Hayy readerssss ❤️ Sebelum lanjut jangan lupa RATE, LIKE, KOMEN dan VOTE 🤗 Author bukan apa-apa tanpa dukungan kalian 🙏🏼
Selamat membaca 😘
__________________________________________________
(Dua jam sebelum pernikahan)
Hari pernikahan merupakan hari yang sangat berbahagia bagi dua insan yang saling mencintai. Di sebuah gedung yang sangat mewah milik keluarga Winston telah dihias dengan kembang berwarna putih dan merah disertai dengan lampu sorot LED warna-warni yang menghasilkan pencahayaan yang begitu indah dan mengagumkan jika di pandang mata.
Hari Minggu, tanggal dua bulan Februari tahun dua ribu dua puluh adalah hari pernikahan Arka dan Amey. Sengaja keduanya memilih tanggal dua karena itu juga merupakan tanggal lahir Amey. Dan hari ini pukul empat sore akan diteguhkan dalam nikah yang kudus sepasang kekasih yang saling mencintai di Gereja Katedral, Jakarta pusat.
Dua hari sebelum menikah, Arka dan Amey tidak lagi bertemu. Karena itu merupakan suatu adat keluarga Winston, di mana dua hari sebelum melepas lajang, sepasang kekasih di berikan kesempatan untuk menginstrospeksi diri, merenungi akan suci dan kudusnya sebuah pernikahan yang bukan merupakan suatu permainan belaka.
Arka sangat mencintai gadis yang sering disapa Amey, sehingga apa pun keinginan Amey pasti dipenuhi Arka. Saking sayangnya Arka pada calon isterinya itu maka ia tidak ingin Amey terluka ataupun mengeluarkan air mata satu tetes pun. Sehingga Arka memutuskan untuk menyembunyikan penyakit kanker otak stadium akhir yang dideritanya.
Siang itu di kediaman keluarga Winston, telah berkumpul Arka, Michael dan Helen. Mereka sedang menunggu seseorang yang tak kalah penting dalam keluarga Winston. Dia adalah Arsen Winston, kembaran Arka. Arsen sedang berada dalam perjalanan dari New York, Amerika Serikat menuju Jakarta menggunakan jet pribadi miliknya sehingga hanya memerlukan waktu dua belas jam saja.
“Pa, Ma?” panggil Arka.
“Ada apa Sayang?” tanya Helen.
“Bagaimana perasaan kalian di saat mendekati hari pernikahan kalian?” tanya Arka gugup.
Michael dan Helen saling menatap dan terkekeh. “Arka, apa yang kau rasakan, hah?” tanya Michael.
“Aku gugup Pa,” tutur Arka memerah.
Mereka bertiga saling pandang sembari terbahak. Tak lama kemudian Arka mulai memegang kepalanya yang mulai berdenyut perlahan. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, berharap nyeri yang ia rasakan akan menghilang. Arka melihat kedua orangtuanya yang sedang tertawa gembira, sehingga membuat ia tak enak hati mengatakan kalau kepalanya kembali merasakan nyeri.
Arka tidak memperdulikan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Ia ikut terbahak bersama kedua orangtuanya. Namun tiba-tiba, Michael dan Helen berhenti tertawa dan memasang wajah panik saat melihat wajah Arka. “Sayang, hidungmu berdarah,” ketus Helen kawatir.
Dengan segera Arka menyekanya dengan sapu tangan yang ditarik dari saku celananya. “Tidak apa Ma, ini hanya mimisan biasa,” tutur Arka menenangkan Helen. “Sebentar, Arka bersihkan dulu,” beranjak dari duduknya dan segera menuju lantai dua di mana kamarnya berada. Ketika Arka mulai menaiki anak tangga satu persatu, tiba-tiba pandangannya menjadi dua alias berbayang-bayang.
Helen dan Michael yang memandangi dari belakang punggungnya, terlihat sangat kawatir. “Pa, Mama takut dengan kondisi Arka saat ini. Mama rasa penyakitnya mulai bertambah parah,” ucap Helen dengan pias.
“Kapan terakhir Arka kontrol ke Dokter Ma?” tanya Michael.
“Kalau tidak salah dua bulan lalu Pa.”
“Itu sudah sangat lama Sayang. Papa juga kawatir dengan kondisi Arka.”
Sementara keduanya berbincang mengenai kondisi anak mereka, sebuah suara seperti benda jatuh yang sangat keras terdengar dari lantai dua rumah Winston. Michael dan Helen saling menatap dengan terbelalak. “Ma, Arka!” teriak Michael dengan lantang.
Tanpa berpikir panjang lagi keduanya langsung berlari menuju kamar Arka. Badan Helen terasa lemas sehingga dia berjalan pontang-panting menyusul Michael yang telah lebih dahulu berlari mendapatkan Arka. Betapa terkejutnya Michael saat melihat Arka telah tergeletak di lantai dengan lumuran darah di hidungnya. Michael segera menghubungi dokter keluarga Winston untuk menjemput Arka yang sudah tak sadarkan diri.
***
Di rumah sakit
“Ma, apa kau sudah menghubungi Arsen?” tanya Michael.
“Sudah Pa. Arsen sudah berada di Jakarta. Mungkin sedikit lagi dia tiba di rumah sakit ini,” jelas Helen.
Kedua orangtua Arka, menunggu di ruang tunggu sambil berpelukan. Helen sedari tadi tak berhenti mengeluarkan air matanya. Michael yang melihat isterinya yang bersedih kini mengeratkan pelukan sembari mengusap lembut punggung Helen. Wanita paruh baya itu menyandarkan kepala di dada suaminya dengan terisak.
Seorang pria tampan berdarah blasteran, tinggi dan memiliki postur tubuh atletis, belari dengan terengah-engah menuju Michael dan Helen yang sedang duduk di ruangan tunggu.
“Papa, Mama,” panggil Arsen yang merupakan saudara kembar Arka.
“Arsen, Sayangku,” beranjak dari duduk dan mencium pipi Arsen. Di susul Michael mengecup pipi Arsen.
“Ada apa dengan Arka, Ma?” tanya Arsen tak kalah kawatir.
“Penyakit adikmu kambuh Nak,” ucap Helen terisak.
Arsen terperanjat. Mimik wajahnya memperlihatkan kalau pria blasteran itu sedang bersedih. Sesaat kemudian, seorang Dokter bersama tenaga medis lainnya, menghampiri keluarga Winston. “Pak Mic, bersama keluarga. Arka sudah siuman, tapi…”
Ketiganya langsung menyambar Dokter itu dan segera masuk ke dalam ruangan ICU tanpa mendengarkan kalimat selanjutnya dari Dokter tersebut. Para tenaga medis yang melihat itu hanya menunduk tak bergeming. Dokter itu menarik nafasnya panjang dan menghembuskan dengan kasar. “Semoga kalian mengiklaskannya,” gumam Pedro yang merupakan Dokter keluarga Winston.
Di dalam ruangan ICU.
“Arka sayang, apa kau tidak apa-apa Nak?” tanya Helen memegang tangan Arka.
Arka tak menjawab pertanyaan Helen dan malah melemparkan pertanyaan. “Mama, di mana Arsen, saudara kembarku?”
Arsen melangkah lebih dekat sehingga Arka bisa melihat wajah Arsen dengan jelas. “Ars, aku kira kau tak akan datang di hari spesialku,” goda Arka.
“Jika aku tahu kau akan sakit seperti ini, aku tak akan datang,” ucap Arsen dingin.
Arka tersenyum dan kemudian disusul Arsen. Keduanya saling pandang dan tersenyum.
Arsen dan Arka adalah saudara kembar yang saling menyayangi. Walaupun Arsen memiliki sifat yang dingin dan cuek, tapi jika pada Arka kembarannya, ia pasti akan bersifat hangat.
“Sebentar lagi kau akan menjadi om-om,” tutur Arsen terkekeh pelan.
Mendengar itu senyuman Arka perlahan memudar, ia manatap Arsen lekat. “Arsen, kau tahu kalau aku sangat menyukaimu,” ucap Arka. “Menikahlah dengan Amey. Maka aku akan pergi dengan tenang,” kata Arka lagi.
“Peffftt bwuhahaha,” terbahak. “Arka, apa yang sebenarnya ingin kau katakan, hah?” tanya Arsen penasaran.
Arka memegang tangan Arsen, “Gereja Katedral, Jakarta pusat pukul empat sore, adalah waktu pemberkatan nikahku bersama Amey. Ku mohon datanglah, dan gantikan aku,” ucap Arka meneteskan air mata.
Mendengar ucapan Arka, Arsen melempar tangannya dengan sangat keras, “Kau mulai bicara omong kosong, Arka,” ketus Arsen geram.
Arka memegang kepalanya kembali karena mulai merasakan nyeri yang teramat sakit. Kali ini nyeri itu merambat sampai pada organ tubuhnya yang lain, sehingga membuat badannya menggeliang hebat. Melihat tingkah Arka, keluarganya pun mulai kawatir dan panik.
“Arka, sadarkan dirimu!” teriak Arsen.
“Ars, saudara kembarku, dengarkan aku. Aku mohon. Menikahlah dengan Amey. Jagalah dia dengan sepenuh hatimu, lindungilah dia seperti kau melindungi dirimu sendiri. Aku akan pergi dengan tenang dan bahagia, jika kau menerima permintaan terakhirku ini,” ucap Arka dengan nafas yang mulai menghilang secara perlahan.
“Arka! Jangan bicara yang tidak masuk akal! Gadis itu adalah milikmu. Kau yang harus bersamanya di pelaminan. Membangun keluarga dan hidup bahagia bersamanya,” ucap Arsen dengan geram dan mulai menitikan air mata.
“Sayangilah dia, melebihi dirimu sen--” tak dapat lagi menyelesaikan kalimatnya. Nafas Arka berhembus untuk terakhir kalinya. Ia telah mengakhiri pertandingan hidupnya.
Michael, Helen dan Arsen berteriak memanggil nama Arka dan menggoncang tubuh Arka yang sudah tak bernyawa. Arsen mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya memerah sehingga mengeluarkan urat-urat berwarna hijau di leher putih miliknya.
To be continued ...
LIKE, KOMEN, VOTE 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Ariyani Ariyani
😭😭😭
2022-10-04
1
Mistin Mistin
tahan napas aku
2022-03-13
0
@_kaena
bwa-bwa-bawang...huuuuhh
2022-03-11
1