Ada cinta, yang bersemi dengan indah diantara banyak kebencian yang berusaha menjatuhkannya. Cinta itu akan tetap tumbuh meski dengan jalan yang rumit. Namun, pernahkah kamu berpikir, bagaimana jadinya, jika cinta yang selama ini diharapkan, nyatanya adalah kebencian yang ingin membunuhnya?
Ratu
Petinggi negara dan orang-orang sibuk mengusulkan pelengseran ratu yang tak kunjung sembuh. Di aula pertemuan, para menteri dan pejabat mengusulkan untuk melengserkan ratu dan mencari wanita yang berhak menggantikan posisi itu.
Akan selalu ada orang yang berusaha,
“Yang Mulia, anda harus segera memikirkan persoalan ini. Jika rakyat mengetahui hal ini, akan ada banyak perpecahan dan akan merusak otoritas kerajaan”.
“Benar Yang Mulia, belum lagi rumor buruk yang menimpa Pangeran Hyeon sudah mulai tersebar luas. Rakyat jelata tidak akan dapat memahami rumor itu dengan baik. Ini akan membahayakan kekuatan hukum kerajaan”.
“Untuk itu, tolong kabulkan permintaan kami. Mengganti posisi paduka ratu dengan wanita yang sehat fisik dan mentalnya serta wanita kelas atas yang mampu menjadi ibu negara, Yang Mulia”.
“Kabulkan permintaan rakyatmu yang setia ini Yang Mulia”.
Protes itu bersahut-sahutan dengan emosi yang penuh. Mereka semua melakukan permohonan yang tidak henti-hentinya kepada Yang Mulia.
.. menunjukkan rasa cinta, padahal berselimut dusta.
“DIIIAAAMMM!!!!” teriak sang raja geram.
Tubuh raja bergetar. Tampak wajahnya memerah. Ia mengepal tangannya erat-erat, kemarahan itu sedang berada dalam genggamannya. Keringat bercucuran jatuh dari dahinya yang menonjol sudah urat-uratnya. Para menteri yang melihat pemandangan itu terdiam takut.
Yang Mulia benar-benar marah.
“Hari ini…
Setelah berhenti sejenak, beliau menarik napasnya dalam-dalam.
“Hari ini secara resmi..
Pelan-pelan ia angkat kertas kerajaan resmi yang sudah ia tulis dilengkapi cap kenegaraan.
“Hari ini secara resmi, aku angkat putraku Pangeran Hyeon sebagai Putra Mahkota negeri Ini! Perwaris takhta kerajaan yang sah!”.
Mendengar pernyataan itu, para menteri yang tadinya menunduk itu mulai menegakkan kepalanya. Mata mereka melotot tajam ke arah sang raja kemudian saling memandang satu sama lain. Mereka sangat terkejut, dengan ekspresi tidak setuju yang tampak dari raut wajah mereka, seluruh keluh pun hadir menyatu diantara mereka.
"Yang Mulia, bukankah terlalu dini untuk melakukan pengangkatan ini? Pangeran masih sangat muda untuk mengemban tugas ini. Apa tidak perlu dilakukan pertimbangan terlebih dahulu, sampai beberapa waktu lagi mengingat kemungkinan lahirnya pangeran yang lain?”.
Raja yang sedang marah itu kemudian tertawa dengan suara beratnya yang penuh sangat mengerikan. Semua menteri dan pejabat yang ada disana bergidik takut. Dipandangnya wajah sang raja dengan hati-hati. Raja tampak sedang bergumul dengan amarahnya.
“Apa kalian meragukan keputusanku? Kalian memintaku melakukan sesuatu bukan? Oh aku tahu, jangan-jangan kalian meragukan Putra Mahkota yang baru? Kalian meragukan putraku? HA?! KALIAN TERMAKAN OLEH RUMOR JUGA?” teriak raja dengan seluruh emosi yang mengguncang ubun-ubun membuat tangannya bergetar.
Kekhawatiran akan nama baik raja, membuat Tuan Lee Tae Hwon, penasehat khusus negara mendekati singgasana sang raja.
“Yang Mulia, tenangkan diri anda,” bisiknya pelan.
“Apa kau juga ingin membantahku?!" teriak raja padanya.
Tuan Lee Tae Hwon hanya bisa terdiam di tempat. Terpaku lurus, menatap raja iba.
Hari itu secara resmi, raja mengangkat putranya Pangeran Hyeon menjadi Putra Mahkota. Putra negara yang artinya ia adalah pewaris tahta yang sah.
Mendengar hal ini, selir tingkat satu (Seol) hampir saja terjatuh saat berada di perjalanan menuju kediamannya. Ia memegang perutnya erat-erat. Dengan tangan dan kaki yang bergetar, ia mencoba untuk bangkit, dibantu oleh para pelayannya.
"Bagaimana bisa, dia melakukan itu padaku?" batinnya dengan hati yang terluka.
Sementara itu, di istana ratu, seorang dayang tampak setengah pucat. Dayang tersebut berdiri diam menjaga pintu bilik ratu dengan wajah cemasnya.
Putri Shin datang, hendak mengunjungi ibu tirinya yang sangat menyayanginya itu.
“Aku ingin menjumpai ratu, apa dia ada di dalam?”.
Dengan sigap dayang tersebut menghalanginya. Bukan karena tidak suka, mereka terpaksa melakukannya atas perintah kerajaan. Ratu yang sedang sakit tak boleh diganggu.
“Maaf tuan putri, saat ini Yang Mulia Ratu sedang tidak bisa di temui,” ungkap dayang itu tegas.
“Kenapa? Apa aku juga tidak boleh menemuinya? Aku ini putrinya”.
Jelas Putri Shin dengan wajah kecewanya yang polos.
“Tapi, beliau sedang ti..”.
“Biarkan putriku masuk,” bantah ratu sebelum dayang tersebut menyelesaikan kalimatnya.
Suara ratu terdengar parau dan lirih. Putri Shin masuk dan berlari ke sisi ratu yang terbaring lemah.
“Ibu ratu, apa kau baik-baik saja?”.
Putri Shin mengusap pipi ratu dengan wajah yang cemas.
“Putriku, Shin. Apa yang membawamu kemari?” tanya ratu padanya.
Sambil menangis, Putri Shin memberikan seikat bunga yang ia petik di depan kamarnya.
“Apa Ibu Ratu akan baik-baik saja? Apa Ibu Ratu akan mengajakku bermain bersama adikku nanti saat ia sudah bisa diajak bermain? Aku ingin bertemu dengannya, tetapi tidak di izinkan”.
Wajah kecewa putri, terlihat jelas dari raut wajah polosnya.
Anakku..
“Putriku, maukah kau melakukan itu untuknya suatu hari nanti?”.
Putri Shin kemudian mengusap air matanya, mendekatlah ia pada sang ratu karena suaranya yang parau tidak terdengar jelas.
“Tentu saja Ibu”.
“Jagalah adikmu dengan baik, ya? Nanti ketika kalian sudah besar, ajaklah dia bermain ke tempat terbaik yang ingin kau datangi. Aku menyayangi kalian berdua. Untuk itu, kau juga harus menyayanginya seperti kau menyayangiku. Apakah kau bisa melakukannya?”.
Tanya sang ratu lirih. Ia mengusap kepala putrinya itu dengan penuh kasih. Rambut sang anak ia sentuh lembut dengan kasih sayang.
“Tentu saja. Apa Ibu Ratu juga akan ikut bermain bersama kami? Aku juga akan mengajak ibuku,” jawaban polos sang putri, malah semakin membuat ratu ingin menangis.
Sang ratu kemudian memeluk putrinya itu dan menitikkan air mata.
“Hyeon sangat beruntung memiliki kakak, secantik dan setulus dirimu”.
Ada bunga yang layu dan mati, bahkan sebelum waktunya berbuah. Saat bunga itu mekar, akan ada banyak keindahan yang terlihat oleh mata. Bunga itu terus tumbuh tanpa tahu kapan akhir dari keindahannya. Saat itu, kupu-kupu mungkin saja selalu datang. Tapi setelah bunga itu layu, masihkah ia memilih bunga yang sama?
**
Suatu hari, seorang dayang berlari menuju kediaman raja. Ia membawa duka menyakitkan yang amat sangat dalam. Dipegangnya kotak berlapis sutra dengan menitikkan air mata. Kemudian terjatuh lemah di hadapan baginda.
“Yang Mulia…”.
Raja Baek yang terus-menerus menangis kemudian tampak terdiam. Air matanya tak lagi mengalir. Seluruh guncangan itu menghentikan langkahnya untuk terlihat baik-baik saja. Tak dapat berbohong, mereka semua dalam duka.
“Yang Mulia ratu, kondisinya... beliau tidak mampu lagi, Yang Mulia,” sambil menangis dayang itu meletakkan kotak berlapis sutra itu, dengan napas yang berusaha diaturnya.
Raja Baek menjadi lemah, berusaha berdiri dengan susah payah. Tawa dan tangis sang ratu ia bayangkan mengalir di dalam jiwanya. Ia pegang dadanya yang tampak sangat sakit itu erat-erat. Ia terjatuh lemah, tetapi tetap berusaha bangkit kembali.
“Bawa aku… ba-wa. Aku ingin, aku ingin melihatnya”.
Para dayang yang menangis, mengiring raja yang putus asa. Jalan sang raja tak lagi stabil. Dipegangnya erat-erat kotak sutra sang istri.
Di kediaman ratu, dilihatnya Putra Mahkota yang menangis, seolah mengerti bahwa ibunya akan segera pergi. Sambil tertatih-tatih sang raja menggerek kakinya mendekat ke sisi sang ratu.
“Istriku, kenapa, ku mohon bertahanlah. Temani aku sampai akhir".
Diusapnya kening sang istri dengan lembut. Diciumnya sang istri dengan kasih sayang.
“Ya-yang Mu-mulia,” dengan susah payah sang ratu mencoba untuk bicara.
Meninggalkan sedikit jejak bagi sang suami adalah keinginan terakhirnya saat itu.
“Jangan banyak bicara, kumpulkan energimu untukku. Aku sudah memanggil tabib terbaik untukmu”.
Raja yang sangat khawatir itu merangkul erat tangan sang istri di dekatnya.
Ratu yang mencoba mengumpulkan seluruh tenaganya, berusaha menyampaikan pesan terakhirnya.
“Berjanjilah.. jaga anak, ki-kita. Aku, akulah.. yang akan, mengawasinya. Berjanjilah.. su-suamiku”.
Semua orang yang ada di dalam kediaman ratu tak mampu lagi membendung air matanya. Ratu yang amat sangat baik itu, tak akan mampu lagi bertahan.
Seol sang selir raja pun ada disana.
“Ss-seol, mendekatlah,” dengan lirih sang ratu meminta Seol untuk mendekat.
Seol berusaha membuang rasa ibanya jauh-jauh, sebelum akhirnya ia mendekat pada sang ratu.
“Jagalah, jagalah anakku, ak-ku, mohon.. jangan..,” tiba-tiba ratu berhenti.
Perkataan terakhir ratu membuat tangan raja bergetar. Dipeluknya langsung sang istri dengan begitu erat.
“Diamlah, bertahanlah untukku, sebentar lagi tabib akan tiba. Kumohon bertahanlah sedikit lagi. Aku tidak ingin kau tinggalkan”.
Raja menangis sejadi-jadinya. Dipeluknya sang istri yang sudah menghembuskan nafas terakhir itu erat-erat.
Seol sang selir kesayangan tak dapat menahan air matanya, ia pelan-pelan mengubah pandangannya ke sisi Putra Mahkota. Air matanya mengalir, bahkan tanpa keinginannya.
Yang Mulia Ratu, kenapa, dengan bodohnya, kau meminta seseorang yang mendoakan kematianmu, menjaga putramu. Kenapa, kau selalu memaafkanku. Tahukah kau, betapa aku sangat membencimu. Akulah, akulah yang menantikan kematianmu di siang dan malam. Tapi kenapa, rasanya begitu sakit, mengapa hatiku begitu sakit? Mengapa aku tidak bisa tertawa? Mengapa, kau melukai rajaku? Mengapa dia sangat mencintaimu? Apakah jika aku mati, raja akan melakukan hal yang sama?
**
Kematian sang ratu yang terbilang cepat itu, menyisakan duka yang begitu dalam. Raja, sudah lama tidak memakan makanannya dan hanya berduka terus-menerus sejak ratu jatuh sakit. Hal ini membuat para menteri khawatir. Karena sebelumnya, beberapa dari mereka telah sepakat apapun yang terjadi kepada ratu harus tetap dirahasiakan, agar stabilitas negara tetap terjaga untuk menghindari rumor yang tersebar soal malapetaka yang dibawa atas kelahiran Putra Mahkota.
“Yang Mulia, hari ini, pengangkatan ratu baru yang dilaksanakan diam-diam akan segara dimulai. Anda harus bersiap-siap,” ucap pelayan pribadinya.
(Kematian Ratu bisa dirahasiakan, karena tidak ada seorangpun yang pernah melihat wajah ratu, selain keluarga kerajaan)
Hari itu berlalu begitu cepat. Dengan senyumannya, Seol tampak tidak bahagia. Ia hanya terus berpura-pura baik-baik saja. Menahan seluruh egonya dengan susah payah.
Seharusnya aku tertawa dan bahagia karena ini bukan? Tapi mengapa aku malah semakin membencimu Yang Mulia Ratu?
Ada sakit yang ia sembunyikan hari itu. Hari dimana, Seol mantan selir tingkat satu diangkat menjadi ratu secara diam-diam oleh raja dan diresmikan hari itu juga. Mulai hari itu dan seterusnya, Seol adalah ratu yang dikenal menggantikan nama Ratu Kim, memulai harinya menjadi ibu negara, tanpa diketahui oleh seorang rakyat pun bahwa Ratu yang selama ini mereka kenal, telah tiada.
Mungkin mereka memang tidak tahu siapa aku dan menganggapku adalah dirimu Yang Mulia Ratu. Tapi tidak masalah, bukankah sudah kuperingatkan padamu, semua milikmu akan menjadi milikku Yang Mulia? Karena itu, silakan menangislah di surga.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
🍫 Hiat^٥MayΤυΙρa🍥╏ 🍨
Aku .. aku–ak.u bingung mau komen apa yang pasti aku sedih
2020-10-29
3
zie_o_c ✔
kata² nya bagus kak, salken author SF ❄️
2020-10-18
2
Ririn Calliesta
Makin kesini ceritanya makin bagus
2020-10-14
0