3 One night stand

Pria itu membawa Aya ke apartemennya. Saat ini dia memperlakukan Aya dengan sangat lembut, dia tidak bermain kasar seperti biasanya. Aya yang diam saja membuatnya berpikir bahwa gadis polos itu setuju untuk tidur dengannya malam ini.

Entah bagaimana dan seperti apa, Aya baru menyadari bahwa kini dia sudah berada di ranjang luas dengan posisinya berada di bawah pria asing itu yang terus menyentuhnya.

Rasanya aneh kali ini, berbeda dan lama kelamaan Aya menyukai sentuhan sentuhan pria itu. Bayangan menakutkan masa lalu pergi begitu saja untuk sesaat, sampai Aya merasakan sesuatu masuk kedalam dirinya. Matanya tertutup rapat, tangannya menggenggam erat kain sprei, dan dia menangis tanpa suara.

"Maafkan aku, aku tidak bisa berhenti saat ini." bisik pria itu dengan suara serak menahan erangannya saat melihat bulir bening menetes dikedua sudut mata Aya.

Dia tahu gadis yang kini disentuhnya sedang dalam kondisi tidak nyaman dan merasa sakit. Tapi, dia benar benar tidak bisa berhenti saat ini. Satu satunya yang bisa dia lakukan dengan mempercepat kerjanya untuk menyelesaikan lebih cepat.

Begitu selesai, dia memeluk erat tubuh Aya dan memberi kecupan di keningnya. Untuk beberapa saat Aya terdiam dalam pelukan pria asing yang sudah memejamkan matanya itu. Menyadari pria itu sudah tertidur pulas, Aya pun segera bangkit dari tempat tidur dengan perlahan agar tidak membangunkannya.

Aya memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. Memakainya kembali dan dia keluar dari tempat itu dengan perasaan yang tak menentu. Dia tidak bisa mengatakan ini pelecehan sebab dirinya juga ikut menikmati. Sehingga dia memutuskan untuk mengatakan ini hubungan satu malam dan berakhir malam ini juga.

Kini Aya sudah tiba di rumah kontrakannya yang mirip seperti apartemen karena gedungnya terdiri dari empat lantai dan Aya berada di lantai empat. Kontrakan ini sangat bebas, tapi sangat teliti terhadap obat obatan terlarang.

Pemilik gedung ini selalu memeriksa bahwa semua penyewa harus bersih dari obat obatan terlarang. Dia tidak peduli tentang penyewa yang kumpul kebo, selama mereka tidak telat membayar uang sewa dan bersih dari obat obatan terlarang, maka tidak ada masalah sama sekali.

Aya sudah tinggal di sini sejak awal kuliah dan dia merasa nyaman. Orang orang di tempat ini tidak pernah ikut campur urusan orang lain. Mereka sibuk dengan urusan masing masing, sehingga tidak ada gosip sana sini yang beredar sesama penyewa rumah kontrakan di tempat ini.

Dan ya, disini lah Aya saat ini. Berbaring di tempat tidurnya setelah dia mandi dan berganti dengan stelan piyamanya.

"Lupakan semuanya, Aya. Semua laki laki sama saja, brengsek." Bisiknya pada diri sendiri.

"Dia juga salah satu dari kumpulan para laki laki brengsek itu."

Perlahan dia memejamkan mata lalu tertidur dengan memeluk lututnya tanpa selimut.

Jarum jam berputar, hingga tak terasa pagi pun datang lagi. Pria itu terbangun di ranjangnya sendirian. Dia terkejut karena Aya tidak lagi berada di ranjangnya.

"Kemana wanita itu? Oh sial, ini pertama kalinya aku ditinggal seperti ini." gumamnya sambil mengusak wajah dan kepalanya.

Namanya Kai Abian Anggara, dia berusia 33 tahun. Dia seorang pengusaha muda yang memulai usahanya dibidang pembangunan dan desain interior sejak sepuluh tahun yang lalu. Dan sekarang perusahaannya sudah masuk top dua puluh perusahaan terbaik se Indonesia.

Pria yang tampak sempurna itu hanyalah pria normal seperti pada umumnya. Tiga tahun terakhir pria yang akrab di panggil Kai itu bahkan punya kebiasaan tidur dengan wanita yang berbeda. Entah mengapa dia menjadi sangat stres apa bila tidak melakukan hal itu. Dia melakukannya tidak setiap malam, hanya empat atau lima kali dalam tiga bulan saja.

Dia tidak suka hubungan yang terikat dengan wanita manapun. Dia hanya menginginkan hubungan satu malam saja lalu mengakhirinya malam itu juga. Dapat dipastikan Kai tidak akan menemui wanita itu lebih dari tiga kali pertemuan saja.

Setiap hubungan satu malamnya, dia akan melakukannya di kamar hotel. Dia tidak suka melakukan hal itu di kamar apartemennya. Dia juga selalu meninggalkan wanitanya lebih dulu setelah mendapat apa yang dia mau.

Tapi kali ini Kai membawa Aya ke apartemennya dan yang lebih lucunya, dia malah ditinggalkan lebih dulu oleh gadis manis yang dia kira masih polos dan lugu itu.

"Gila. Ini pertama kalinya gue ditinggal duluan." gumamnya sambil menyikat giginya.

Wajahnya tampak sumringah dan sedikit merona saat mengingat apa yang terjadi tadi malam.

"Gue kenapa sih? Gak biasanya gue merasa seperti ini setelah bermalam..." gumamnya merasa heran pada dirinya sendiri.

"Jantung gue kok jadi jedag jedug gini sih!" menyentuh dadanya yang terasa aneh. Detak jantungnya terasa lebih cepat dan dia merasakan sensasi seperti sedang disengat listrik.

"Jangan jangan..." matanya melotot menatap cermin didepannya.

"Akh gue mikir apaan sih..." Buru buru berkumur, lalu membasuh wajahnya dan lanjut mandi.

Sedangkan Aya, pagi ini sudah berada di toko yang menjual bahan kain untuk membuat baju.

"Pak, bahan kain ini ada yang warna biru langit gak?" tanyanya pada pemilik toko.

"Waduh, stoknya habis neng. Kalau mau nunggu, akhir pekan deh sampai."

"Ya, padahal butuhnya hari ini pak."

"Kalau gitu neng cari di toko lain saja."

"Udah keliling pak. Tapi kainnya gak sama seperti kain di sini." ucap Aya.

Dia sudah langganan di toko ini sejak awal kuliah. Kain yang ada di toko ini sangat bagus menurutnya. Warna yang tersedia pun sangat bervariasi dan pemilik toko juga suka memberi saran padanya saat sedang minim inspirasi desainnya.

"Kalau warna biru ini mau gak neng?"

Aya melihat kain itu, warnanya sedikit lebih muda dari warna langit. Tidak sesuai dengan apa yang sedang dia rencanakan untuk desainnya saat ini.

"Boleh deh pak, dari pada gak ada. Aku ambil lima meter ya."

"Baik neng."

Sembari menunggu kainnya siap, Aya menyempatkan memeriksa hp nya.

"Tari!"

Dia mendapat panggilan tak terjawab dari Tari sebanyak delapan kali. Segera saja dia menelpon balik sahabatnya itu.

"Ada apa Tari? Aku di pasar sekarang!"

"Kak Aya baik baik aja kan?"

"Iyalah, memangnya kenapa?"

"Oh syukurlah. Aku khawatir loh kak. Tadi malam aku mabuk, terus aku gak ingat apa apa. Tau tau udah ada dirumah. Diantar sama mas Elang. Aku khawatir aja kak Aya kenapa kenapa, soalnya aku gak ingat kak Aya pamit pulang apa gak sama aku, terus aku juga gak ingat kapan kak Aya pulangnya."

"Oh tadi malam aku pulang duluan. Aku ingat ada tugas yang belum selesai, makanya buru buru pulang sampai lupa pamit sama kamu. Sorry ya, Tari."

"Iya gak apa apa. Aku senang kak Aya baik baik aja. Yaudah aku mandi dulu ya, kepalaku masih pusing nih. Kebanyakan minum deh kayaknya tadi malam."

"Ya udah sana mandi dulu."

Panggilan berakhir dan Aya mendapatkan belanjaannya. Dia pun bergegas menuju kampus untuk menyelesaikan tugas desainnya kali ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!