Chapter 5

Arletta mengernyit saat ponselnya berdering, tanpa nama. Tanpa menunggu lama ia pun mengangkatnya.

“Halo?” Ucap Arletta pelan setelah mengangkat panggilan itu. Terdengar suara cewek di sana. “Halo kak,”

“Maaf siapa, ya?”

“Ini aku kak, Bella. Adeknya Kak Galang,” ungkap cewek di seberang telefon. Bella? Adiknya Galang? Kenapa tiba-tiba?

“Oh Bella, apa kabar Bel?” Tanyanya.

“Baik kok kak, Kak Tata gimana?” Ujarnya. Ah Tata, sudah lama Bella tak memanggilnya dengan nama itu. Mungkin sepuluh tahun lalu.

“Baik juga Bel, kenapa Bel telfon malem-malem?” Tanya Arletta. Ia menutup bukunya dan mulai mengobrol dengan Bella.

“Ah ini, Kak Tata bisa nemenin aku ke tempat les ngga, besok? Soalnya Kak Galang sibuk,” ungkap Bella terdengar lesu.

“Les? Jam berapa Bel?”

“Jam setengah tiga, bisa ngga kak? Maaf ngerepotin huhuu,”

Arletta terkekeh mendengarnya, “ah Bel, ngga ngerepotin sama sekali. Jangan sungkan kali Bel, kayak sama siapa aja. Jam setengah tiga, ya? Bisa kok.” ucap Arletta tersenyum meski Bella tidak bisa melihatnya.

“Huhuu, makasih Kak Tata,” telfonpun terputus.

***

“Gimana Bel? Eh? Kenapa senyum-senyum sendiri?” Tanya Galang yang baru saja masuk ke kamar Bella dengan segelas susu di tangannya.

“Ah, ngga kok, hehe.” Bella menyembunyikan ponselnya di balik tubuhnya.

“Kayak keciduk pacaran aja, oh jangan-jangan beneran pacaran. Coba lihat sini hp nya.” Galang menaruh gelas itu di atas meja belajar Bella, lalu menghampiri Bella meraih tangannya untuk mengambil ponsel milik Bella itu.

“Apaan sih kak, ngga kok. Siapa yang pacaran. Orang sama Kak Tata kok. Kan kakak yang nyuruh tadi sore,” dengus Bella.

“Serius?”

“Udah beres tuh, makasih Bella cantik!” sindir Bella. Galang mengacak lembut rambut Bella, “iya iya makasih Bella cantik! Bawel banget kayak Tata, tuh minum susunya sebelum dingin,” ujar Galang sebelum keluar dari kamar Bella.

“Jangan tidur malam-malam, besok sekolah,” ucapnya lagi sebelum menutup pintu. Senyuman manis terukir di wajah Bella.

***

Pukul 06.30 Galang baru saja sampai di rumah Arletta, ternyata Arletta sudah menunggunya di sana. Arletta pun mendekatinya.

“Ta, nanti gue ada belajar kelompok sama Rangga sama yang lain, lo pulang sen..”

“Iya gue tahu kok, lagian gue juga ada urusan pulang sekolah,” potong Arletta memakai helmnya.

“Bagus deh, eh urusan apa lo? Sama pacar baru?” Selidik Galang mencondongkan wajahnya dan menyipitkan matanya. Arletta memundurkan wajah Galang dengan jari telunjuknya.

“Ngga usah deket-deket! Apaan sih? Ngeledek ya? Pacar-pacar, punya aja ngga,” dengus Arletta. Galang mengusap lembut kepala Arletta, “bagus kalo gitu.”

Arletta bersedekap menyipitkan matanya. “Bagus kata lo? Lo seneng ya lihat gue jomblo?”

“Kan ada gue,” ujar Galang tersenyum di balik helmnya. Untuk sesaat Arletta terdiam, rasa gugup itu menghampirinya seperti saat awal Galang mengungkapkan perasaannya.

“Apaan sih! Nanti gue mau nemenin Bella ke tempat les,” ujar Arletta sedikit kesal.

“Ooh.” Jawaban itu bahkan hampir tak terdengar oleh Arletta. Arletta mengernyit, “ooh? Lo tahu kan? Kalo gue sama Bella bakalan pergi bareng?” Selidik Arletta. Galang mengalihkan tatapannya. “ah, ng-ngga kok, Emang salah kalo gue bilang ooh?”

“Ya... kayak aneh aja lo..”

“Udah siang Ta, mau berangkat ngga? Kalo ngga ya udah, ayo bolos,” potong Galang. Arletta menggeleng cepat, buru-buru ia naik di boncengan Galang.

“Ayo buruan, ntar telat,” seru Arletta di samping telinga Galang.

“Ck, yang bikin telat itu lo Tata!” Decak Galang. Arletta terkekeh, “iya deh iya, maaf.”

“Pegangan, baru kita jalan,” ujar Galang. Seperti biasa Arletta memegang tas punggung Galang. Motor itu melaju meninggalkan pelataran rumah Arletta.

***

“Thanks,” ucap Arletta setelah turun dari motor Galang. Setelah memberikan helmnya, buru-buru ia meninggalkan Galang.

“Eits, tunggu,” ujar Galang mencekal lengan Arletta.

“Jangan lupa ucapan gue,” ucap Galang serius. Arletta mengernyit. “Aih! Iya-iya. Ngga boleh banyak bengong, fokus belajar. Ngga boleh banyak ngobrol pas lagi jam pelajaran, ngga bo..”

