Nania berhasil menciptakan kesibukan baru bagi Angkasa. Dia mengompol, membuat sprei, selimut dan kasur bau pesing. Mana ada anak tujuh tahun masih mengompol malam hari? Hanya Nania saja.
Angkasa terus mengomel dan memerintahkan Nania untuk mandi. Sementara pria itu mencopot sprei, selimut untuk dicuci. Kemudian Angkasa mengangkat kasur dan mengeluarkannya ke halaman belakang rumah untuk dijemur.
"Ya... Tuhan, sampai kapan hidupku akan terus repot dan menyedihkan seperti sekarang ini?" Angkasa menggerutu lirih.
Angkasa pergi ke dapur, dia membuat roti bakar dan dua gelas susu untuk sarapan. Nania yang sudah mandi dan berganti pakaian menemuinya sambil mengelus perut laparnya.
"Ayah, makan apa kita pagi ini?" tanya Nania.
"Roti bakar," sahut Angkasa.
"Lagi? Nania nggak mau, bosan!"
"Kamu mau makan apa? Nasi goreng? Telur mata sapi dan sosis goreng?" tawar Angkasa.
"No! Nania mau makan sayur, nasi putih dan ayam goreng,"
"Maaf, tapi Ayah kurang pintar memasak. Makan yang ada saja dulu, nanti siang kita beli makanan di warteg oke?"
"Nggak mau!" Nania menggeleng.
Angkasa menghela nafas panjang, kesabarannya sudah mulai terkikis lagi seperti pasir yang terkena ombak di lautan. Nania menyebalkan! Makan tinggal makan saja repot. Apa semua perempuan di dunia ini menyebalkan?
Ting ....
Tong ....
Bel rumah berdering, Angkasa bergegas keluar untuk membuka pintu. Sosok Anggita sedang berdiri di sana dan melempar senyum kecil. Gadis itu tak langsung menyapa Bosnya, dia memperhatikan celemek warna pink yang sedang dikenakan Angkasa. Baru pertama kali dia melihat pria kekar memakai celemek, benar-benar lucu.
"Untung kamu datang, cepat bantu aku!" ucap Angkasa.
"Bantu apa Pak?" Anggita bingung. Pria itu tak menjawab malah langsung menarik tangannya dan membawa ke area dapur.
"Tolong buatkan kami ayam goreng dan sayur bening, kalau nasi sih sudah ada,"
"Ah, baik." Anggita mengangguk patuh.
Anggita memakai celemek, dia bersiap membuat makanan pesanan sang Bos. Gadis itu nampak bersemangat menunaikan tugas pertamanya, dia ingin menunjukan bakatnya memasak yang diturunkan oleh sang Ibu.
Nania memperhatikan Anggita dari ujung kaki sampai ujung rambut. Muda, cantik, dan berpenampilan apik. Siapa wanita itu? Kenapa Ayahnya tidak mengatakan apapun padanya?
"Dia Anggita, ART sekaligus pengasuh barumu," Angkasa membuka obrolan.
"Nania nggak suka dengannya!" seloroh Nania.
"Loh, kenapa nggak suka?" Tanya Angkasa.
"Dia terlalu muda. Nanti dia genit pada Ayah!"
"Jangan berprasangka buruk pada orang lain, tidak baik! Bibimu sendiri yang memilih dia, Ayah yakin pilihan Bibimu nggak pernah salah,"
"Hufft.... Baiklah. Kalau masakannya enak aku mau menerimanya berkerja di sini, tapi kalau nggak enak Ayah harus memecatnya!"
Samar-samar Anggita mendengar perdebatan yang terjadi antara anak dan Ayah itu. Mendadak dia diserang oleh rasa gugup, dia takut masakannya tidak enak dan dia dipecat oleh Angkasa. Sepertinya anak itu tidak boleh dianggap enteng, Anggita harus memikirkan cara untuk memikat perhatian anak itu.
Beberapa waktu berlalu, makanan sudah siap. Anggita menghidangkan makanan buatannya pada Angkasa dan putrinya. Kedua orang itu langsung mencicipi masakan buatan Anggita, walau harus ditiup dulu karena makanannya masih panas.
"Ini enak. Bagaimana menurutmu?" Angkasa menghadap Nania.
"Iya, ini enak,"
"Jadi kamu mau menerimanya bekerja disini kan?" tanya Angkasa.
"Mau."
Anggita tersenyum, dia merasa keberuntungan ada padanya hari ini. Semoga saja akan berlaku pada hari hari berikutnya.
"Anak manis, kita belum kenalan loh. Siapa nama kamu?" Anggita menyodorkan tangan kanannya. Tapi sayang tidak disambut dengan baik oleh Nania dan membuat Anggita kecil berkecil hati.
"Nania," sahut gadis kecil itu dengan nada ketus.
"Semoga kedepannya kita bisa bekerja sama dan menjadi teman baik ya. Ngomong-ngomong, Kakak juga bisa buat aneka kue manis loh. Seperti brownies coklat, pancong lumer, bolu pandan dan lainnya. Kamu suka kue nggak?" tanya Anggita.
"Suka ...., suka ...., Aku suka sekali kue,"
"Anak manis, salaman dulu sama Kak Anggi. Nanti Kakak buatkan donat madu, mau?"
"Mau dong." Nania mengulurkan tangan kanannya dan mereka pun bersalaman.
Dalam hati Anggita mengumpat, bocah kecil itu sombong dan menyebalkan. Mereka mungkin akan sering bertengkar nantinya, tapi demi mendapat gaji yang lumayan besar Anggita harus bisa bersabar menghadapi anak asuhnya.
Selesai makan, Angkasa pergi bekerja sekaligus mengantar Nania pergi ke sekolah. Dan Anggita merapihkan barang bawaannya kedalam sebuah lemari plastik. Dia akan tinggal didalam kamar bekas ART sebelumnya. Ruangan berukuran 4x4 meter dengan AC dan spring bed berukuran besar. Kamar itu tidak jauh berbeda dengan kamar miliknya di rumah, harusnya Anggita bisa nyaman istirahat di kamar itu.
Membersihkan dapur, ruang tamu, ruang tengah sudah. Saatnya bagi Anggita membersihkan kamar Nania. Dia terkejut bukan main saat mendapati kamar anak gadis imut bentuknya seperti kapal pecah. Isi lemari pakaian berserakan di lantai, meja belajar acak-acakan, belum lagi bungkus jajan bertebaran dimana-mana.
"Beruntungnya aku punya Ibu galak macam singa betina. Setidaknya aku tumbuh menjadi remaja yang rajin dan cekatan," ucap Anggita.
'Dia terlalu cantik dan menggemaskan untuk menjadi seorang Nanny,' batin Angkasa sambil terus mengawasi pergerakan Anggita dari jauh.
***
Didalam mobil...
"Ayah, nanti selesai kerja langsung pulang kerumah ya. Temani Nania mengerjakan PR dan tugas sekolah lainnya," pinta Nania.
"Nggak bisa sayang, Ayah ada janji dengan teman-teman Ayah. Kamu kan tau kebiasaan Ayah tiap malam minggu. Lagi pula dirumah sekarang ada Kak Anggi, minta tolong dia untuk membantumu mengerjakan PR dan tugas sekolah,"
"Nggak mau! Aku maunya ditemani Ayah!"
"Sayang, kamu sudah besar. Jangan bandel dong!"
"Hiks .... Hiks .... Ayah nggak sayang sama Nania,"
"Aduh, pakai acara nangis segala lagi. Cup ... Cup ... Cup ... Jangan nangis ya, besok pagi kita pergi jalan jalan ke mall. Belanja jajan sama mainan baru,"
"Serius Ayah?"
"Iya, serius. Tapi kamu jangan nangis lagi ya!"
Nania mengusap kedua matanya, dia berhenti merengek seperti anak bayi. Dalam diam dia memiliki rencana untuk mengerjai Ayahnya di mall besok. Salah sendiri lebih memilih untuk menghabiskan malam minggu dengan temannya daripada dengan anak sendiri.
Drrrt ... Drrrt ... Drrrtt ...
Ponsel Angkasa bergetar, dia merogoh saku dan mengangkat telfon yang masuk ke ponselnya.
"Hallo, Dave. Ada apa?"
"Nanti malam jadi ikut nggak?"
"Jadi dong ah. Memangnya kita mau nongkrong dimana?"
"Ada bar baru buka di pusat kota, aku dengar pelayannya cantik-cantik. Kita pergi kesana, siapa tau ada daun muda yang nempel. Ha ... Ha ... Ha ..."
"Woiiii... lah! Ingat sama istri dan anak di kampung bro, jangan macam-macam disini!"
"Macam-macam sedikit nggak apa-apa lah, lagi pula mereka nggak akan melihatnya. Ha ... Ha ... Ha ..."
"Dasar Om-Om gila kau ya!" Angkasa menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Jangan so suci, kau juga sama gilanya denganku kan?"
"Iya ... Iya ... Sesama orang gila jangan saling memaki!"
Nania terdiam melihat ekspresi wajah Ayahnya, dia terlihat bahagia jika sedang berbincang dengan teman temannya. Tapi kenapa saat bersama dengan Nania pria itu malah lebih sering mengomel? Jangankan tertawa lepas, senyum manis saja jarang.
Apa kehidupan menjadi orang dewasa itu melelahkan? Sampai sampai harus mencari hiburan saat week end. Tapi harusnya Angkasa tak perlu keluar mencari hiburan, dirumah ada Nania gadis cantik yang imut dan menggemaskan. Begitulah kira kira isi pikiran Naina saat ini, dan Angkasa tidak mengetahuinya.
...Nb : Jangan lupa kasih vote dan komen biar Author semangat updatenya.🤭💋...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Arin Payjemz
menarik ceritanya bagus.. ringan..penulisan bagus rapi .../Ok//Ok//Good//Good//Good//Heart/
2024-09-30
0
Gembolo Gembili
ngakak angkasa
2024-08-26
0
Miya Miya
kata" dan kalimat sangat jelas dan mudah di mengerti ceritanya juga seru terusin kak author /Heart//Heart/
2024-08-21
0