Satu Bulan sudah berlalu dan tanpa diduga Tian kini selalu bangun terlambat, berbeda saat sebelum Mentari tinggal dirumahnya, dan hal ini juga membuat Mentari bertanya-tanya kok bisa, Omnya itu bilang jika dia selalu sarapan nasi goreng dirumah, setiap paginya dan dia juga berkata jika dia membuatnya sendiri, padahal selama Mentari tinggal bersama Tian, omnya itu tidak pernah bangun lebih dulu darinya.
Dan untuk memuaskan rasa penasarannya kini Mentari yang kebetulan sudah selesai sarapan, berkata "Om, jujur aku bingung."
Tian yang mendengar ucapan Mentari, tentu langsung melihat kearah Mentari, dengan kening mengkerut pertanda jika dia bingung akan ucapan Mentari, dan Mentari yang mendapat respon langsung melanjutkan ucapannya "Gini, apa Om bohong tentang om yang sering sarapan pagi dirumah, bahkan membuat sarapan sendiri?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu" ucap Tian yang belum mengerti arah pembicaraan Mentari.
"Gini om, Tari ajah harus bangun pagi banget supaya bisa nyiapin sarapan, nah Om, kenapa bisa buat sarapan dan memakannya dirumah, sementara Om bangun saja selalu kesiangan?"
"Oh, itu ternyata, yang membuat kamu bingung. Dengar om tidak berbohong karena memang sebelum kamu tinggal disini, om selalu bangun sangat pagi, tapi setelah kamu hadir entah kenapa Om selalu bangun kesiangan, mungkin di alam bawah sadar om, om berpikir, tak perlu bangun terlalu pagi, toh ada ponakan yang pasti sudah membuat sarapan."
"Yakin?? gak bohong Om??" rasanya Mentari masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan om nya itu. Walau mungkin itu benar.
"Kamu mau percaya atau tidak juga om gak perduli, oh iya kamu jadi om anter atau kamu mau naik ojek?" tanya Tian yang ingat jika Tari ingin diantar ke kampus karena mobilnya bermasalah.
"Jadilah om, dari pada harus naik ojek mending dianter Om, sekalian mau pamer ketemen-temen, kalau aku punya Om yang tampan dan masih jomblo."
"Dasar, jadi ceritanya mau promosiin om sama temen-temen kamu?" tebak Tian yang tahu maksud ucapan Mentari apa.
"Pintar, Omku ini memang pintar." ucap Mentari memuji dan yang di puji sama sekali tidak perduli.
Mereka kini sudah berada dijalan raya menuju kampus Mentari, dan karena mereka naik motor, jadilah Mentari yang masih beradaptasi dengan hawa dingin diKota tempat tinggalTian, sangat kedinginan dan saat melihat punggung sang Om dia langsung memeluk tubuh Omnya itu tanpa izin.
Dan sang Om yang dipeluk langsung menghentikan motor yang dia bawa, karena kaget , sungguh kaget jantungnya benar-benar tersentak dan jangan lupakan darahnya yang berdesir sangat cepat saat tubuh Mentari merapat ketubuhnya, oh iya jangan lupakan dua gundukan yang terasa empuk itu.
Sungguh Tian kaget, karena seumur hidup baru kali ini ada orang yang memeluknya dan pelakunya adalah keponakannya sendiri.
Cepat cepat Tian melepas tangan Mentari yang belum terlepas dari perutnya.
Mentari tentu langsung melepaskan tangannya tanpa drama, namun jujur bingung Juga kenapa mendadak berhenti.
"Om kenapa?"
"Kaget, kenapa kamu peluk Om?" kawab Tian cepat dan langsung bertanya.
"Aku kedinginan Om, ini pertama kalinya aku bepergian naik motor, dikota yang sangat dingin ini" Jujur Mentari dan helaan napas Tian yang terdengar sangar berat terdengar sangat jelas ditelinga Mentari, dan hal itu membuat Mentari bingung, namun dia tidak berniat untuk bertanya kenapa.
Tian yang mengerti tentang rasa dingin mentari, langsung membuka jaket yang dia kenakan, dan setelah itu, dia memberikan jaket itu pada Mentari sambil berkata "Pakai ini dan jangan pernah memeluk Om lagi, ingat itu!!"
Mentari menerima jaket tersebut dengan mulut yang terus bergerak, sepertinya sedang mengumpati sang Om yang lebay.
"Om," ucap Mentari setelah memakai jaket Omnya.
"sudah jangan banyak tanya, pokoknya jangan pernah peluk Om," ucap Tian yang berpikir jika Mentari akan menanyakan kenapa mentari dilarang memeluknya.
"Iya, iya, aku paham." ucap Mrntari namun agaknya pahamnya Mentari hanya dimulut saja, terbukti setelah rasa dingin menusuk kembali kedalam tulang, Mentari memeluk Omnya itu dan tentu saja Tian yang tidak suka langsung menghentikan motornya lagi dan melepaskan tangan Mentari dari perutnya.
"Tari gak enak dilihat orang, Om ini seorang guru." ucap Tian beralasan, walau sebenarnya bukan itu alasan utamanya, Tian berkata dengan nada kesalnya, namun tidak sedikitpun membuat Mentari takut.
"Oh itu alasannya, kenapa gak bilang dari tadi Om, mungkin jika Om bilang dari tadi, aku gak akan meeluk Om lagi." ucap Mentari yang kini paham kenapa sang Om marah saat dia memeluknya dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments