi.

"beri dia air hangat, lalu beri dia obat penurun demam. Kotak obatnya ada di sudut meja ruang tamunya. Jangan lupa, beri dia makan pisang itu tadi dulu, atau biskuit yang ku tinggalkan beberapa hari yang lalu di dalam lemari bawah meja belajarnya." ujar Rico lagi, panjang lebar. sementara itu, Brian yang mendengarnya hanya melongo saja.

"kamu, kenapa bisa tahu semuanya?" ucap Brian pelan. Menyadari, bahwa selama ini dia tidak berfungsi sama sekali untuk Raina. Berbeda sekali dengan Rico, yang hampir mengetahui dengan detail, bahkan isi barang yang ada di rumah yang di tinggali oleh kekasihnya dia juga tahu. Pantas saja, jika Raina pernah bertanya kepadanya, saat keduanya sedang bertengkar.

"sebenarnya, yang pacar aku itu kamu, atau Rico? Kenapa gak sekalian, kamu suruh Rico buat jadi pacar ku saja!" ujar Raina dengan marah ketika itu, dan benar saja. Kini, Brian baru menyadarinya.

"kamu jangan lupa, kamu sendiri yang minta aku untuk sering, bahkan hampir tiap hari bertemu, dan mampir ke rumah Raina. Malah aneh, kalau aku gak tahu." jawab Rico.

"udah, cepet sana! Jangan lupa, habis minum obat harus kasih dia makan. Walau pun, dia gak mau paksa aja." tambah Rico lagi.

"obatnya, yang mana?" tanya Brian lagi, ketika dirinya sudah berada di ruang tamu, persis seperti yang Rico katakan, ada banyak obat di sana.

"yang ada tulisan Paracetamol, gitu aja gak ngerti lu!" ujar Rico dengan kesal.

Brian segera mematikan panggilan itu secara sepihak, ketika Rico mengumpatnya. Walau pun, apa yang di katakan oleh Rico tidak salah. Tetapi, tetap saja Brian merasa kesal. Brian meletakan ponsel Raina di sebelah kotak obat yang di ambil olehnya.

Setelah menemukan obat yang di maksud oleh Rico, Brian juga membawa pisang yang berada di kulkas, dan juga membawa biskuit, seperti yang di katakan oleh Rico beberapa saat yang lalu.

Brian meletakan semuanya di atas meja kamar, sebelum akhirnya dia kembali ke dapur, mengambil air hangat untuk mengompres Raina yang sedang demam.

"sayang, minum obat dulu ya." kata Brian dengan pelan, sembari membantu Raina untuk bangun.

"ini juga harus di makan, salah satu." sambungnya lagi. dengan menunjukan pisang, juga biskuit yang di bawa dari sudut meja belajarnya.

"udah, ini cukup." ujar Raina pelan, ketika melihat Brian akan memberinya sebuah pisang lagi.

"ya sudah, istirahat lagi." ucap Brian dengan meletakan kembali pisang yang sudah berada di tangannya.

****

Raina tertidur, setelah dia meminum obat. Sementara Brian sibuk mengompres Raina, hingga beberapa jam kemudian, suhu badan Raina tidak lagi panas. Dan, berubah menjadi berkeringat, dengan telaten Brian membersihkan wajah Raina, dan juga beberapa bagian tubuh lainnya.

Baru di sadari olehnya, Raina belum berganti pakaian sekolahnya. Namun, Brian juga tidak berniat menggantinya, bisa-bisa Raina menghabisinya.

Ketika menatap Raina yang saat ini tengah terlelap di hadapannya. Brian baru menyadari, bahwa selama ini dia terlalu mengabaikan Raina. Dan teringat, ucapan Rico beberapa saat yang lalu.

"semoga, Rico tidak benar-benar jatuh hati pada mu Ra." batin Brian dengan pelan.

"bagaimana bisa, aku tidak tahu apa pun tentang mu. sementara, orang lain, hampir tahu segala hal tentang dirimu." batin Brian lagi dengan membuang nafasnya kasar.

"kamu gak pulang?" tanya Raina pelan, ketika dia terbangun dari tidurnya.

"enggak, aku mau temenin kamu sampai sembuh." jawab Brian dengan tersenyum.

"bagaimana kalau sakit ku, tidak pernah sembuh?" ucap Raina pelan, padahal niat Raina hanya berbicara di dalam hati. Tetapi, justru terdengar hingga ke telinga Brian, yang seketika terdiam.

Menyadari ucapnya di dengar oleh Brian, Raina segera mencoba untuk bangun, dan segera di bantu oleh Brian.

"kamu mau ke kamar mandi?" tanya Brian pelan.

"iya," jawab Raina pelan.

"biar ku bantu," kata Brian, dengan segera membantu Raina untuk berjalan ke kamar mandi.

sesampainya di kamar mandi, lagi-lagi Raina terdiam."harusnya, kamu sudah tahu jawabannya. jadi tidak perlu kamu tanyakan, karena selama ini kamu tidak pernah berarti untuknya Raina!" batin Raina lagi.

Terpopuler

Comments

Bella syaf

Bella syaf

ampun dah 😅

2025-01-27

0

lihat semua
Episodes
1 Jangan berhenti mencintai ku
2 mari selesai
3 pergi sulit, bertahan sakit.
4 apa ini semacam perpisahan?
5 sakit yang tak pernah sembuh.
6 boleh peluk sekali saja?
7 aku menyerah
8 tulus mu tak berguna
9 pertama namun terakhir
10 mulai lelah
11 Takdir apa lagi tuhan?
12 ini tidak lucu
13 Hati yang sama lelah
14 Biarkan mengalir
15 Apa kita senasib?
16 Apa lagi tuhan?
17 karena cinta yang tersisa
18 Derita seakan tanpa jeda
19 Ukurannya berapa?
20 perihal lalat dan lebah
21 adik ipar yang ternyata
22 Berhenti sendirian.
23 melepas mu aku patah
24 Dusta berbalut luka
25 bahaya kalau lapar
26 Bukan pena tanpa tinta
27 Sepasang Rindu
28 sebaiknya mulai menerima
29 pipi merah?
30 bahagia atau tidak
31 kehadiran Kekasih lama mu
32 Selamanya dengan ku
33 teraniaya sunyi
34 Rindu terlarang
35 bukan gagal mencintai
36 Apa masalah mu?
37 Berapa harga mu?
38 kita yg tak pernah untuk kita
39 Cinta bukan Canda
40 Salahkan Aku!
41 bukan buka segel
42 patah hati
43 Noda Merah
44 sedikit ada cahaya
45 Jangan sekarang, aku mohon!
46 sendiri dalam sendu
47 aku lapar!
48 aku, kamu selesai.
49 berdarah dan sakit
50 Aku pergi, untuk dia.
51 Jiwa yang patah
52 trauma yang terungkap
53 sakit yg tak pernah berakhir
54 tak ingin mengulang
55 kita butuh waktu berdua
56 patah hati
57 lupa kalau sakit.
58 Takdir yang sama menyakitkan
59 Jangan menjadi aku, dalam versi apapun.
60 tentang hati yang luka
61 Semesta punya cara
62 Menemukan mu
63 sakit ku tak pernah sembuh.
64 Melupakan atau merelakan
65 luka yang paling nyata
66 siapa manusia beruntung
67 lepas kesekian kalinya
68 Kemustahilan itu adalah kita
69 Luka, sampai berapa lama?
70 Siapa kejam sesungguhnya
71 terlalu mudah untuk selesai
72 Berhenti sejenak, dan nikmatilah kerinduan ku
73 Drama di bayar drama
74 Hasrat Rindu Terlarang
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Jangan berhenti mencintai ku
2
mari selesai
3
pergi sulit, bertahan sakit.
4
apa ini semacam perpisahan?
5
sakit yang tak pernah sembuh.
6
boleh peluk sekali saja?
7
aku menyerah
8
tulus mu tak berguna
9
pertama namun terakhir
10
mulai lelah
11
Takdir apa lagi tuhan?
12
ini tidak lucu
13
Hati yang sama lelah
14
Biarkan mengalir
15
Apa kita senasib?
16
Apa lagi tuhan?
17
karena cinta yang tersisa
18
Derita seakan tanpa jeda
19
Ukurannya berapa?
20
perihal lalat dan lebah
21
adik ipar yang ternyata
22
Berhenti sendirian.
23
melepas mu aku patah
24
Dusta berbalut luka
25
bahaya kalau lapar
26
Bukan pena tanpa tinta
27
Sepasang Rindu
28
sebaiknya mulai menerima
29
pipi merah?
30
bahagia atau tidak
31
kehadiran Kekasih lama mu
32
Selamanya dengan ku
33
teraniaya sunyi
34
Rindu terlarang
35
bukan gagal mencintai
36
Apa masalah mu?
37
Berapa harga mu?
38
kita yg tak pernah untuk kita
39
Cinta bukan Canda
40
Salahkan Aku!
41
bukan buka segel
42
patah hati
43
Noda Merah
44
sedikit ada cahaya
45
Jangan sekarang, aku mohon!
46
sendiri dalam sendu
47
aku lapar!
48
aku, kamu selesai.
49
berdarah dan sakit
50
Aku pergi, untuk dia.
51
Jiwa yang patah
52
trauma yang terungkap
53
sakit yg tak pernah berakhir
54
tak ingin mengulang
55
kita butuh waktu berdua
56
patah hati
57
lupa kalau sakit.
58
Takdir yang sama menyakitkan
59
Jangan menjadi aku, dalam versi apapun.
60
tentang hati yang luka
61
Semesta punya cara
62
Menemukan mu
63
sakit ku tak pernah sembuh.
64
Melupakan atau merelakan
65
luka yang paling nyata
66
siapa manusia beruntung
67
lepas kesekian kalinya
68
Kemustahilan itu adalah kita
69
Luka, sampai berapa lama?
70
Siapa kejam sesungguhnya
71
terlalu mudah untuk selesai
72
Berhenti sejenak, dan nikmatilah kerinduan ku
73
Drama di bayar drama
74
Hasrat Rindu Terlarang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!