Bab 4

Aku seperti pesakitan yang sedang menunggu proses peradilan.

"Apa pesanku? Kenapa ibu minta uang tidak kau berikan?" pertanyaan beruntun mas Sigit membuatku gelagapan.

"Tunggu .! Ada yang salah disini, Mas."

"Rani juga bilang kau menanyakan kembali uang tempo hari yang aku beri itu?"

Mataku semakin terbelalak.

"Begini, kalian salah paham. Bukannya aku tidak memberikan uangnya. cuma aku tunda sampai aku pulang dari rumah ibu." jawabku membela diri. Aku teringat semalam ibu menelpon untuk meminta uang dan aku bilang tunggu besok saja setelah aku pulang.

Tapi ibu mertua salah paham padaku.

Aku menatapnya sekilas.

"Iya, May memang bilang begitu. Tapi kebutuhan ibu sangat mendesak. terpaksa ibu harus merelakan Kalung kesayangan ibu melayang karena di ambil rentenir itu." ratap ibu mertua.

"Maaf, Bu. aku tidak tau begini akibatnya." jawabku merasa bersalah.

"Permintaan maaf tidak menyelesaikan masalah. Bagaimana kalau suatu saat terjadi lagi. Ibu butuh uang dan kau sedang tidak ada di rumah?" celetuk Rani.

Aku terdiam. Begitu juga dengan mas Sigit. Dia menatap ke arahku dengan nanar.

"Kalau begitu, biar ibu saja yang memegang uangnya, May. Kalau kau butuh sesuatu, tinggal minta sama ibu." mas Sigit memutuskan.

Aku lihat ibu mertua menghapus air matanya.

"Tapi...?" aku merasa harus meluruskan semuanya. tapi mas Sigit terlihat sangat marah.

"Tidak usah di buat ribet. Biarkan ibu yang mengatur keuangan di rumah ini."

Aku tidak bisa membantah lagi.

Semua setuju dengan keputusan mas Sigit.

Aku berlalu ke kamar dengan langkah gontai.

Sebenarnya aku tidak masalah siapapun yang memegang keuangan. Tapi mereka sudah mencurangi mas Sigit dan suami ku tidak menyadarinya.

Malam harinya, Didit menghampiri kakaknya yang sedang duduk santai.

"Mas, ada kabar gembira." ucapnya bersemangat.

Sigit hanya tersenyum menyimak.

"Ada teman yang mengajakku kerjasama. Mas, pasti setuju. Ini tidak jauh-jauh dari pekerjaan mas Sigit sekarang ini."

"Oh,ya? Kerjasama di bidang apa?"

Sigit mulai serius.

"Judul beli onderdil motor. Tapi modalnya sama-sama setengah."

"Jangan terburu-buru mengambil keputusan. Selidiki dulu."

"Apa ya yang harus di selidiki lagi, dia temanku sejak kecil. tidak mungkin dia akan menjerumuskan ku."

"Memang butuh modal berapa?"

"Karena ini di awal, mungkin sekitar tujuh puluh jutaan."

"Tujuh puluh juta?"

Didit mengangguk.

"Tapi aku tidak punya tabungan sebesar itu."

Keduanya terdiam.

"Ada apa? sepertinya tegang sekali." Bu Karti duduk di antara mereka.

Lalu Sigit menceritakan semuanya.

"Apa salahnya membatu adikmu.?" suara ibu nya membuat Sigit jengah.

"Tapi darimana aku dapat kan uang sebesar itu, Bu?"

"Ayolah, ini pertama kali Didit menunjuk kan keseriusannya. Kau harus mendukungnya."

Sigit terdiam.

"Bagaimana, Mas?" Didit mulai mendesak.

Melihat Sigit terdiam, Didit merasa kecewa.

"Bukannya aku tidak mau membantu, tapi uang tabunganku saja tidak ada sebesar itu."

"Kita pinjam di bank dan usahamu itu jadi jaminannya." tukas ibunya.

"Baiklah kalau menurut ibu itu yang terbaik." akhirnya Sigit setuju.

Sebelum masuk ke peraduan. Sigit menceritakan semua pada istrinya.

"Tujuh puluh juta? Itu bukan jumlah yang sedikit, Mas. Darimana kau akan dapatkan uang sebanyak itu.?" aku mulai cemas. Takut kalau mas Sigit setuju.

"Aku sudah menyetujuinya. aku akan mengajukan pinjaman ke bank dan usahaku jadi jaminannya."

"Mas.." rasanya ingin. menjerit mendengarnya.

"Didit masih pertama kali terjun di dunia bisnis. kenapa kau percaya begitu saja"

"Tentu aku akan mengawalnya." jawab mas Sigit dengan mantap.

"Benar kata ibu. kalau kita tidak memberinya kesempatan kapan dia akan mandiri?"

"Tapi bagaimana kalau dia di tipu? bagaimana kalau ..?"

" Buang kecurigaan mu itu. Aku percaya karena ibu sudah meyakinkan ku." jawabnya tenang.

Benar-benar susah di beri pengertian.

'Aju kehilangan akal untuk membuatnya mengerti.

Perutku semakin membesar. Untuk ketenangan, aku minta ijin pada mas Sigit setelah melahirkan akan pulang ketempat ibuku sementara waktu.

Dan dia mengijinkan. Walaupun ibu mertua menentang keras tapi keputusan ku itu sudah bulat.

Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba.

Seorang putri cantik lahir ke dunia.

Aku melihat kebahagiaan di mata mas Sigit. Dengan bangganya dia menggendong si kecil. Tapi tidak dengan ibu mertua yang terlihat biasa saja.

"Lihat, Bu. Matanya seperti aku, sedang bibirnya seperti May.." ucapnya gembira.

ibunya hanya tersenyum samar. Tidak ada kebahagiaan menyambut cucunya dari Sigit.

"Tidak apa-apa, nak. Mereka boleh tidak suka dengan kehadiranmu. tapi ibu dan ayahmu sangat bahagia dengan kehadiranmu." batin ku.

Mas Sigit sedang mengurus administrasi untuk kepulangan ku. Tiba-tiba ibu mertua masuk ruangan ku dan mengambil bayi ku dari ranjangnya.

"Kau harus pulang kerumah. Ibu sudah siapkan semuanya...!"

"Kita sudah membahasnya. Aku akan pulang ketempat ibuku sementara waktu saja."

Ibuku yang ada di situ juga ikut mengangguk.

"Iya, besan. Aku tidak bisa kesana setiap saat untuk mengurusnya. Jadi ijin kan dia ke rumahku dalam beberapa hari." ibu ku memohon.

"Tidak bisa. Ini cucu pertama kami dari Sigit, ibu harus mengerti."

Dengan paksa ibu mertua membawa pulang putri kecilku.

Saat mas Sigit datang. Aku mengadukan semuanya sambil menangis.

"Maafkan aku, May. Aku tidak bisa menolak kehendak ibu. Aku takut durhaka." ucapnya menyesal.

Tidak ada yang bisa di bahas lagi. Aku terpaksa ikut pulang karena tidak mau terpisah dari putri ku.

Sampai di rumah, aku lihat keadaan sangat sepi. Di mana mereka membawa anak ku?

Saat di depan pintu aku mendengar suara tangisan bayi yang melengking.

"Bayi ku..!" aku berlari kearah suara itu.

Putri kecilku sedang menangis sendirian.

Aku menangis sejadi-jadinya. kenapa ibu mertua berbuat ini pada kami.

Mas Sigit juga ikut geram.

Ibu mertua muncul dengan wajah tanpa dosa.

"Ibu, kenapa ibu biarkan bayi kami sendirian dan kelaparan?" sergah mas Sigit.

"Aku mengerti bagaimana perasaan kalian sebagai orang tua baru. percayalah.. Bayi kalian tidak apa-apa. Ibu sudah pengalaman. Ibu sudah melahirkan empat anak." jawabnya santai.

Aku mendekap putriku dengan air mata berjatuhan. Bagaimana bisa seorang nenek setenang itu telah meninggalkan cucunya sendirian dalam keadaan menangis dan sendirian pula.

Sampai besoknya aku masih jengkel pada mertuaku.

Tapi mas Sigit menghiburku.

"Ibu benar, mungkin kita yang terlalu berlebihan menyikapi keadaan."

Aku tidak menanggapi ucapannya.

"Mas, tolong panggilkan Mak Icah untuk memandikan Bulan. Putri kecilku kami beri nama Rembulan sesuai dengan wajahnya yang cantik bersinar seperti rembulan.

"Baiklah.."

Mas Sigit berlalu keluar.

Karena melihat Bulan masih tertidur. Aku memutuskan untuk mandi.

Tapi baru saja aku mengguyur tubuhku. suara tangisan melengking sangat kencang.

Dengan tergesa ku pakai lagi pakaianku.

Astaga.. Ibu sedang merendam putriku di air yang dingin sampai bibirnya membiru.

"Ibuu..!" jeritku tanpa sadar.

"Kau diam saja. Kau pasti bertanya kenapa aku mandikan dengan air dingin, iya, kan?" jawabnya santai.

Saat itu mas Sigit datang membawa makanan Icah.

Dia juga merasa heran melihat Bulan kedinginan.

"Kau juga mau protes? Jangan terlalu lebay. Ibu sudah melahirkan empat anak. Jadi ibu sudah berpengalaman." sambut ya melihat tatapan mas Sigit.

"Tapi kasian, Bu. Dia masih bayi." aku yang menjawab.

"Justru karena masih bayi kita latih agar fisiknya kuat. Tidak sakit-sakitan.

Aku menangis karena iba melihat putri kecilku itu.

"Bilang, Mak. Apa aku salah?" tanya ibu mertua pada Mak Icah.

"Ibumu betul. Dengan di mandikan air di gin anakmu akan kuat dan kencang."

Ilmu darimana itu? Mama ada ajaran merendam anak di pagi buta dengan air dingin pula. Yang ada anak bisa mati karena kedinginan.

Terpopuler

Comments

Yuliana Tunru

Yuliana Tunru

sesak nafas baca x thor..pernikahan apa yg dijalani tiap hari selalu rasa fijebak agar tersingkir dan suami jd sapi perah klga x demi kata bakti klga..bingung jg cape kasihan bulan busa2 mati kedinginan

2024-07-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!