Terjebak 1

"Ini rumah kakek. Kalian bisa tinggal disini."

"Rumah kakek bersih sekali." (ucap vida)

"Kakek sangat suka bersih-bersih. Ayo kita masuk kedalam."

______

"Dirumah ini hanya ada satu kamar yang bersih, kamar yang lain belum sempat kakek bersihkan. Apa kalian ini pasangan suami istri?" (Tanya kakek)

"Buk----

"Iya kek, kami pasangan suami istri kami baru saja menikah. Tidak jadi masalah bagi kami asalkan kami mendapatkan tempat yang layak untuk berteduh." (Ucap Max menyela perkataan Vida)

"Baiklah. Di dapur ada beberapa bahan makanan dan di lemari ada beberapa pakaian milik anak-anak kakek, kalian bisa memakainya."

"Memangnya dimana anak-anak kakek berada?" (Tanya vida)

"Mereka semua sudah menikah dan memilih tinggal di kota." (Jawab kakek)

"Di kota? Lalu kapan anak-anak kakek akan kembali? Tolong hubungi mereka kek, aku ingin ikut pergi ke kota bersama mereka." (ucap Vida)

"Kakek tidak mempunyai ponsel untuk menghubungi mereka. Sejak mereka menikah, mereka tidak pernah pulang ke desa. Kakek dan nenek sampai lupa apakah kami masih mempunyai seorang anak."

"Maafkan aku kek, aku tidak bermaksud membuat kakek menjadi sedih."

"Tidak apa-apa. Kalau begitu kakek pergi dulu. Kalau kalian perlu sesuatu kalian bisa datang kerumah kakek. Rumah kakek tidak jauh, hanya 100 meter dari sini."

"Baik kek. Sekali lagi terimakasih atas bantuannya." (Ucap Max dan kakek lalu melangkah pergi)

"Kenapa tadi kakak bilang kalau kita ini suami istri?"

"Kalau kakak tidak bilang seperti itu, kita tidak akan di terima disini. Apa kamu mau tinggal di gubuk lagi?" (Vida hanya menggeleng)

"Tapi kita bukan muhrim kak, kita tidak bisa tidur sekamar." (Ucap vida)

"Lalu apa bedanya saat kita berada di gubuk?" (Vida lalu terdiam)

"Keadaan kita saat ini berbeda, jadi kamu jangan terlalu memikirkan muhrim atau tidak muhrim." (Vida lalu menangis)

"Aku ingin pulang kak." (Ucap Vida menangis sesegukan)

"Jangan menangis, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari cara agar kita bisa pulang ke kota." (Ucap Max mencoba menenangkan Vida)

_______

Ke esokan harinya

"Kakak sedang apa?" (Tanya Vida menghampiri Max)

"Good morning. Aku sedang masak makanan untuk kita." (Jawab Max)

"Memangnya kakak bisa masak? Setauku kakak tidak pernah masuk dapur dan semua makanan di rumah selalu di siapkan oleh kak Selin."

"Mmm... Kalau itu.... Ya masih bisa di pelajari. Kakak akan masak untukmu, kamu duduklah."

"Hhh... Daripada aku tidak jadi makan lebih baik aku saja yang memasak, kakak duduk saja dan tunggu aku selesai masak."

"Sepertinya itu lebih baik." (Max lalu duduk sembari menatap Vida yang kini mulai bergelut dengan alat dapur)

Tidak lama kemudian

"Silahkan kak, makanannya sudah siap."

"Wahh.. Ini rasanya pasti sangat enak." (Max lalu mencicipi masakanmu)

"Bagaimana kak rasanya?"

"Enak. Ini enak sekali, rasanya seperti mie." (Ucap Max)

"Astaga. Itu memang mie yang kakak makan." (Max lalu tertawa dan kalian pun mulai makan bersama)

_______

"Kak. Sudah hampir 2 minggu kita terjebak disini, kapan kita bisa pulang? Aku sangat merindukan suamiku, ia pasti sangat khawatir dengan keadaanku."

"Bersabarlah. Aku masih mencari cara. Agar kamu tidak merasa bosan bagaimana kalau kita jalan-jalan keliling desa." (Vida mengangguk pelan lalu pergi jalan-jalan bersama Max)

_________

Di Kota

"Bagaimana, apa kata police?" (Tanya Selin)

"Belum ada hasil kak." (Jawab Melvin)

"Sumiku.. Dimana kamu? Apakah kamu baik-baik saja? Aku sangat merindukanmu, aku sangat khawatir dengan keadaanmu." (Ucap Selin menangis sesegukan)

_________

Di Desa

"Rumah-rumah disini terlihat sangat unik dan juga bersih. Udara disini juga sangat sejuk dan dingin. Tapi kenapa mereka semua bisa hidup tanpa kendaraan dan alat komunikasi." (Ucap Vida)

"Kalau dari awal mereka sudah mendapati kehidupan seperti itu, jadi bagi mereka ya sudah terbiasa. Kamu mau hidup seperti ini?"

"Tidak! Mana bisa aku hidup seperti ini kak." (Max lalu tersenyum melihat expresi Vida)

"Selamat siang." (Sapa seorang ibu)

"Selamat pagi ibu." (Sapa Vida dan Max dengan ramah)

"Ini pertama kali saya melihat kalian, apa kalian warga baru di desa ini?" (Tanya ibu tsb)

"Tidak. Kami bukan warga baru bu, 2 minggu lalu kami mengalami kecelakaan dan mobil kami hangus terbakar. Semua barang-barang kami pun ikut terbakar, dan pada akhirnya kami sampai disini." (Jawab vida)

"Astaga.. Apa kalian ada terluka?"

"Ada bu, tapi kami sudah mengobati luka kami pada saat itu." (jawab Vida)

"Syukurlah. Lalu sekarang kalian tinggal dimana?"

"Kami tinggal dirumah kakek ahmad." (Jawab vida)

"Oh kakek ahmad. Ngomong-ngomong kalian kecelakaan mobil saat kalian akan pergi bulan madu?"

"Iya bu. Kami memang akan pergi bulan madu." (Jawab Max)

"Kasihan sekali kalian. Tapi tidak apa-apa, pulang dari sini kalian bisa melanjutkan bulan madu kalian. Kalian memang pasangan yang sangat serasi, istri yang cantik dan suami yang sangat-sangat tampan. Apa kalian ini seorang artis di kota?"

"Ibu saja. Kami bukan artis, tapi istri saya seorang model dan saya seorang ilmuan." (Jawab Max)

"Pantas saja kamu sangat cantik nak." (Ucap ibu tsb memuji vida)

"Terimakasih banyak ibu atas pujiannya. Ohya bu saya mau tanya, apakah ibu tau cara pergi ke kota?" (Max lalu menatap Vida)

"Tentu saja ibu tau, kamu bisa datangi rumah di ujung sana yang bertembok warna putih. Keluarga itu paling kaya di desa ini, ia mempunyai telefon untuk menghubungi pihak kota. Kalian bisa minta tolong pada mereka untuk menghubungi pihak kota agar mereka bisa menjemput kalian." (Max lalu menunjukan wajah judesnya)

"Benarkah? Terimakasih banyak bu untuk informasinya. Kami akan mencobanya." (Vida dan Max lalu menuju rumah tsb)

"Astaga.. kenapa aku sampai lupa memberitahu mereka. Memakai alat komunikasi mereka kan harus bayar. Sedangkan kata mereka barang-barangnya hangus terbakar. Kalau aku membantu mereka, aku pun juga tidak mempunyai uang." (Gumam ibu tsb)

________

"Permisi." (Ucap vida saat sudah sampai dirumah tsb)

"Ada yang bisa di bantu?" (Jawab pemilik rumah)

"Apa anda pemilik rumah ini?"

"Iya. Kenapa?" (Jawabnya ketus)

"Apa benar anda mempunyai alat komunikasi untuk menghubungi pihak kota?"

"Iya benar."

"Sebenarnya kami bukan warga desa. Kami ingin minta bantuan anda untuk menghubungi pihak kota agar bisa menjemput kami disini." (Ucap Vida)

"Bisa saja." (Jawab pemilik rumah)

"Benarkah?" (Ucap Vida sangat senang)

"Tapi kalian harus membayar sewa telefon sebesar 15 ringgit selama 1 menit. Selebihnya akan di bulatkan menjadi 20 ringgit." (Ucap si pemilik rumah tsb)

"Apa?" (Ucap Vida sangat terkejut)

"T-tapi kami tidak mempunyai uang. Semua barang-barang kami hangus terbakar karena kecelakaan waktu itu." (Jawab Vida)

"Lalu, apa hubungannya denganku?" (Ucap pemilik rumah)

"Saya mohon tolong bantu saya, ijinkan saya memakai telefonnya sebentar saja. Saya janji tidak akan sampai 1 menit, tolong bantu saya." (Ucap Vida memohon)

"Kamu kira menghubungi pihak kota tidak memerlukan biaya? Biaya telefon menghubungi pihak kota itu tidak murah dan semua perlu uang. Kalau memang kalian tidak mempunyai uang jangan berlaga ingin menghubungi pihak kota." (Ketusnya)

"Tolong bantu kami nona, kami mohon. Saya janji tidak akan lama. Saya janji, tolong bantu saya." (Ucap vida memohon sembari menangis)

"Lebih baik kalian pergi! Saya sibuk." (Ketusnya)

"Tapi nona----

"Ayo kita pergi." (Max lalu membawa Vida pergi dari rumah tsb)

"Ibu, kasihan sekali wanita itu. Aku tidak tega melihatnya." (Ucap pemilik rumah tsb)

"Mau bagaimana lagi, ibu juga tidak tega melihatnya menangis seperti itu. Tapi kita sudah di bayar oleh Tuan Max, jadi kita harus berbuat sesuai perintah." (Jawab ibu si pemilik rumah)

"Cinta memang buta, memperjuangkan cinta sampai melakukan hal gila seperti itu."

______

"Kak.." (Vida kembali menangis)

"Tenanglah. Aku akan bekerja apa saja agar bisa mendapatkan uang dan kita bisa menghubungi pihak kota. Sekarang berhentilah menangis." (Ucap Max mencoba menenangkan Vida)

_________

1 bulan telah berlalu

"Kak. Selama kita disini aku tidak pernah mendengar kakak berkata merindukan kak Selin dan juga Rafa anak kakak." (Ucap Vida)

"Memangnya aku harus mengungkapkannya?" (Jawab Max)

"Tidak harus juga si. Hanya saja aku sedikit heran padahal aku hampir setiap hari berkata merindukan suamiku." (Max hanya menatapmu)

"Ada apa denganku? Kenapa jantungku berdetak sangat kencang saat kak Max menatapku seperti itu. Asshhh... Kenapa semakin kencang seperti ini." (Batin Vida)

"K-kenapa kakak menatapku seperti itu?" (Tanya vida dengan gugup)

"Aku hanya suka menatapmu, kamu terlihat sangat cantik. Melvin sangat pintar memilih istri." (Jawab Max)

Vida hanya terdiam saat mendengar perkataan Max

"Aku mencintaimu Vida!" (Ucap Max yang membuat Vida sangat terkejut)

"A-apa yang kakak katakan itu? Kenapa kakak berkata seperti itu?" (Jawab Vida)

"Aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi. Semenjak kita terjebak disini, aku sudah mulai menaruh perasaan padamu. Aku juga tau kalau kamu juga mulai menyukaiku." (Ucap Max)

"Kakak tidak boleh mencintaiku, ingatlah kalau aku ini adik ipar kakak. Aku tidak mencintai kakak, jadi tolong jaga ucapan!" (Jawab Vida dengan tegas)

"Tentu aku ingat kalau kamu adik iparku. Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku ini. Semakin aku menahannya hati ini terasa sangat sakit."

"Kalau kamu memang tidak mencintaiku, lalu kenapa selama kita tinggal disini kamu selalu berbuat baik padaku? Aku juga perhatikan terkadang kamu diam-diam memperhatikanku. Apakah kamu yakin tidak mencintaiku?"

"Apakah salah jika aku berbuat baik pada kakak? Bukankah saat dirumah aku juga bersikap yang sama. Aku tidak pernah memperhatikan kakak secara diam-diam, jadi tolong jangan mengambil kesimpulan sendiri." (Jawab vida)

"Kamu tau alasanku selama ini tidak pernah membicarakan Selin? Itu karena aku menghargaimu, menghargai perasaanmu. Aku pernah sekali mendengarmu mengigau menyebut namaku, apa itu masih di simpulkan kamu tidak mempunyai perasaan padaku?"

"Tidak mungkin, aku tidak mungkin mengigau nama kakak. Kakak jangan mengarang cerita."

"Apa untungnya aku mengarang cerita. Saat kamu sadar setelah mengigau laku aku pura-pura tertidur dan kamu berkata 'Kenapa aku memimpikan kak Max. Ini sudah kedua kalinya aku memimpikan kak Max. Jangan-jangan aku mulai mencintainya' Begitulah kiranya. Apa sekarang kamu mengingatnya?"

"Astaga... Ternyata waktu itu kak Max hanya pura-pura tidur. Apa yang harus aku katakan sekarang." (Batin Vida)

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Setsuna F. Seiei

Setsuna F. Seiei

Ngefans sama penulisnya sekarang. 👏

2024-12-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!