Arion tidak menyangka, bahwa perjalanan menuju ke kota menghabiskan waktu 35 menit berjalan kaki, menyusuri hutan yang terlihat seperti akan ada sesuatu yang tiba-tiba keluar dari arah pepohonan.
Namun, hal yang paling tidak disangka adalah...
"Oh! Itu mereka! " Ucap Evelyn yang kemudian berlari.
"Huh?" Arion mengeluarkan suara bingung, dan kemudian mengarahkan pandangan nya ke arah yang di tuju oleh Evelyn.
"Kalian lama sekali!" Seru Aryana yang berdiri di dekat gerbang kota dengan Kyle yang seperti tertidur di gendongan nya.
Arion mengerutkan kening.
'Tunggu sebentar...Bukannya mereka mengambil jalan yang salah? Bagaimana mungkin mereka lebih dulu sampai ke sini? '
Pikirnya sambil tetap berjalan mendekati mereka.
"Kan sudah ku bilang, kau seharusnya mengikuti ku, dan lihat apa yang terjadi karena tidak mengikuti ku? Ckckck. " Aryana berkata dengan nada yang mengomeli yang membuat kerutan yang ada di kening Arion bertambah dalam.
"Maaf, bukannya ini murni terjadi karena aku tidak ingin mengikuti mu, Masalahnya kau ini buta arah, jadi bagaimana mungkin aku bisa mempercayai mu. Toh Evelyn juga mengatakan bahwa kau tadi telah salah ambil jalur. " Arion membantah ucapan Aryana dengan suara yang datar yang membuat Aryana cemberut.
"Kata siapa aku tersesat? bukannya aku yang sampai duluan disini, jadi jika aku tersesat, seharusnya, sekarang aku belum sampai ke sini. " Aryana berusaha membela diri.
"Datang terlebih dulu tidak bisa menjadi bukti bahwa kau tidak buta arah. "
'Bocah ini masih saja menolak untuk mengakuinya bahkan di dunia ini. '
"Hei! Ma-"
"Kak rya memang buta arah kok, toh setiap kali kakak pergi ke kota, kakak akan selalu membawaku atau membawa kak Kyle untuk menemaninya kesana. " Sela Evelyn dengan polosnya yang membuat Aryana kehilangan katanya.
"... "
"... "
Arion menyeringai penuh kemenangan setelah mengetahui bahwa Aryana tidak bisa membantah perkataan polos Evelyn.
'Rasakan itu bocah sombong, bahkan anak berumur 7 tahun telah mengetahui faktanya. '
Arion melirik ke arah Aryana yang mukanya terlihat sangat merah seperti akan meledak kapan saja.
"Setidaknya aku lebih cepat sampainya.! "
"Halah... Itu karena kau memakai sihir teleportasi setelah 20 menit tersesat di hutan terlarang. " Suara khas baru bangun dari tidur keluar dari mulut Kyle yang baru terbangun, yang ikut memojokan Aryana
"..."
"Kenapa sih kalian bertiga sangat jahat dan memojokkan ku seperti ini?! Apakah kalian benar-benar menganggap ku buta arah??!! Yang benar saja?!"
Ketiga orang yang dimaksud hanya bisa menatap datar ke arahnya.
"... "
"... Kalian tidak benar-benar menganggap ku buta arah kan? "
"... "
"... "
"... "
Ketiga orang itu hanya saling bertukar pandangan datar satu sama lain.
Aryana mulai frustasi akibat keterdiaman mereka yang membuktikan bahwa mereka benar-benar mengakui bahwa mereka menganggap dirinya buta arah.
"OKE! FINE! Aku akui bahwa aku buta arah! Kalian puas kan sekarang. "
Aryana yang sejak tadi denial akhirnya mengakui bahwa dirinya memang buta arah yang membuat Evelyn tertawa dan Arion terkekeh. Kyle? Nahh dia hanya menggerutu dan ingin melanjutkan tidur nya lagi.
Aryana cemberut kepada mereka yang menertawakan nya.
"Apa kalian sudah selesai? Kalau tidak, aku akan meninggalkan kalian berdua disini dan pergi menikmati festival nya sendiri. " Katanya dengan "hmph" Kecil di akhir kalimatnya.
"Baik, baiklah, mari kita masuk ke kota" Jawab Arion dengan sedikit seringai yang masih terpampang di wajahnya. Mereka mulai berjalan masuk ke dalam kota.
"Oh benar. Rio, namamu saat penyamaran itu adalah Anna. Jadi Evelyn tolong panggil dia Anna oke? " Kata Aryana di sela-sela mereka berjalan masuk ke dalam kota dengan senyuman bermain-main di wajahnya.
"Oh oke! " Jawab Evelyn polos.
"Oh dan ini" Aryana menyerahkan sebuah kantung berukuran telapak tangannya ke Arion. "Itu berisi 23 koin perak dan 2000 koin perunggu. Itu sebagai uang sakumu nanti di festival. Jika kau bingung kenapa itu bisa muat disana dan terasa ringan, itu karna kantung itu adalah tas spasial berukuran kecil yang hanya bisa menampung koin sampai 3000 koin. " Kemudian dia mendekat kan bibirnya ke arah telinga Arion.
"Informasi terkait jumlah setara dari koin yang kau bawa itu sudah ku tuliskan di kertas dalam kantong itu. " Bisiknya.
Arion hanya mengangguk mengerti. Yang membuat Aryana tersenyum dan menjauhkan dirinya dari Arion dan fokus untuk berjalan ke dalam kota.
..._____________...
Di kota,tenda-tenda berwarna cerah berjejer sepanjang jalan utama, dihiasi oleh lampu-lampu lentera yang bergelantungan di atas mereka, menerangi malam yang semakin gelap. Aroma manis permen kapas dan makanan panggang memenuhi udara, membuat perut mereka berbunyi kelaparan. Musik meriah mengalun dari berbagai penjuru, bercampur dengan suara tawa dan percakapan riang para pengunjung festival.
'Wow, disini sangat ramai sekali. Apakah perayaan selalu seperti ini? ' pikir Arion santai.
Mereka berempat berhenti sejenak, menatap keramaian yang memenuhi alun-alun kota. Mata Evelyn berkilat senang melihat permainan-permainan dan stan-stan yang menjual berbagai macam barang. Sementara itu, Arion hanya tertawa kecil melihat antusiasmenya, sebelum ia memandang ke arah kyle yang mengantuk di gendongan Aryana yang sedang melihat sekeliling dengan sedikit terganggu oleh keramaian.
Arion yang melihat Aryana yang terlihat terganggu oleh keramaian hanya menghela nafas.
'Yup seperti biasa, Naya sama sekali tidak terbiasa dengan keramaian. '
"Apa kalian sudah memutuskan apa yang ingin kalian lakukan pertama kali?" tanya Arion sambil memandang ketiga adiknya.
"Aku ingin mencoba permainan panah itu!" seru Evelyn, menunjuk ke arah sebuah stan yang dihiasi dengan target-target berwarna cerah.
"Itu memang kelihatannya seru. Bagaimana dengan kalian?"
Aryana mengalihkan pandangannya dari arah keramaian ke Arion.
"Yah, seperti yang ku katakan tadi di rumah, kami memiliki sesuatu yang harus dilakukan. " Ucap Aryana tenang.
Arion mengangguk pelan, mengingat percakapan yang mereka miliki sebelumnya. Dia tahu Aryana selalu punya sesuatu yang direncanakan. Namun, ia tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, meski tak menanyakannya secara langsung.
'Aku tidak tau apa yang bocah ini rencanakan. Tapi Kuharap dia tidak akan membuat masalah yang membuat Orang-orang terluka. '
"Baiklah, tapi ingat, kita di sini untuk bersenang-senang juga," katanya dengan senyum kecil, berusaha menjaga suasana tetap ringan.
Aryana yang bisa merasakan kekhawatiran kakaknya dari kata-katnya hanya bisa terkekeh.
"Tenang saja, kami akan segera kembali bergabung setelah selesai dengan urusan kami."
Arion mengangguk.
"Kalau begitu kami pergi dulu" Kata Aryana dengan senyuman di wajahnya, dan mulai berjalan ke arah barat kota.
Arion menatap siluet dua orang yang berjalan pergi sebelum merasakan tarikan di tangannya. Dia mengalihkan pandangan nya ke arah orang yang menarik tangannya.
Orang itu tidak lain adalah Evelyn, yang sudah tidak sabar untuk bermain panah. "Ayo, sebelum antriannya semakin panjang!"
Arion tertawa kecil dan mengikuti adiknya, sesekali melirik ke arah tempat Aryana dan Kyle yang telah menghilang di keramaian. Dia teringat wajah apa yang di buat Aryana sebelum menghilang di keramaian. Aryana memiliki ekspresi tenang, meski tatapan matanya tetap waspada, itu menandakan bahwa yang dia lakukan adalah sesuatu yang penting, entah itu berkaitan dengan alur dari novel yang mereka tempati atau sesuatu yang di luar nalar.
'Mari berdoa agar dia tidak melakukan sesuatu yang konyol. '
sementara Kyle yang berada di gendongannya tertidur dengan damai tanpa memperdulikan suara ribut dari keramaian.
Mereka berjalan menyusuri jalanan yang dipenuhi tenda-tenda berwarna cerah, menyaksikan keramaian yang penuh warna dan kehidupan. Meski ada sesuatu yang terasa berbeda malam ini, Arion tetap berusaha menikmati momen kebersamaan mereka, berharap apa pun yang direncanakan Aryana akan berjalan lancar dan mereka bisa kembali menikmati festival tanpa kekhawatiran.
Arion juga memulai membuka kantong kecil yang diberikan Aryana. Disana terdapat secarcik kertas, kemudian dia membukanya dan mulai membacanya. Dia entah kenapa ketika bangun di dunia ini, dia semakin mudah menghafal sesuatu. Jadi hanya perlu beberapa detik dia menghafal dan mengerti apa yang di tulis di kertas tersebut. Namun ada sesuatu yang janggal.
'Kenapa dia menulis menggunakan bahasa kita di dunia sebelumnya? Yang benar saja?'
Namun pikirannya yang tentang Aryana buyar akibat jendela system yang muncul di hadapan nya.
...꧁⫷⍨⍨⍨⍨⍨⫸༺⍤༻⫷⍨⍨⍨⍨⍨⫸꧂...
...Sub quest!...
...1) bermain panahan bersama...
...Evelyn, dan dapatkan hadiah...
...Yang diinginkan Evelyn....
...2) berdansa bersama orang yang...
...ditunjuk di festival Pada pukul 7 malam....
...Hadiah: skill baru...
...Kegagalan: poin stat berkurang...
...10...
...(ㆁᴗㆁ✿)...
...⍢⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨༺༻⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍨⍢...
'Berengsek. Apa apaan sub quest ini, dan apa maksudnya yang nomer 2 ini??? Aku sama sekali tidak tau cara untuk berdansa. ditambah saat ini aku sedang berpenampilan seperti perempuan, oh dan jangan lupa high heels sialan yang membuat kaki ku terasa sakit. '
Arion menghela nafas.
'Hah terserah. Untuk sekarang, mari kita fokus dengan sub quest nomer 1 saja. Sub quest yang nomer 2 masih lama. Sekarang baru jam 2 lebih 49 menit. Jadi itu bisa menunggu. ' pikirnya.
Arion menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri setelah melihat sub quest yang muncul tiba-tiba di depannya. Meski merasa kesal dengan munculnya sub quest yang aneh ini, dia tahu tidak ada pilihan lain selain menyelesaikannya. Setidaknya, sub quest pertama tampaknya cukup sederhana.
Arion memutuskan untuk fokus pada tugas pertama dalam sub quest itu—bermain panahan bersama Evelyn. Sambil terus menarik napas dalam-dalam, dia mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan bahwa sub quest kedua bisa dipikirkan nanti.
"Baiklah, ayo kita pergi bermain panahan," kata Arion dengan nada yang lebih ringan, mencoba mengalihkan perhatiannya dari kekhawatiran tentang quest kedua.
Evelyn bersorak riang dan menarik Arion lebih cepat menuju stan panahan yang dihiasi dengan target-target cerah. Kerumunan di sekitar mereka semakin ramai, dengan suara tawa dan canda para pengunjung yang memenuhi udara. Arion melihat ke sekeliling dan memastikan tidak ada hal mencurigakan di sekitar mereka sebelum fokus kembali pada adiknya.
Setelah mengantri sebentar, mereka sampai di depan stan. Penjaga stan, seorang pria tua dengan janggut abu-abu yang tersenyum hangat, memberikan mereka busur dan beberapa anak panah. Evelyn tampak bersemangat, sementara Arion berusaha menjaga ekspresi tenangnya meskipun dia sedikit khawatir tentang kemampuan panahannya.
"Ayo, Kak Ri- maksudku kak Anna! Kita lihat siapa yang bisa mendapatkan hadiah lebih dulu!" tantang Evelyn dengan penuh semangat, walaupun masih agak gagap untuk memanggil Arion dengan nama Anna.
Arion tersenyum tipis. "Baiklah, mari kita lihat siapa yang lebih hebat," balasnya dengan nada yang sama.
Mereka mulai memanah, dengan Evelyn yang memimpin. Meskipun usianya masih muda, dia menunjukkan keterampilan yang cukup baik, membuat Arion terkesan. Arion sendiri mengarahkan panah dengan hati-hati, mengingat latihan panah yang pernah dia lakukan sebelumnya di dunia asli. Dia berhasil mengenai beberapa target dengan akurat, dan senyuman kecil muncul di wajahnya.
Setelah beberapa putaran, Evelyn akhirnya mendapatkan cukup poin untuk memenangkan hadiah yang diinginkannya—sebuah boneka beruang besar yang hampir sebesar dirinya. Mata Evelyn berbinar-binar saat dia menerima hadiah itu dari penjaga stan.
"Terima kasih, Kak Anna! Ini adalah yang terbaik!" seru Evelyn dengan gembira, memeluk boneka beruangnya.
Arion merasa lega dan senang melihat adiknya bahagia. "Sama-sama, Eve. Aku senang kamu menyukainya."
Saat mereka berjalan kembali menyusuri keramaian, Arion tidak bisa menahan senyumnya. Meski masih ada sub quest kedua yang menunggu, setidaknya dia berhasil menyelesaikan yang pertama dengan baik.
Namun, saat mereka melewati sebuah stan makanan, Arion tiba-tiba merasakan firasat aneh, seolah ada yang mengawasi mereka dari kejauhan. Dia memperlambat langkahnya dan mencoba melihat ke sekitar, namun tak menemukan apapun yang mencurigakan.
'Argh, mungkin aku terlalu tegang memikirkan sub quest kedua ini,' pikir Arion, mencoba menepis perasaan itu.
Namun, di sudut pikirannya, kekhawatiran tentang apa yang Aryana dan Kyle lakukan masih terus membayangi. Dengan waktu yang masih tersisa sebelum pukul 7 malam, dia memutuskan untuk tetap menikmati festival bersama Evelyn, sementara bersiap-siap menghadapi apa pun yang akan terjadi nanti.
Sementara itu di suatu tempat, seorang pria tampan dengan rambut coklat tua dan mata berwarna coklat cerah menatap ke arah Arion dan Evelyn yang sedang bersenang-senang di festival.
"Heh... Dia terlihat menarik... " Gumamnya.
"Yang mulia? Ada apa? " Tanya seorang temannya yang berada didekat nya.
"Tidak ada, aku hanya menemukan seseorang yang ingin ku aja berdansa nanti. " Ucapnya dengan seringai.
Temannya itu hanya menghela nafas akan kelakuan temannya yang aneh.
Kembali ke tempatnya Arion. Dia tiba-tiba merasa merinding entah kenapa.
'Apa-apaan perasaan tadi itu... Ku harap ide Rya yang membuat ku berpenampilan seperti wanita tidak membuat ku terlibat dalam masalah. '
"Hah... Sialan nasib ini. " Gumamnya.
TBC~
Note:
Dalam novel ini
1) spina adalah mata uang dari dunia ini
2) 1 koin emas setara dengan 10 koin perak, dan 1 koin perak setara dengan 1000 spina/koin tembaga.
3) koin perak dan emas biasanya digunakan oleh orang yang berstatus, sedangkan koin tembaga di gunakan oleh orang biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments