Nyatanya. Sudah di hadang lagi. Para pendekar tersebut terus memburu. Beberapa orang dengan senjata di tangan, terus membabat-kan pusakanya. Dn berharap mampu segera menuntaskan pertarungan ringan itu. Sayangnya hongli berkelit. Dia juga enggan menyerah. Serta terus mempertahankannya. Hinga sejauh ini dia masih sanggup musuh dianggap sesuatu yang ringan saja. Dia bahkan terus menyerang. Tak perduli lawan banyak, dan terus bertambah. Tapi tekadnya Cuma satu. Ingin lekas sampai, dan memberikan pusaka itu pada sang guru.
“Rasakan gempuranku!”
Hat..
Hong-li melemparkan pusaka. Apa yang di pegang itu, harus dia pergunakan sebaik mungkin. Karena kalau menanti senjata yang lain, yang lebih tepat sesuai kegunaan, jelas tak mungkin. Bakalan lama sampai, serta belum tentu bisa. Selagi para pengeroyok terus berdatangan.
Mereka berusaha menangkis. Dengan putaran senjata di tangan. Baik itu tombak, pedang maupun kapak. Yang semuanya di pergunakan sedikit menyimpang dari fungsinya. Karena ternyata hongli juga sangat cepat dalam menyerang balik. Sehingga posisi di mana gerombolan itu semula menyerang, kali ini sebaliknya. Harus menerima serangan.
Sayang sekali satu tertembus. Pedang itu cepat meluncur. Menembus tubuh salah sat pengeroyoknya. Sehingga tak bisa di tangkis dengan kecepatan putar pusaka itu.
Dan Hong-li memburu. Untuk mencabut pedangnya. Dia berharap mampu mengurangi beban.
Musuh terjatuh dia tak bisa berbuat banyak lagi.
Kembali Hong-li menggebrak kudanya. Dia berharap kali ini mampu lepas dari kepungan orang-orang seram itu. Jadi secepatnya juga sampai di rumah. Di sana nanti pasti banyak bantuan. Jadi tidak mungkin aka nada yang berani menyerang. Soalnya itu sebuah perkumpulan. Dimana banyak yang berkumpul. Dan diantaranya mempunyai ilmu yang sakti. Sehingga bila mereka ini memaksakan diri, maka mau tidak mau bakalan berhadapan dengan orang-orang hebat yang punya ilmu kanuragan sangat tinggi. Sehingga tidak bakalan mampu tertembus. Tapi beda dengan kondisi di sini. Dimana segalanya serba bingung. Mau bersembunyi, lama kelamaan juga bakalan ketahuan. Tapi kalau terus menghadapi, lawan semakin banyak. Mereka tak segan-segan mengeluarkan senjata ampuhnya. Hanya untuk menjatuhkan sesama. Sehingga bakalan di ambil apa yang menjadi incaran. Dan kini dia membawa sesuatu yang sangat berharga. Terbukti menjadi incaran banyak orang serta perguruan perguruan silat yang kesohor, hanya untuk mendapatkannya. Sebab mereka juga paham, untuk senjata yang sangat bagus itu, di beli pun tidak bakalan di berikan. Sebab nilainya jauh dari apa yang ditawarkan itu. Makanya satu satunya jalan dengan merebut. Walau urusannya dengan nyawa. Memang harga senjata bagus itu setara dengan banyak nyawa. Karena memang sudah menjadi kebiasaan, kalau tak terbeli maka akan di rebut. Dan itu terjadi kali ini. Yang semula dianggap perjalan wajar, karena dari di mintanya senjata itu, hingga perjalanan sampai di sini, segalanya lancer. Barulah berubah saat bertemu dengan kelompok para bedebah ini yang memaksakan kehendaknya untuk meminta yang buan haknya serta tidak membiarkan orang lain Bahagia. Terbukti dengan di hadangnya itu, maka kesenangan menyelesaikan tugas terhambat. Walau tidak gagal sama sekali akan tetapi setidaknya satu keberhasilan menjadi tertunda. Dan membuat segalanya itu sesuatu yang menjadi di remehkan. Bahkan harapan agar gurunya senang, juga mesti tertunda. Karena harus lolos dulu dari para musuh yang memepet ini. Bahkan kalau gagal, maka segalanya pupus. Rasa senangnya, juga kekaguman sang guru, kut sirna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments