Pagi hari, tepatnya di kediaman keluarga Nugraha, Nayla tampak kalang kabut. Ia bangun terlambat, semalaman ia tidak bisa tidur, salahkan Zean, kenapa ia membuat Nayla baper.
"Yaampun Kak. Kamu ini yah, pake acara terlambat segala, liat ini jam berapa? kamu berangkat sama siapa juga? motor kamu kan masih di bengkel." Omel Mamah Nayla menatap Nayla yang bergerak cepat memakai sepatu.
"Nay bisa naik angkot, Mah!" Jawab Nayla, dengan cepat ia menyalimi tangan Mamahnya dan menggendong tasnya. "Nay berangkat yah, Assalamualaikum." Pamitnya membuat Mamah Nayla menggeleng tapi tak urung membalas salam dari Nayla.
Nayla tersentak kaget ketika keluar dari rumah, ia mendapati seseorang tengah berdiri angkuh di samping mobil sport merah dengan tangan kiri yang di masukan ke dalam saku celana, dan tangan kanan yang tampak sedang mengotak atik ponsel ber soft cas birunya.
Itu Zean..
Zean tersenyum tipis menatap Nayla, ia memasukan ponsel berlogo apel miliknya kedalam saku. "Terlambat, hm?" Tanya Zean membuat Nayla mengerjapkan matanya lucu.
Zean maju mendekat, membuat Nayla was was setengah mati. "Nakal!" Tangan Zean menjitak kening Nayla pelan. Nayla mengerucutkan bibirnya.
"Sakit ish! nakal apasih? gue nggak nakal." Elak Nayla mengusap kening lebarnya.
"Tidak nakal, tapi bergadang? saya kan sudah bilang untuk langsung tidur dan beristirahat, tapi kamu malah bergadang." Sindir Zean.
Dia ko bisa tau sih? Batin Nayla.
"Saya tau karna saya liat tanda online kamu masih menyala sampai pukul 12." Ujar Zean seolah tau isi pikiran Nayla, "Ayo berangkat." Ajak Zean menarik tangan Nayla, membukakan pintu mobil, dan mendorong pelan tubuh Nayla untuk masuk ke dalam mobilnya.
Zean langsung menjalankan mobilnya menuju sekolah, beruntungnya jarak dari rumah Nayla ke sekolah tidak terlalu jauh. "Ini untuk kamu, kamu pasti belum sarapan." Zean menyerahkan kotak makanan ke pangkuan Nayla.
Lagi-lagi Nayla tersentak, ia menatap kotak makan berwarna biru yang ada di pangkuannya. "Itu saya sendiri yang memasaknya, semoga kamu suka. Maap jika rasanya tidak sesuai dengan selera kamu, Nayla." Ucap Zean menatap Nayla yang juga sedang menatapnya.
"Tapi lo nggak seharusnya repot-repot bikinin gue sarapan, Zean. Gue nggak mau, lo makan aja!" Tolak Nayla menyerahkan kotak makan biru itu.
"Saya sudah sarapan tadi, Nayla." Jawab Zean menatap Nayla dingin, "Saya sudah berusaha membuat itu untuk kamu, dan lagi-lagi kamu tidak menghargai pemberian saya? oh good! saya merasa sedih." Ujar Zean sedikit dramatis.
Nayla menghelas nafasnya, ia mendengus menatap wajah memelas Zean. "Yaudah, gue makan. Makasih yah." Nayla akhirnya mengalah, ia membuka kotak makan biru itu membuat Zean tersenyum cerah.
"Lo yang hias? konyol banget." Ejek Nayla menatap isi kotak makan itu, disana ada nasi goreng yang di hias seperti panda.
Mata Zean melotot, konyol katanya? hendak menjawab ejekan Nayla, tapi Nayla sudah angkat bicara duluan, "Gue suka tapi, ini lucuk." Pujinya, lalu memakan nasi goreng itu.
"Umm, ini juga enak! lo cocok jadi abang-abang nasi goreng, kenapa ngga jualan nasi goreng aja?" Tanya Nayla membuat Zaqi mendengus, sudah di bikin melayang tapi di jatuhkan lagi.
"Kamu mau saya jualan nasi goreng?" Tanya Zean yang langsung di jawab anggukan cepat oleh Nayla, "Kenapa saya harus jualan nasi goreng?" Tanya Zean ini sekali lagi, ia menatap Nayla yang terlihat rakus memakan nasi goreng itu, pipinya yang bulat tambah bulat seperti ikan buntal. Lucu sekali.
"Supaya gue bisa makan nasi goreng lo setiap hari." Jawab Nayla menelan kunyahannya, "Terus orang-orang juga pasti bakalan berbondong bondong beli nasi goreng lo, tapi lo tenang aja, gue bakalan jadi pembeli setia lo." Racau Nayla.
Zean menggelengkan kepalanya tak habis pikir, padahal ia akan senang hati membuatkan Nayla nasi goreng kapan pun Nayla mau. Zean memarkirkan mobilnya ketika sampai di parkiran sekolah. Ia menoleh menatap Nayla, "Sudah sampai, tapi sepertinya sudah bel masuk." Ujar Zean menatap sekolah yang terlihat sepi.
"Lo jadi telat gara-gara jemput gue, sorry yah.. " Ucap Nayla pelan, ia memasukkan kotak makan Zean kedalam tas miliknya. "Makasih karna udah jemput gue, dan udah ngasih gue bekal makan."
Zean tersenyum tipis, tangannya bergerak mengacak gemas rambut sebahu Nayla. "Ayo masuk, kita lewat belakang." Ajak Zean.
"Lo tau jalannya? gue aja yang udah 2 tahun disini nggak tau!" Nayla memicingkan matanya.
~♡~
Nayla menghela nafasnya kasar, ia mengusap keningnya yang berkeringat. Ide Zean memang bagus, tapi sepertinya nasib sial sedang menimpa mereka hari ini. Niat ingin menghindari hukuman dan memilih jalan belakang, tapi tetap saja mereka harus kena hukuman karna kepergok Pak Udin, salah satu guru BK sekolah mereka.
Hari ini cuaca juga sedang tidak berpihak pada mereka berdua, entah kenapa panasnya terasa berkali-kali lipat lebih panas dari hari hari kemarin. Meskipun badannya di lindungi oleh badan Zean, tapi tetap saja rasanya panas.
apalagi Zean yah?
Nayla menatap punggung tegap Zean, dapat Nayla lihat seragam belakang Zean sudah basah oleh keringat. Bibir Nayla tertarik ke atas, ia tersenyum tipis, sepertinya Nayla akan mempertimbangkan untuk membuka hatinya.
"Zean.. "
Zean menoleh, wajahnya memerah dengan keringat yang mengucur membuat dirinya terlihat berkali kali lipat lebih tampan dan hot dalam waktu bersamaan. "Kenapa? kamu merasa pusing?" Tanya Zean menatap Nayla yang masih menatapnya tanpa berkedip. Karena tak kunjung menjawab, akhirnya Zean mengambil tindakan, yaitu dengan cara menarik hidung mungil Nayla.
"Ihhh jorokk, idung gue berminyak tauuu!" Teriak Nayla mengusap tangan Zean, Zean terkekeh gemas. "Lebay." Cibirnya membuat Nayla mendelik.
"Lo it-- anjir! udah bel istirahat!" Panik Nayla tak menghiraukan mata Zean yang sudah membola mendengar umpatan Nayla. "Mulutnya.. " Gemas Zean menyentil bibir Nayla.
"Ish! hobi banget nyentil nyentil gue."
"Tidak baik berbicara seperti tadi, Nayla."
Nayla menganggukkan kepalanya, "Gue harus pergi dari sini, sebelum ada orang yang liat kita berdua di hukum bareng." Ujar Nayla panik, ia segera berlari ke tepi lapang, berbalik sebentar untuk melambai kepada Zean kemudian segera berlari.
Zean geleng-geleng kepala, Naylanya selalu terlihat lucu. Ehh tunggu, Naylanya? pikir Zean tersenyum tipis.
"Ngapain lo?" Tanya Irko salah satu teman Zean dari SD, SMP, dan sampai sakarang. "Kenapa lo bisa telat? biasanya juga lo ngga pernah telat." Ujar Irko penuh selidik.
Zean memang Typekal orang yang tepat waktu. Selama mereka berteman, dari SD sampai SMP Zean tidak pernah sekali pun terlambat.
"Saya kesiangan, semalam banyak sekali orang, jadi saya kesulitan untuk tidur." Elak Zean tapi tidak sepenuhnya berbohong. Karna memang benar, rumahnya semalam kedatangan banyak sekali orang, mereka adalah keluarga Almarhum Pak Asep yang datang dari kampung.
Awalnya Zean mau ikut ke pemakaman, tetapi Ibunya melarangnya dan menyuruhnya untuk bersekolah. Ibunya berkata.. "Biar saya yang datang, kamu sekolah saja"
"Ohh iyah, gue turut berduka cita yah atas meninggalnya Pak Asep."
Zean mengangguk, ia meraih tas gendongnya lalu memakainya, tapi hanya sebelah. "Terimakasih, saya lapar, ayo ke kantin." Ajak Zean membuat Irko mendengus.
"Ahh elah! gue nggak suka lo ngomong pake saya saya an."
"Saya tidak peduli kamu suka atau tidak."
~♡~
"Lo ada hubungan apa sama si Zean?"
"Diem, Usi."
"Lo pacaran sama si Zean?"
"Nggak!"
"Tapi kenapa lo bisa berangkat bareng?"
Nayla memutar bola matanya malas, "Gue lagi makan, bisa biarin gue makan dengan tenang?" Ujar Nayla ketus, membuat Usi terdiam.
"Yaaa maap, gue kan cuma penasaran Nay." Usi mengaduk-aduk Mie ayam miliknya, ia menatap Nayla yang sedang memakan semangkuk bakso dengan tenang. "Lo diem, berarti bener ada hubungan sama Zean." Ujar Usi membuat Nayla terdiam.
"Semalem aja lo langsung pergi ke rumah Zean pas denger bokapnya meninggal."
Nayla menggeplak tangan Usi, "Iyah! dan lo udah salah informasi, gue jadi ngga enak." Ujar Nayla kesal membuat Usi terkekeh. "Gue langsung ke rumah Zean karna gue ngerasa berhutang budi."
Dahi Usi berkerut, "Hutang budi apa?" Tanyanya kepo, Nayla ini memang typekal orang yang tidak enakan. Ibaratnya tuh.. Orang ngasih ikan mujaer, Nayla bales ngasih Ikan Megalodon.
Nayla tampak berpikir, ia tidak ingin Usi tahu apa yang sebenernya terjadi. "Itu.. motor gue mogok, dia nolongin gue." Ujar Nayla menjelaskan.
Mulut Usi membentuk huruf O, ia mengangguk paham membuat Nayla menghela nafas lega.
"Terus kenapa bisa berangkat bareng?" Tanya Usi membuat Nayla tak jadi lega, sial memang Usi ini.
"Karna nggak sengaja ketemu, gue tadi naik angkot." Jawab Nayla cepat, "Eh btw, lo mau liat gue turnamen nggak?" Tanya Nayla mencoba mengalihkan topik.
"Kapan? lo turnamen sama sekolah mana, Nay?" Tanya Usi dengan mata yang berbinar, Usi adalah gadis pencinta cogan.
"Heleh, gue tau akal bulus lo yah!" Nayla mengacungkan garpu ke hadapan Usi, "Besok, gue turnamen sama sekolah tetangga." Jawab Nayla membuat Usi bertepuk tangan heboh.
"Lo bakalan ketemu sama Alfi dong. " Ujar Usi tanpa sadar membuat Nayla terdiam, Usi yang menyadarinya pun langsung ikut terdiam.
Ohh good! dia salah bicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments