Dahulu kala, tersebar kembali rumor mengerikan akibat perbuatan raja yang menghukum putranya sendiri. Rumor yang tersiar itu sebenarnya pertama kali disebar oleh sebuah kelompok yang berduka atas kelahiran Putra Mahkota yang diramalkan akan membawa bencana besar.
Tidak tahu siapa yang menyebarkannya, tetapi orang-orang mengutuk kelahiran Putra Mahkota atau Pangeran Hyeon yang dikenal sebagai pangeran yang sangat angkuh dan sombong, bodoh, tidak telaten dan selalu melanggar perintah raja. Rumor ketidakbecusan Putra Mahkota ini semakin menyebar setelah ayahnya Raja Baek Sam memerintahkan untuk menghukumnya.
Delapan belas tahun yang lalu, ratu yang dikenal baik hati dan penyayang dikabarkan akan segera melahirkan seorang putra, anak sah dari Raja Baek Sam. Saat itulah, kisah ini, dimulai.
Kelahiran Sang Anak
Saat itu, ada tawa dan tangis yang berjalan beriringan. Mungkin saja, kasih itu telah tumbuh di suatu sudut terkunci jauh disana. Tapi, apakah mungkin kebahagiaan datang menyertainya?
“Tuan Putri… jangan berlari, Anda bisa terluka."
Para kasim (Pelayan pria) dan dayang istana terus mengejar Putri Shin, anak pertama Raja Baek Sam.
“Tuan Putri, berhentilah berlari!"
Putri Shin mengabaikannya dan terus saja berlari menuju istana ratu. Di depan istana, terlihat raja dan beberapa menteri serta keluarga kerajaan tengah was-was.
“Ayahanda!” teriak putri kecil Shin memecah suasana.
“Apa sebentar lagi adikku akan lahir? Apa dia laki-laki?"
Mata binar sang putri membuat raja terenyuh. Beliau kemudian duduk bersimpuh dan memegang pundak sang anak yang kelihatan begitu bahagia.
“Apa kau sudah tidak sabar melihat adikmu?” tanya sang ayah dengan senyuman ramah.
“Ya, Ayahanda."
“Kalau begitu, kembalilah ke kamarmu, dan doakan agar adikmu lahir dengan selamat. Setelah itu, kembalilah kemari dan bawalah hadiah untuknya."
Putri Shin tersenyum, dengan mantap ia kembali berlari ke kamarnya membawa segala asa yang telah disusunnya rapi. Para pelayan pun mengikutinya. Tak lama setelah itu, raja menatap langit, keningnya mulai berkerut.
“Yang Mulia, apa yang Anda pikirkan?” tanya salah seorang kepadanya.
“Apa kau percaya pada ramalan? Maksudku, apa menurutmu ramalan itu benar?” tanya raja dengan wajah seriusnya.
Seseorang itu terdiam. Langit terlihat mendung dan begitu gelap. Angin menghembus kencang hingga bendera kerajaan terbang terbawa angin mengudara.
Melihat sang raja tampak begitu khawatir, seseorang tersebut kemudian mendekatinya dan memberi hormat.
“Apa Anda begitu khawatir? Maafkan aku telah lancang Yang Mulia. Jika boleh, aku ingin menyampaikan pendapatku. Menurutku, itu hanyalah sebuah ramalan yang belum tentu kebenarannya. Segala yang terjadi, adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Kita tidak dapat mengetahui apa yang akan menjadi rencana-Nya."
Tubuh raja bergetar. Keringat dingin terus saja menetes dari sudut keningnya. Membuatnya berusaha menghapus kenyataan yang mulai meracuni pikirannya.
“Lee – Tae - Hwon."
Raja mengeja nama seseorang tersebut dengan wajah tidak senang.
”Apa pangkatmu sebagai penasehat negara, membuatmu merasa pantas mengajariku?”
Mendengar jawaban raja, penasehat negara, Tuan Lee Tae Hwon merasa bersalah dan menundukkan pandangannya. Dia menyimpan ketakutannya itu rapat-rapat.
Tiba-tiba,
“Yang Muliaa!"
Seorang opsir berlari dari jauh, tampak hampir kehabisan napas.
“Beraninya kau datang menemuiku seperti ini, hah?!"
“Maafkan aku Yang Mulia, tetapi, aku mendapat kabar dari biro, bahwa sepertinya akan terjadi badai malam ini. Untuk itu, aku datang kemari menunggu perintah Anda."
“Pergilah, jangan merusak pikiranku saat ini!” Perintah raja membuat para menteri bergidik.
Tidak lama setelah itu, para tabib istana keluar dari kediaman ratu. Wajah mereka tampak sangat menyesal.
“Apa yang terjadi? Cepat katakan padaku!”
Sambil menarik kerah seorang tabib wajah raja tampak penuh kecemasan.
“Yang Mulia, ampuni kami. Kami akan melakukan yang terbaik. Saat ini..”
Para tabib saling berpandangan.
“ …saat ini kondisi ratu tidak memungkinkan untuk melahirkan seorang anak. Akan tetapi, sepertinya beliau memang harus melahirkan hari ini. Untuk itu, izinkan kami melakukan berbagai cara untuk menyelamatkannya."
Mendengar kabar tersebut, raja melepaskan tangannya dari kerah tabib, mencoba mengendalikan amarah yang sedang berada di ujung kepalanya. Napasnya tersenggal-senggal, tak lama setelah itu tubuh sang raja lemas dan ia rubuh ke tanah. Para menteri mendekat dan membopong tubuhnya untuk bangkit. Para pelayan dan dayang istana berlarian mencari air dan selimut hangat untuk sang raja.
Sedang di tempat lain, Putri Shin membentang selimutnya di teras kediamannya. Ia memandang langit sambil tersenyum dan mulai memejamkan mata. Sangat damai. Keindahan malam itu seolah berada di genggamannya, membuatnya tenggelam dengan seluruh harapan yang telah diaturnya. Semakin lama, dia semakin bahagia. Senyumnya semakin lebar diikuti oleh hembusan angin yang memang begitu kencang.
“Apa yang kau lakukan?"
Seorang wanita berwajah cantik, memakai pakaian indah malam, datang mendekatinya. Mendengar suara khas wanita itu, Putri Shin membuka matanya.
“Ah, Ibu? Kemarilah duduk di sebelahku,” Putri Shin tersenyum padanya dan kemudian kembali memejamkan matanya.
Wanita itu mencoba menghalau hasratnya untuk lebih ramah.
“Apa yang kau lakukan di malam yang dingin dan mengerikan ini?” tanya wanita itu.
Putri Shin kemudian membuka matanya dengan tetap membawa senyum ceria di wajahnya.
“Aku sedang berdoa, Ibu,” jelas Putri Shin kepada ibunya dengan tetap tersenyum ramah.
Putri Shin adalah anak pertama raja sekaligus putri pertama kerajaan dari seorang selir utama raja, bernama Seol.
Mengapa, kau melakukan ini padaku?
“Apa yang kau doakan? Sehingga melupakan waktu tidurmu?."
Wanita itu terus saja memandangnya. Tatapan yang tajam seolah mengukur tingkat kekhawatirannya.
“Aku sedang mendoakan ratu dan adikku."
Putri Shin kemudian kembali memejamkan mata dan kembali berdoa.
Mendengar jawaban sang anak, selir itu yang tadinya tersenyum perlahan mengubah ekspresi wajahnya. Ia terdiam melihat wajah sang putri. Mencoba mengumpulkan rasa kasihnya.
Kenapa kau selalu menyakiti hatiku dengan senyuman itu?
“Masuklah, doakan dia dari dalam. Angin ini, hanya akan membuatmu sakit dan itu akan menyusahkan."
Setelah beberapa lama menunggu, tak terdengar kabar apapun dari istana ratu yang membuat Putri Shin begitu khawatir.
“Ibu, apa menurutmu ratu dan adikku akan baik-baik saja? Kenapa sejak tadi, aku tidak melihat mereka kembali?” tanya sang anak dengan cemas.
Selir yang sedang bersiap tidur itu kemudian terhenti. Ia mencoba memalingkan diri dari kenyataan. Tentang harapan yang ia susun, dibinanya untuk kembali sedikit lebih dekat dengan keadaan.
“Aku tidak tahu,” tanpa melihat wajah anaknya, wanita itu kemudian berbaring dan memejamkan mata untuk tidur sembari mengelus perutnya.
“Apa saat melahirkanku, Ibu baik-baik saja?”.
Mendengar pertanyaan sang anak, ia membuka matanya. Untuk beberapa saat, Seol terdiam lalu pandangannya tertuju pada perut yang sedang disentuhnya.
“Ya, Ibu harus baik-baik saja."
...****************...
Waktu menunjukkan pukul 11 malam.
Tiba-tiba suara gong dari istana terdengar begitu kencang hingga ke pelosok desa. Para warga berlarian. Gong itu, membawa dua kabar sekaligus. Kabar tentang telah lahirnya seorang pangeran dan kabar tentang akan terjadinya badai. Para rakyat sibuk mengucapkan syukur, setelah itu mereka diperintahkan untuk menutup semua pintu dan jendela. Membawa seluruh kendi masuk, dan meletakkannya di dekat mereka. Malam yang bersamaan, raja membagikan beras pada rakyat sebagai rasa syukur sekaligus persiapan jika terjadi badai.
Dari istana ratu, tangis haru terdengar bersahut-sahutan. Sang raja berubah ceria. Setidaknya sedikit harapan mulai muncul ke permukaan. Raja mendekat lalu menggendong bayinya tersebut. Dia memandang putranya itu dengan waktu yang cukup lama. Tak lama setelah itu, para tabib pun datang kembali.
“Bagaimana kabar istriku?” tanya sang raja cemas.
“Yang Mulia, sebelumnya, kami mengucapkan selamat karena Anda memiliki pangeran yang tampan dan cerdas. Tidak hanya begitu tampan, dia akan menjadi penerus yang cemerlang."
.. tetapi, wajah mereka bahkan tampak seperti seseorang yang menderita.
Melihat wajah para tabib yang tampak begitu menyesal, membuat sang raja curiga terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Dia tak dapat menahannya lagi. Seluruh amarah yang sedang digenggamnya mengantarkannya untuk meletakkan putranya kepada seorang pelayan dan menarik kerah tabib itu, lalu mengangkatnya.
“Katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?!” tanya raja.
“Ratu, ratu, keadaan ratu semakin mengkhawatirkan, ampuni kami Yang Muliaa,” ucap para tabib itu ketakutan.
Raja kemudian melepaskan tangannya dari kerah tabib. Seluruh tabib yang ketakutan itu, meringkuk di kaki sang raja, memohon ampun.
“Selamatkan ratu, atau nyawa kalian sebagai gantinya!”
“Bb-baik Yang Mulia, Baik. Kami akan melakukan yang terbaik. Kami permisi.”
Para tabib kemudian kembali terburu-buru.
Saat yang bersamaan, dari sisi lain istana tampak para selir datang mendekati raja untuk memberikan selamat. Seol, selir tingkat satu (selir dengan pangkat tertinggi) masuk ke bilik kediaman ratu untuk melihat pangeran yang telah lahir. Ia mendekati pangeran yang sedang menangis lalu dengan berani, Seol menggendongnya.
“Bagaimana kabar ibunya?” tanya Seol pada perawat yang tengah berjaga.
“Yang Mulia Ratu saat ini dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan.”
Seol kemudian menatap wajah sang pangeran dalam-dalam.
Kau sangat beruntung Yang Mulia Ratu, melahirkan seorang putra. Dia pasti akan tumbuh menjadi sosok yang kau inginkan. Sayang sekali Yang Mulia, Anda menjadi lemah bahkan setelah punya seorang pangeran. Bukankah seharusnya, Anda bertahan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Hanna Khumairah
keren kak. Aku suka cerita yang berlatar belakang kerajaan. semangat kak
2020-11-14
1
Rou Hui
Ini jejakku.. Ceritanya bagus 👍
Sedikit masukan, kata Anda, huruf A pertama ditulis dengan huruf kapital
2020-10-19
2
Wanita September
cerita kerajaan, berasa nonton drakor beneran, aku suka novel ini
2020-10-13
2