Keturunan

"Sayang, mana Bisma?"

Sang Ibu mertua mencium pipi Kiran dengan lembut dan memeluk erat. Sepertinya Ibu dari Bisma sangat beruntung sekali mempunyai menantu yang cantik dan juga baik seperti sosok Kiran.

Kiran mencoba tersenyum manis di hadapan sang Ibu dan Bapak mertuanya tersebut, karena dia pun tidak mau jika sang mertua tahu masalah yang menimpa antara hubungan dirinya dengan Bisma yang kurang harmonis.

"Kapan Mami di berikan cucu sama kamu, Sayang!" celetuk Sinta Ibu dari Bisma.

"Kiran dan Mas Bisma sedang berusaha Mii," ucapnya lirih dan nampak tidak berani menampakkan wajahnya, terlihat Kiran menunduk.

Sang Ibu mertua pun seakan mengerti dengan situasi yang ada. Kemudian dia pun mengalihkan obrolan. Sementara di sana sudah terlihat keluarga besar dari Bisma.

Kiran pun berlalu dari hadapan Ibu mertua untuk menyapa anggota keluarga lainnya.

"Tambah cantik saja kamu Kiran," ucap saudara dari Bisma yang tengah menggendong bayi mungil yang lucu. Dengan spontan Kiran pun menggendong bayi tersebut dan mencium gemas.

Sementara Sinta sang Ibu mertua hanya menatap sayu kepada menantunya tersebut. Tidak bisa dipungkiri Bisma anak tunggal dan Sinta sangat berharap agar bisa mempunyai cucu dari anaknya tersebut. Karena Bisma satu-satunya harapan baginya untuk mendapatkan cucu.

"Sabar,"

Pundak Sinta di sentuh halus oleh adiknya yang bernama Silvi. Adik dari Sinta yang notabene seorang wanita yang sedikit cerewet dan pribadi yang spontan. Jika ada masalah pun di dalam keluarga, dia yang selalu lantang maju ke depan. Sinta hanya mengelus dada dan tersenyum getir.

Sinta dan Silvi terlihat duduk sambil pandangan matanya mengarah kepada dua sosok yang tengah mencumbu sang bayi. Dan sang bayi tersebut tidak lain adalah cucu dari Silvi.

"Bisma tampan dan dia juga mapan. Pasti kalau dia punya madu lagi mampu. Hehehe,,," celetuk Silvi.

Sontak Sinta tersentak hatinya dengan apa yang di ucapkan oleh sang adik. Baginya apa yang di ucapkan oleh sang adik begitu berani dan tidak menjaga perasaannya. Namun bukan namanya Silvi kalau dia seseorang yang sangat berani dalam bicara.

"Kamu ngomong apa sih," Sinta Pandangan matanya mendelik.

Sinta pun berlalu dari hadapan Silvi, sang adik yang tengah tersenyum puas ke arah sang kakak. Silvi pun beranjak dari tempat duduknya, kemudian dia mendekati Kiran yang tengah menciumi cucunya.

"Ayo, Kiran kapan nyusul punya bayi seperti anak Tante, Desi," ucap Silvi terlihat duduk di pinggir Kiran.

Kiran nampak wajahnya merah merona tatkala mendapatkan sindiran dari sang Tante. Kiran hanya tersenyum getir ke arah sang Tante dan kembali menatap bayi dari Desi.

"Maa, nanti juga pasti akan punya bayi. Mungkin sekarang lagi menikmati masa kebersamaan dengan Mas Bisma," ucap Desi seakan meredamkan keadaan agar keadaan Kiran tidak gundah dengan perkataan Ibunya tersebut. Sifat dari Desi dengan Ibunya sangat beda, dia sangat santun dan selalu menjaga perasaan orang lain dalam berucap.

••••

Acara perayaan hari jadi sang Papi mertua pun nampak berlangsung khidmat yang hanya di hadiri oleh keluarga dekat saja dan nampak setelah acara selesai dan keluarga besar sudah pulang, baru sosok Bisma muncul. Dan hal.tersebut buat hati Kiran kesal dibuatnya. Dia menampakkan wajah cemberut kepada sang suami.

"Mas dari mana saja kamu, semua orang nanyain kamu dan kamu baru datang," sindir Kiran kepada suaminya tersebut.

"Maaf Sayang, tadi ada sedikit masalah di kerjaan aku,' jawabnya tersenyum lebar ke arah Kiran dan seakan tidak punya salah.

Bisma memeluk erat tubuh sang Mami dan juga Papinya. Dia juga mengucap kata selamat kepada Papinya tersebut. Sang Mami nampak membelai lembut pundak sang anak semata wayangnya. Bagi Sinta sang anak adalah seperti anak kecil yang masih membutuhkan belaian kasih sayang dan tanpa ragu Sinta selalu memberikan rasa perhatian yang begitu tulus dan selalu melindungi anaknya tersebut.

"Mau langsung makan Sayang?" Sinta memberikan tawaran kepada sang anak. Bisma hanya menganggukkan kepalanya dan melengos dari arah Kiran yang hatinya tengah kesal dan kecewa.

Setelah acara makan selesai Sinta terdengar membahas masalah cucu kepada anaknya tersebut dan sepertinya Sinta sudah ingin sekali mempunyai cucu dari anak semata wayangnya tersebut.

"Mami kasih tiket ke Bali dan Hotel tempat nginep untuk kalian liburan minggu depan," ucap Sinta.

Sontak Kiran dan juga Bisma terkejut tatkala mendengar kabar berita tersebut. Karena mereka tidak mau berlibur atau manfaatkan waktu berdua di karenakan keadaan mereka sedang tengah sibuk dalam bekerja dan hubungan mereka saat ini kurang harmonis.

"Tapi Maa,,," ucap Kiran menyela obrolan sang Ibu mertua.

"Pokoknya kamu jangan menolak Sayang, ini keputusan bulat agar kalian punya anak secepatnya. Kalian itu harus refreshing agar cepat punya momongan. Waktu berdua saja," sang Mami memberikan alasan.

"Tiap hari juga kita berdua kok Maa," Bisma sang anak menegaskan.

"Maksud Mami kalau berdua untuk liburan tidak ada kesibukan bekerja. Kiran, Mami udah minta ijin sama Shella bos kamu, kalau kamu minta ijin libur," ucap Sinta yang kebetulan bos dari Kiran adalah sahabatnya sendiri.

Terlihat Kiran dan Bisma hanya terdiam. Mereka seakan tidak bisa menolak tawaran yang diberikan oleh Sinta untuk liburan ke Bali.

•••••

Sesampainya di rumah terlihat Bisma memeluk erat tubuh istrinya dan sepertinya dia ingin bermesraan terhadap istrinya. Tapi nampak Kiran menolaknya karena dia pikir pikirannya sedang kalut dan masih ada rasa kecewa terhadap Bisma.

"Aku kangen Sayang," ucapnya lirih.

Kiran hanya terdiam dan menjauh dari hadapan suaminya tersebut. Nampak Bisma terlihat kesal, dia pun pergi keluar dari dalam kamar dan duduk di halaman rumah dengan meng3s4p r0k0k. Nampak terlihat Bisma menelepon seseorang dan percakapan mereka terlihat begitu akrab dengan diselingi canda dan tawa.

{"Mas, aku kangen sama kamu,"} ucap wanita yang bernama Febri, di sebrang sana terdengar lembut.

{"Baru saja tadi ketemu masa sudah kangen lagi,"} jawab Bisma tak kalah lembutnya ketika berbicara dengan wanita tersebut.

{"Mungkin karena aku sangat sayang dan cinta sama kamu. Mas terima kasih ya, kamu tadi sudah belanjain aku barang begitu banyak,"} dengan penuh manja sang wanita kembali berucap.

{"Santai saja Sayang, kamu tidak perlu berucap kata terima kasih karena kamu buatku nyaman,"} Bisma terlihat menengok ke arah belakang yaitu kamarnya dimana Kiran berada. Dia pun merasa takut kalau tiba-tiba Kiran datang menghampiri.

{"Mas, aku mau jadi madumu, agar kamu nanti punya keturunan dariku,"} goda wanita tersebut yang seakan memancing suasana agar lebih panas.

{"Tenang dong Sayang, semua butuh proses,"} Bisma terdengar pelan ketika berbicara.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!