Cemas

Mentari benar-benar kedinginan, sampai saat turun bibirnya sudah berubah warna.

Sumpah demi apa pun dia tidak mau lagi naik motor, disaat dirinya belum bisa beradaptasi dengan hawa dingin ditempat tinggal Omnya.

"ini, Om" ucap Mentari memberikan jaket yang sudah dia lepas dari tubuhnya.

Tian yang awalnya belum melihat keadaan Mentari bersikap biasa saja, namun berbeda ketika dia hendak mengambil jaket yang disodorkan Mentari.

"Astagfirullah, Tari kamu kenapa?" tanya Tian kawatir sungguh dia kawatir saat melihat wajah Mentari, terutama bibirnya yang terlihat berubah warna.

"Masih nanya? udah tahu dari tadi aku kedinginan," jelas Mentari namun dia tidak tahu jika wajahnya sangat membuat cemas Tian.

"Apa kamu demam?" ucap Tian yang seolah tidak mendengar penjelasan Mentari. entahlah rasanya dia tidak percaya jika Tari hanya kedinginan terbukti wajahnya seperti orang yang sakit karena demam, dan untuk memastikan apakah dugaannya benar atau tidak, Tian menyentuh kening Mentari tanpa permisi.

Eh, yang punya kening, kini menatap tangan yang berada diatas keningnya, dan rasanya sungguh aneh, terasa banyak bunga bermekaran didalam hati Mentari.

Dan hal itu membuat Mentari bertanya-tanya ada apa dengan hatinya, namun setelah dipikir mungkin karena ini pertamakalinya ada orang lain yang menyentuh keningnya selain ibu, ayah juga abangnya, jadilah perasaan itu muncul.

Ya, mungkin karena itu, pikir Mentari meyakinkan diri agar tidak berpikir yang macam-macam.

"Kening kamu sangat panas." ucap Tian dan Mentari yang mendengar ucapan Tian langsung mengecek suhu tubuhnya, tapi bukan kening yang dia periksa melainkan lehernya. sambil bertanya-tanya. apa iya dia demam.

Memang terasa panas tapi dia tidak merasa seperti sedang demam.

"panas bukan? ini pasti kamu sakit." ucap Tian yakin.

"Tidak Om, aku tidak sedang sakit, memang terasa panas, tapi aku yakin aku tidak sedang sakit, mungkin ini cuman karena aku kedinginan aja, nanti setelah minum air hangat, pasti suhu tubuhku kembali normal" ucap Mentari penuh keyakinan.

Namun Tian tidak percaya begitu saja dan memilih mengajak Mentari kerumah sakit atau pulang untuk beristirahat.

Namun Mentari menolak karena yakin jika dia tidak sakit. Sedikit berdebat dan pada akhirnya Mentari berkata "Om, beneran aku gak kenapa-kenapa, aku cuman kedinginan, kalau gak percaya ayo ikut kekantin!"

"Ngapain, kekantin?" bingung tian, dia menawarkan rumah sakit atau rumah eh Mentari malah ngajak kekantin.

"Cari yang anget-anget Om, biar suhu tubuh aku kembali normal." jelas Mentari sambil berlalu pergi kearah kantin, tak perduli Tian mau ikut atau tidak yang jelas sekarang dia ingin minum air hangat atau apa pun yang hangat.

Mentari meminta teh manis hangat pada ibu kantin, dan ternyata Tian juga ikut karena kawatir, tentu saja, apalagi selama tinggal dirumahnya Mentari adalah tanggung jawabnya.

Tian sudah menunggu disebuah bangku dan Mentari langsung duduk didekat Tian.

"Aku pikir Om gak akan ikut kemari." dan Tian hanya diam enggan membalas perkataan Mentari karena fokusnya hanya pada wajah pucat Mentari yang membuatnya sangat cemas.

Dua teh manis hangat sudah tersaji didepan mata, dan Mentari memberitahu jika satu gelas lagi untuk sang Om.

"Terimakasih" ucap Tian yang tidak menyangka jika Mentari juga memesankan teh hangat untuknya, ya Tari awalnya hanya memesan satu namun saat tahu jika Omnya ikut kekantin, Mentari pun memesan dua gelas.

"Sama-sama, Om, lihat dan perhatikan" ucap Mentari sebelum minum teh hangat itu.

Air teh yang hangat mulai mengalir didalam perut Mentari dan rasa hangat diperutnya itu, membuat seluruh tubuhnya menghangat dan dengan otomatis bibir Mentari pun mulai berubah warna, dan hal itu tidak lepas dari penglihatan Tian, dan saat melihat bibir Mentari berubah warna, Tian langsung mengalihkan pandangannya, Entahlah sepertinya bibir Mentari berhasil membuat pikiran Tian sedikit berimajinasi.

"Kenapa Om?" bingung Mentari saat melihat Tian mengalihkan pandangannya.

"Tidak, ya sudah karena kamu sudah baikan, Om pergi dulu." ucap Tian pamit dan Mentari hanya mengangguk karena sedang meminum tehnya lagi.

Setelah kepergian Tian teman-teman Mentari, yang sejak tadi melihat interaksi Mentari dan Tian , kini langsung menghampiri Mentari dan tanpa permisi langsung duduk dihadapan Mentari dengan wajah yang penuh dengan rasa penasaran.

"Apa? ada apa? apa kalian ingin tahu siapa yang bersamaku tadi?" tebak Mentari, setelah melihat wajah penasaran kedua temannya.

Episodes
1 Mentari
2 Berbeda
3 Sarapan
4 Yakin????
5 Cemas
6 Keponya Andini dan Aira
7 Perhatiannya
8 Tidak perlu jaim
9 Jalan-jalan
10 Jalan kaki
11 Berteriak
12 Tenggelam
13 Ponsel lagi
14 Penunggu danau
15 Cara makan lagi
16 Tidak akan pernah terlupakan
17 Sepercaya itu
18 Abang...
19 Seperti makhluk halus
20 Biar berkesan
21 Salim om salim
22 Kepergian yang mendadak
23 Terasa disidang
24 100% yakin
25 Salah satu mimpiku
26 Kapan pulang?
27 Pak Rt
28 Bukan mimpi
29 Tetap salah
30 Ngalahin hutan lindung
31 Pesona Tian
32 Panti asuhan
33 Sikap Mentari
34 Kepulangan Anyelir
35 I love you Om
36 situ apakabar
37 Kalau kesel ya kesel aja.
38 Aku capek!!!!
39 Permintaan Ayah
40 Rencana Andri
41 Maaf Bos muda
42 Yakin?????
43 Kepanikan Bayu
44 Gara-gara kau
45 Aku mendengarnya
46 Lari pun percuma
47 Cerita tempo hari
48 Sesuatu yang belum pasti benar
49 Apa yang aku tidak tahu???
50 Aku ingin bertanya
51 Tega
52 Sandiwara Mentari
53 Opsi lain
54 Dengarkan dan lihat!!!
55 Apa aku bisa???
56 Bayangan Indah
57 Apa dia sakit???
58 Sepolos itu
59 Terserah Om
60 Kalian dimana???
61 Suami macam apa???
62 Bayu!!!!
63 Sebuah pencarian
64 Setengah mati mencarimu
65 Ada yang aneh
66 Kenapa??
67 Seperti membodohi diri sendiri
68 Bang!!
69 Geser sedikit
70 Normal kali
71 Cemburu
72 Rencana
73 Selamat berjuang
74 Baiklah Tunggu!!!
75 Apa ini mimpi????
76 Sengaja
77 Telat.
78 Sorot mata yang berubah
79 Serba salah
80 Untuk malam ini
81 Tamat
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Mentari
2
Berbeda
3
Sarapan
4
Yakin????
5
Cemas
6
Keponya Andini dan Aira
7
Perhatiannya
8
Tidak perlu jaim
9
Jalan-jalan
10
Jalan kaki
11
Berteriak
12
Tenggelam
13
Ponsel lagi
14
Penunggu danau
15
Cara makan lagi
16
Tidak akan pernah terlupakan
17
Sepercaya itu
18
Abang...
19
Seperti makhluk halus
20
Biar berkesan
21
Salim om salim
22
Kepergian yang mendadak
23
Terasa disidang
24
100% yakin
25
Salah satu mimpiku
26
Kapan pulang?
27
Pak Rt
28
Bukan mimpi
29
Tetap salah
30
Ngalahin hutan lindung
31
Pesona Tian
32
Panti asuhan
33
Sikap Mentari
34
Kepulangan Anyelir
35
I love you Om
36
situ apakabar
37
Kalau kesel ya kesel aja.
38
Aku capek!!!!
39
Permintaan Ayah
40
Rencana Andri
41
Maaf Bos muda
42
Yakin?????
43
Kepanikan Bayu
44
Gara-gara kau
45
Aku mendengarnya
46
Lari pun percuma
47
Cerita tempo hari
48
Sesuatu yang belum pasti benar
49
Apa yang aku tidak tahu???
50
Aku ingin bertanya
51
Tega
52
Sandiwara Mentari
53
Opsi lain
54
Dengarkan dan lihat!!!
55
Apa aku bisa???
56
Bayangan Indah
57
Apa dia sakit???
58
Sepolos itu
59
Terserah Om
60
Kalian dimana???
61
Suami macam apa???
62
Bayu!!!!
63
Sebuah pencarian
64
Setengah mati mencarimu
65
Ada yang aneh
66
Kenapa??
67
Seperti membodohi diri sendiri
68
Bang!!
69
Geser sedikit
70
Normal kali
71
Cemburu
72
Rencana
73
Selamat berjuang
74
Baiklah Tunggu!!!
75
Apa ini mimpi????
76
Sengaja
77
Telat.
78
Sorot mata yang berubah
79
Serba salah
80
Untuk malam ini
81
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!