Sarapan

Hari telah berganti dan Mentari yang sudah terbiasa bangun pagi, kini sedang berada diarea dapur, setelah tadi selesai dengan kewajiban dipagi harinya.

Tujuan mentari berada didapur tentu saja untuk membuat sarapan, untuk dirinya juga sang Om saja, karena Bayu sudah pulang kemarin sore.

Sementara itu, Tian yang baru bangun, langsung keluar kamar, untuk kekamar mandi yang kebetulan ada diarea dapur.

Tian yang belum sepenuhnya menguasai kesadarannya, beberapa kali mengerjapkan matanya, memastikan apa yang dia lihat sekarang nyata, bukan halusinasinya saja.

Dia merasa berhalusinasi, karena melihat Mentari yang dia pikir manja, kini sedang memasak didapur, mungkin saking tidak percayanya, dia sampai berpikir seperti itu.

"Om, ngapain diam disitu, ntar subuhnya keburu abis" ucap Mentari yang tahu jika Omnya terdiam cukup lama setelah masuk area dapur.

Bukannya langsung menuju kamar mandi, Tian justru menghampiri Mentari "Tari, kamu masak?" sebuah pertanyaan yang membuat dahi Mentari mengkerut, karena bingung kenapa omnya bertanya seperti itu, padahal sudah jelas bukan, jika dia sedang memasak.

"Maksud om, kamu bisa masak?" ucap Tian memperjelas pertanyaannya tadi.

"Oh, tentu saja bisa om, gini-gini aku sudah belajar cara bertahan hidup mandiri dari ibu, jadi selama aku tinggal disini, sarapan aku yang buat, namun untuk makan siang dan malam, Tari tidak bisa janji,"

Jujur Tian kaget dengan apa yang diucapkan Tari, pasalnya dia masih saja pikir jika gadis yang ada dihadapannya itu, adalah gadis manja yang ini, itu, pasti selalu dilayani pembantu, secara Mentari adalah anak perempuan satu-satunya dari Juna dan Anyelir, yang kebetulan orang berada.

"Om, malah bengong, cepetan itu subuhnya sudah mau habis" ucap Mentari sambil melihat jam yang kebetulan ada disudut dapur.

Tian yang sudah melihat jam langsung bergegas, tanpa berkata apa-apa lagi, karena waktu subuh memang sudah hampir habis, dan sungguh rasanya aneh saat ada yang mengingatkannya tentang waktu salat, karena biasanya dia tidak perlu diingatkan dan tanpa disadari Bibir tian menipis.

Selesai menunaikan ibadah pagi, Tian langsung menuju dapur, entahlah penasaran sekali dengan sarapan yang dibuat Mentari, apakah enak atau tidak.

"Tari!!" ucap Tian saat akan duduk dikursi yang menghadap Mentari.

"Ya om" ucap Mentari sambil menatap Tian.

"Itu ponsel kamu disimpan dulu, jangan sarapan sambil main ponsel."

"Iya maaf om, habis om lama jadi aku sarapan sambil main Hp, niatnya agar bisa sarapan sama om, maklum, kalau aku gak main Hp, mungkin kita gak bakalan bisa sarapan bareng." jawab Mentari sambil tersenyum.

"Kenapa seperti itu?"

Mentari sebenarnya enggan menjawab pertanyaan omnya itu, tapi setelah dipikir toh besok atau lusa pun omnya pasti tahu, jika dia adalah tipe orang yang makan dengan cepat, "Aku tipe orang yang makan dengan cepat"

Tian hanya mangut-mangut, pertanda mengerti maksud ucapan Mentari, dan Mentari yang penasaran akan komentar Tian, atas masakannya kini menatap sang Om yang akan menyuapkan makanan yang dia buat.

Tian yang sadar akan tatapan Mentari tidak jadi memakan makanannya dan dia malah kembali menaruhnya dipiring, sambil berkata "Kamu kenapa?"

"Is kenapa ga jadi dimakan sih Om, padahal dari tadi aku tuh pingin denger komentar Om, tentang masakan aku" kesal Mentari karena harus lebih lama menunggu komentar dari sang Om.

"Oh" kini Tian sudah paham arti tatapan Mentari, dan tanpa menunggu lama dia langsung menyuapkan makanan yang tadi sempat dia simpan lagi.

"Bagai mana Om??" ucap Mentari setelah sang Om menelan makanannya.

"Em," ucap Tian berpura-pura berpikir, lalu dia menyuapkan makanannya lagi, seolah ada yang membuatnya tak yakin akan rasa masakan Mentari dan hal itu membuat Mentari kesal.

"Om!!!!"

"Sabar!! ini Om lagi rasain, apa yang kurang dan apa yang berlebih," padahal sebenarnya saat suapan pertama Tian sudah tahu apa yang berlebih dari masakan Mentari, namun karena ingin membuat Mentari penasaran jadilah Tian bersikap seperti itu.

Dan hal itu membuat Mentari sampai berdecak beberapa kali, saking kesalnya menunggu.

"Ini tuh keasinan." Akhirnya komentar itu keluar juga dari mulut Tian.

"Oh..., berarti lidah om tidak terbiasa dengan rasa asin yah, em padahal dirumah semua orang suka dengan masakanku, Ya walau teman-teman selalu berkomentar keasinan."

"Ya terasa asin, tapi tidak asin banget, jadi masakan kamu masih bisa om makan, namun alangkah lebih baik besok-besok, garamnya sedikit dikurangi."

"Siap, Om." ucap Mentari dan setelah tahu lidah omnya seperti apa, Mentari langsung melanjutkan sarapannya.

Episodes
1 Mentari
2 Berbeda
3 Sarapan
4 Yakin????
5 Cemas
6 Keponya Andini dan Aira
7 Perhatiannya
8 Tidak perlu jaim
9 Jalan-jalan
10 Jalan kaki
11 Berteriak
12 Tenggelam
13 Ponsel lagi
14 Penunggu danau
15 Cara makan lagi
16 Tidak akan pernah terlupakan
17 Sepercaya itu
18 Abang...
19 Seperti makhluk halus
20 Biar berkesan
21 Salim om salim
22 Kepergian yang mendadak
23 Terasa disidang
24 100% yakin
25 Salah satu mimpiku
26 Kapan pulang?
27 Pak Rt
28 Bukan mimpi
29 Tetap salah
30 Ngalahin hutan lindung
31 Pesona Tian
32 Panti asuhan
33 Sikap Mentari
34 Kepulangan Anyelir
35 I love you Om
36 situ apakabar
37 Kalau kesel ya kesel aja.
38 Aku capek!!!!
39 Permintaan Ayah
40 Rencana Andri
41 Maaf Bos muda
42 Yakin?????
43 Kepanikan Bayu
44 Gara-gara kau
45 Aku mendengarnya
46 Lari pun percuma
47 Cerita tempo hari
48 Sesuatu yang belum pasti benar
49 Apa yang aku tidak tahu???
50 Aku ingin bertanya
51 Tega
52 Sandiwara Mentari
53 Opsi lain
54 Dengarkan dan lihat!!!
55 Apa aku bisa???
56 Bayangan Indah
57 Apa dia sakit???
58 Sepolos itu
59 Terserah Om
60 Kalian dimana???
61 Suami macam apa???
62 Bayu!!!!
63 Sebuah pencarian
64 Setengah mati mencarimu
65 Ada yang aneh
66 Kenapa??
67 Seperti membodohi diri sendiri
68 Bang!!
69 Geser sedikit
70 Normal kali
71 Cemburu
72 Rencana
73 Selamat berjuang
74 Baiklah Tunggu!!!
75 Apa ini mimpi????
76 Sengaja
77 Telat.
78 Sorot mata yang berubah
79 Serba salah
80 Untuk malam ini
81 Tamat
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Mentari
2
Berbeda
3
Sarapan
4
Yakin????
5
Cemas
6
Keponya Andini dan Aira
7
Perhatiannya
8
Tidak perlu jaim
9
Jalan-jalan
10
Jalan kaki
11
Berteriak
12
Tenggelam
13
Ponsel lagi
14
Penunggu danau
15
Cara makan lagi
16
Tidak akan pernah terlupakan
17
Sepercaya itu
18
Abang...
19
Seperti makhluk halus
20
Biar berkesan
21
Salim om salim
22
Kepergian yang mendadak
23
Terasa disidang
24
100% yakin
25
Salah satu mimpiku
26
Kapan pulang?
27
Pak Rt
28
Bukan mimpi
29
Tetap salah
30
Ngalahin hutan lindung
31
Pesona Tian
32
Panti asuhan
33
Sikap Mentari
34
Kepulangan Anyelir
35
I love you Om
36
situ apakabar
37
Kalau kesel ya kesel aja.
38
Aku capek!!!!
39
Permintaan Ayah
40
Rencana Andri
41
Maaf Bos muda
42
Yakin?????
43
Kepanikan Bayu
44
Gara-gara kau
45
Aku mendengarnya
46
Lari pun percuma
47
Cerita tempo hari
48
Sesuatu yang belum pasti benar
49
Apa yang aku tidak tahu???
50
Aku ingin bertanya
51
Tega
52
Sandiwara Mentari
53
Opsi lain
54
Dengarkan dan lihat!!!
55
Apa aku bisa???
56
Bayangan Indah
57
Apa dia sakit???
58
Sepolos itu
59
Terserah Om
60
Kalian dimana???
61
Suami macam apa???
62
Bayu!!!!
63
Sebuah pencarian
64
Setengah mati mencarimu
65
Ada yang aneh
66
Kenapa??
67
Seperti membodohi diri sendiri
68
Bang!!
69
Geser sedikit
70
Normal kali
71
Cemburu
72
Rencana
73
Selamat berjuang
74
Baiklah Tunggu!!!
75
Apa ini mimpi????
76
Sengaja
77
Telat.
78
Sorot mata yang berubah
79
Serba salah
80
Untuk malam ini
81
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!