Seperti biasa, hari ini, aku berangkat pagi sekali. Sekolah pun masih sepi. Tanpa ragu aku mulai melangkahkan kakiku menuju kelas.
Sesampainya di kelas, aku pun langsung duduk dan mengeluarkan buku agenda kecilku. Ya, memang aku ini selalu tertutup untuk masalah pribadiku. Jika dirasa perlu, mungkin aku hanya akan memberitahukan pada buku kecilku itu. Karena aku selalu berpikir untuk tidak menyusahkan siapa pun, terlebih lagi orang tuaku.
Perihal untuk sekolahku pun, aku tidak banyak menuntut. Jika aku menginginkan sesuatu pun aku diam-diam mengumpulkan uang jajanku sendiri, sedikit demi sedikit.
Aku menjadi pribadi seperti itu karena aku merasa seberapa pun usaha yang aku capai, aku akan selalu di banding-bandingkan oleh adikku yang jenius dan dari situlah aku menjadi cuek dalam pelajaran.
Ketika aku sedang asyik menulis, tiba-tiba Nara merangkulku.
“Halo cantik, lagi apa?” tanya Nara berusaha mengintip tulisanku.
“Eh...bukan apa-apa.” Jawabku sambil menutup buku itu rapat-rapat dan memasukkannya.
“Eh, ada apa, kamu kok tumben sudah 2 hari ini datangnya agak lebih pagi?” tanyaku heran. Bagaiman tidak heran, si Nara itu dari dulu selalu datangnya mepet jam masuk kelas.
“Kamu terlalu cinta ya sama aku, sampai-sampai kamu tidak sabar untuk ketemu denganku?! hihihi...😁” godaku.
“Ya ampun ini makhluk 1. Kamu tu ya bukannya senang kalau temanmu berubah, malah di ledek begitu..😒” jawab Nara sewot.
“Oo...begitu..😮. Btw, kamu berubah jadi apa sih?" tanyaku pura-pura tulalit
“Berubah jadi wonder woman. Puas kamu..” celetuk Nara, tambah sewot.
“Memang enak di godain?! Hihihi...😁” kataku sambil senyum meledek.
“Au ah...” jawab Nara singkat.
Aku yang melihat tingkah Nara seperti itu, akhirnya tertawa lepas. Tapi ya tidak terlalu keras juga sih. Lagi seru-serunya menggoda Nara, tiba-tiba saja si ketua kelas, Gilang, datang menghampiri kami berdua.
“Hai Ai, kemarin kamu tidak lupa kan buat menyerahkan daftar nama pengurus kelas ke pak Candra ?” tanya Gilang untuk memastikan kalau aku tidak akan lupa. Seketika aku terhenyak sesaat.
“O ya, aku kan masih punya hutang jawaban ke pak Candra. Kenapa aku bisa sampai lupa sih?” gerutuku dalam hati.
“Aduh bagaimana nih !? Aku harus jawab apa ya !?” keluhku bingung dalam hati sambil sedikit menggaruk kepala walau tidak gatal.
“Eh kamu kenapa, Ai? Kok malah tidak fokus begitu.” Tanya Gilang heran.
“Eh ya, tadi kamu tanya apa?” tanyaku karena tadi sempat nge blank.
“Hadeuh Ai, aku tadi tanya, kamu tidak lupa kan buat menyerahkan hasil pemungutan suara yang kemarin!?” tanya Gilang mengulangi pertanyaan yang tadi sambil terlihat jengkel denganku
“Oh itu... Iya.. iya... Sudah kok. Sudah aku serahkan. Lalu Pak Chandra kemarin bilang kalau kamu juga jangan lupa untuk membuat pembagian jadwal tugas kelas. Lalu di tempel di dinding kelas agar semua bisa lihat dan mengerjakannya.” Jelasku berhati-hati agar dia tidak curiga.
Urusan ini bisa aku bilang nanti saja waktu aku ketemu lagi dengan pak Candra. Tak disangka dia pun percaya. Hihihi...😜 Ai gitu loh. Begini-gini juga pernah jadi anggota kepengurusan kelas.
‘tet..tet..tet..’ bel masuk sudah bunyi.
Baiklah kalau begitu. Kita bertempur.... ’semangat..💪’ ucapku dalam hati. Hari ini benar-benar panjang.
“Kenapa mata pelajarannya harus full ada semua sih?! Kan baru hari ke 2.” Gerutuku lirih.
Aku yang memang terlalu cuek dalam pelajaran, merasa sangat penat sekali jika harus duduk berjam-jam mendengarkan guru sedang menerangkan.
‘tet...tet..tet..’ bel istirahat berbunyi.
“Ai, ke kantin yuk..” ajak Nara sambil berdiri dan menggandeng tanganku.
“boleh deh, ayo atuh...” seruku kemudian. “Ai, kamu mau makan apa? Biar aku yang pesankan sekalian.” Ucap Nara menawarkan jasa.
“Tidak usah Nar. Terimakasih. Biar aku sendiri saja.” Jawabku sambil langsung menuju tempat roti yang 2000an dan air gelas yang 500an.
“Kamu bisa kenyang cuma makan itu?” tanya Nara sambil duduk di sampingku.
“Ya mau bagaimana lagi, Nar. Jatah jajanku kan cuma 5000 saja. Dan yang 10ribu buat naik angkot.” Jelasku sambil melahap roti.
Nara yang mendengarkan penjelasanku itu tiba-tiba diam. Entah apa yang sedang dipikirkannya tentang aku. Tapi memang aku sudah terbiasa seperti ini. Mau di apakan lagi 😔.
Tak selang berapa lama, makanan yang di pesan oleh Nara pun akhirnya datang. Sementara dia pun masih tetap sama. Hanya diam tak bergerak dan bersuara.
“Woi, Nar, kamu kenapa? Kamu kesambet ya? Aku perhatikan diam saja dari tadi.” Tanyaku khawatir.
“Ai, maaf banget kalau aku sudah buat kamu sedih dengan bertanya seperti tadi.” Ucap Nara menyesali perkataannya itu.
“Nar, jujur aku memang sedih. Tapi aku tidak apa-apa. Keadaanku yang kaya begini itu sudah biasa dari dulu. Jadi kamu tidak usah merasa bersalah lagi ya. Ini bukan salah kamu kok.” Jawabku mencoba menenangkan Nara.
“Iya. Terimakasih, Ai.” Ucap Nara.
“Nah begitu donk. Sudah, sekarang kamu makan gih makanan kamu. Keburu dingin. Nanti tidak enak loh. Lagi pula sebentar lagi bel masuk loh.” Kataku mengingatkan.
“Ok.. Kamu mau tidak? Nih kita setengah-setengah.” Tawar Nara sambil menyodorkan makanannya ke aku.
“Tidak usah. Terimakasih, Nara. Aku sudah kenyang kok. Sudah buat kamu saja. Kenyangin 😊.” Bujukku supaya dia cepat menghabiskan makanannya.
Katika beberapa saat kemudian, bel masuk pun berbunyi. Kami yang sudah kenyang akhirnya masuk ke dalam kelas dan belajar lagi seperti biasa.
Lanjut👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Kristina Damayanti
aku dulu uang jajan 5 ribu kadang kurang 2 ribu ojek 3 ribu jajan , kadang iri juga liat temen pada banyak jajannya.
tapi yasudah lah masa itu sudah lewat
2022-01-22
0
Sri Rejeki
Aku dulu malah sering gak jajan, karena gak ada uang saku... 😭
2022-01-12
1
Umi Jasmine
mmg nya org tua nara, pas2a
2021-06-16
0