“Bukan itu,” potong Galang.

“Eh, terus?”

“Masih ada gue,” ucapnya dengan wajah serius Arletta terdiam. Apa maksudnya. Mereka sama-sama terdiam.

Galang turun dari motornya, menepuk pelan puncak kepala Arletta, “belajar yang rajin.”

Arletta masih terpaku di sana. Tanpa sadar Galang sudah tak ada di depannya. Arletta menoleh menatap punggung Galang yang kian menjauh.

"Masih ada lo, ya?" gumamnya lirih.

***

“Masih ada gue? Apa dia mau ngajakin gue balikan? Ah bodo amat!” Racau Arletta. Ia menatap papan tulis yang sudah setengah terisi tulisan. Namun bukunya masih kosong.

“Woy Ta, kenapa lo? Sakit?” Tanya Andini di sebelahnya. Arletta menoleh, “ngga kok.”

Andini kembali menatap papan tulis, “Raya nulisnya cepet banget sih, gue masih setengahnya,” gerutu Andini menatap bukunya dan papan tulis itu bergantian.

“Apaan tuh Ta? Lo bahkan ketinggalan lebih jauh dari gue,” ucap Andini melirik buku catatan Arletta.

Arletta menatapnya lesu, “males banget nulisnya dah,” ucapnya lesu.

“Hu’um, lagian kenapa sih Pak Dodit harus telat datengnya,” gerutu Andini. Arletta mengangguk menyetujuinya.

“Ah panjang umur tuh orang,” timpal Andini menyenggol lengan Arletta. Arletta pun menoleh ke ambang pintu.

“Siang anak-anak, maaf bapak telat masuk,” salam Pak Dodit di depan kelas.

“Siang pak,”

“Raya, sudah dulu nulisnya, sekarang kamu boleh duduk,” ujar Pak Dodit pada Raya.

“Baik pak,” setelah meletakkan buku dan spidol di meja Pak Dodit, Raya kembali duduk di bangkunya.

“Nah anak-anak yang bapak cintai, seperti yang kalian lihat. Mungkin siswa di sebelah bapak ini asing bagi kalian, kan?” Tanya Pak Dodit menebarkan senyumnya.

“Iya pak, siapa dia pak? Pangeran kah?”ujar salah satu siswi. “Huuu,” sorak para siswa.

“Apaan sih kalian? Iri ya? Kalian kalah tampan?” Timpal siswi tadi.

“Haha kamu ini, bisa aja,” ujar Pak Dodit terkekeh. Hampir semua siswa-siswi di kelas itu heboh karena ada siswa baru di kelas mereka.

Lain dengan Arletta yang justru terdiam menatap wajah tampan siswa baru itu.

“Nah nak sekarang perkenalkan diri kamu, ya,” ujar Pak Dodit lalu duduk di bangkunya.

“Halo semuanya.."

***

“Ta, aku suka sama kamu, maaf mungkin memang kita masih terlalu dini untuk tahu apa itu rasa suka-“

“-Aku ngga tahu, tapi Ta, aku selalu ngerasa nyaman di dekat kamu. Dan lagi, aku selalu ngga rela kalo lihat kamu hanya main berdua sama Galang,” lanjutnya.

Arletta berkaca-kaca, apa-apaan ini? Di umurnya yang masih sepuluh tahun sudah harus mendapat ungkapan perasaan seorang cowok yang tak lain, teman mainnya dan Galang.

“Bian, kenapa kamu kayak gini? Kita kan teman,” ujar Arletta. Ingin menangis saat itu juga. Tapi ia berusaha menahannya.

“Aku tahu Ta, kita emang teman. Tapi setelah ini aku ngga yakin, apa kita masih berteman?” Ucap Bian menatap Arletta. Arletta tak mampu lagi, air matanya jatuh perlahan.

“Tata, jangan nangis, maaf.” Bian menunduk merasa bersalah. Kembali ia menatap Arletta.

“Tata, nanti sore, aku berangkat ke Korea, mungkin aku bakal tinggal di sana dalam waktu lama. Maaf kalo aku punya banyak salah sama kamu,” ucap Bian, matanya memerah.

“Kamu mau pergi?” Tanya Arletta di sela tangisnya. Bian mengangguk lesu.

“Dan ngga akan kembali?”

“Iya Ta,”jawabnya lesu.

Arletta menangis sejadinya. “Tata, jangan nangis gini dong, ntar dikiranya aku jahatin kamu,” ucap Bian menenangkan Arletta.

“Iya, e-mang ka-mu ja-hat, buk-ti-nya ka-mu ba-kalan per-gi dan, ngga a-kan kem-bali,” ujar Arletta sesunggukan.

“Maaf, maaf Ta,” ujar Bian, ia juga menahan air matanya. Sekarang matanya berasa sangat perih.

Arletta menghapus air mata itu dan mencoba menghentikan bulir air mata yang akan jatuh lagi.

“Karena kamu mau pergi, makanya kamu bilang kayak tadi?”

Bian menatap Arletta kemudian mengangguk, “aku ngga tahu, kita bakal bertemu lagi atau ngga, makanya aku bilang sekarang.”

“Rasanya sekarang lega,” ungkap Bian tersenyum. Arletta hanya terdiam menatapnya.

“Aku ngga mau kamu lupain aku, sekalipun nanti kita ngga akan bertemu lagi,” ucap Bian tersenyum. Dia seyakin itu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!