Tiga bulan terakhir ini Aya menjalani kehidupannya dengan lebih tenang. Dia tidak lagi bekerja di bar diseperti sebelumnya, karena gajinya sebagai model photo katalog sudah cukup untuk membiayai kehidupan sehari harinya.
Jadilah dia fokus pada tugas kuliahnya saja. Seperti saat ini dia dan tim nya mendapat tugas kelompok untuk membuat desain terbaik yang akan dipajang di butik kampus akhir bulan ini dan jika menang maka hasil karya mereka akan dipajang di butik ternama.
"Oke, aku rasa desain kita cukup bagus." ucap Aya memuji karya tim nya.
"Bagus sih kak Aya. Tapi bisa gak sih payet nya di lepas aja. Risih deh ngeliatnya." protes seorang junior mengomentari hasil desain yang mereka buat bersama sama.
"Eh lu bocil tau apa sih. Justru payet ini lah yang menjadi trend mode saat ini." Sanggah Anggi yang membuat Via tampak tidak suka.
"Norak yang ada." balas Via.
"Eh mulut lu bisa dijaga gak sih!"
Anggi dan Via pun berakhir bertengkar. Aya mencoba menjadi penengah antara mereka.
"Sudah jangan berantem terus!" teriak Aya.
"Jadi menurut kak Aya harus pake payet atau gak?" tanya Via yang masih terlihat sangat emosi.
Aya pun terdiam, dia tahu mood Via saat ini sedang tidak bagus. Apapun jawabannya tetap saja Via akan marah marah.
"Udah ya, Via lebih baik kamu pulang duluan. Kita lanjut lagi besok." saran Aya yang diangguki oleh junior lainnya dan juga anggota tim yang lain. Via pun terpaksa ikut mengangguk setuju.
Dengan cepat mereka mengajak Via pulang, sedangkan Anggi dan Ika malah tersenyum puas dengan kemenangan mereka melawan junior mereka yang menyebalkan seperti Via.
"Ada ada saja." gumam Aya yang lanjut membereskan semua barang miliknya. Dia bersiap untuk pulang saat ini.
Aya sangat merasa nyaman dengan kehidupannya akhir akhir ini. Dua minggu terakhir dia juga tidak bermimpi buruk lagi. Bisa tidur dengan nyenyak dan bangun dalam keadaan segar di pagi hari tentu membuatnya merasa jauh lebih baik.
Tapi, siapa sangka sebentar lagi kehidupan nyamannya akan segera diganggu oleh seseorang. Tentu saja itu karena Mentari yang memberikan nomor hp nya pada pria yang dia anggap brengsek yang menjadi pasangan hubungan satu malamnya yang tidak ingin dia ingat lagi untuk selamanya.
Kai yang sudah mencoba melupakan Aya tapi malah semakin merindukan Aya berakhir memutuskan untuk menanyakan tentang Aya pada Mentari. Dia yakin Mentari mengenal Aya sebab malam itu Aya hadir di acara ulang tahunya.
Begitu mendapat informasi tentang Aya, Kai pun bergegas mengatur rencana untuk bisa bertemu lagi dengan sosok cantik yang terus mengganggu pikirannya sejak tiga bulan terakhir ini.
Di rumahnya Aya justru sedang sibuk bersantai pagi ini. Dia sedang menonton drakor kesukaannya, tiba tiba suara getaran hp mengganggunya. Segera saja dia jawab panggilan itu tanpa melihat layar hp nya.
"Halo!"
Tidak ada suara, diseberang sana Kai sedang tersenyum lebar begitu mendengar suara Aya.
"Halo?!" Karena tidak ada jawaban, Aya melihat layar hp nya untuk mengetahui siapa yang menelponnya.
"Nomor baru..." Gumamnya, lalu kembali meletakkan layar hp ke telinganya.
"Halo, siapa ya?"
"Hai cantik."
Sapaan itu membuat kening Aya mengkerut bingung.
"Siapa ya?"
"Seseorang yang selalu merindukanmu."
Wajah Aya mengkerut kala mendengar kalimat itu. Dia bahkan berdecak kesal.
"Maaf jika tidak penting, lebih baik tidak usah menelpon!"
"Tunggu, tunggu... jangan akhiri dulu, cantik. Aku masih ingin mendengar suaramu."
Aya mendengus kesal, menarik napas untuk menetralkan emosinya.
"Anda siapa?" tanyanya sekali lagi sambil mengantapkan giginya.
"Mmm, kita pernah menghabiskan malam bersama..."
Mata Aya membola kala mengingat suara serak yang khas itu. Ya, dia tau sekarang siapa yang bicara padanya.
"Ada apa? Apa anda membutuhkan tubuh saya lagi, tuan?!" ujarnya kesal dan mencoba menahan untuk tidak memaki.
"No. Tentu tidak cantik. Aku hanya ingin bicara sama kamu."
"Maaf saya sibuk."
Aya mengakhiri panggilan itu. Dia terdiam, matanya tampak kosong menatap jauh kedepan. Tubuhnya terasa gemetar dan dadanya kembali terasa sesak. Ada perasaan kesal marah dan takut bercampur menjadi satu.
"Tidak. Dia hanya pria brengsek yang menginginkan tubuhku."
"Berhenti memikirkannya Aya. Tidak ada yang mencintaimu di dunia ini. Jangan percaya pada mereka yang datang dengan kata kata manis, pada akhirnya mereka akan membuangmu seperti sampah."
Hp nya bergetar lagi, panggilan dari nomor yang sama. Dengan cepat dia kembali menjawabnya.
"Ada apa lagi?!"
"Jangan marah marah dong cantik. Nanti cepat tua loh."
"Biarin. Lagi pula siapa juga yang peduli!"
"Tentu aku peduli cantikku."
Huh!
Aya benar benar kesal saat ini.
"Aku cuma mau bilang, sampai ketemu nanti, cantik."
"Gak mau, gak akan!"
"Ayolah cantik, aku merindukanmu."
"Maaf tuan, jika anda ingin bermain main anda salah orang."
"No, aku tidak ingin bermain main. Kali ini aku serius. Aku ingin mengenal kamu lebih dekat lagi."
"Brengsek, bajingan, gila!" maki Aya yang langsung mengakhiri panggilan.
"Gak mungkin dia kan? Kalaupun dia, pasti dia mengira aku orang lain. Ya, dia pasti salah orang. Mustahil pria brengsek sepertinya ingin mengenalku."
Hp Aya kembali bergetar dan segera dia jawab panggilan itu lagi dari nomor yang sama.
"Apa lagi!"
"Hanya ingin mengatakan bahwa kamu satu satunya yang boleh memanggilku brengsek. Itu terdengar menggemaskan saat kamu yang mengucapkannya."
Mata Aya membola kala pria itu mengatakan dipanggil brengsek terdengar menggemaskan. Sungguh diluar nalar.
"Dasar aneh, gila."
Panggilan berakhir lagi. Mood Aya benar benar buruk saat ini dia bahkan sudah tidak bersemangat melanjutkan drakornya.
Sementara itu diruang gym pribadinya, Kai yang sudah selesai berolahraga tersenyum senang karena bisa mendengar suara dari wanita yang mengganggu pikirannya beberapa bulan terakhir.
"Menggemaskan. Aku suka saat dia marah marah." gumamnya tersenyum senang.
Sedangkan Aya, dia bergegas mandi karena dia harus ke kampus sore ini untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan tim nya.
Tepat pukul tiga sore, Aya pun bergegas menuju kampus. Tapi begitu tiba di lantai dasar gedung kontrakannya, dia dihentikan oleh madam Yuni si pemilik gedung.
"Sore nak Aya. Mau ke kampus ya?"
"Iya madam." Sahut Aya singkat.
"Buru buru amat. Gak mau nih madam kasih nomor hp cowok ganteng?!" Mencoba menggoda Aya.
"Waduh makasih loh madam, tapi aku tidak tertarik." tolak Aya sopan.
"Ih padahal nih cowok ganteng loh Ay. Lagian ya di kontrakan madam ini cuma kamu yang gak pernah bawa pasangan. Madam merasa kasihan loh sama kamu jomblo terlalu lama. Punya pasangan bisa mengurangi stres loh Aya."
"Makasih loh madam atas perhatiannya, tapi aku nyaman kok jomblo. Aku pamit mau ke kampus dulu, madam. Bye..."
Aya buru buru meninggalkan madam Yuni yang baik hati yang mencoba memberi perhatian padanya, meski kadang perhatiannya lebih membuat tidak nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments