Bab 4 : Bertemu

Hari setelah kelulusan SMA tiba, liburan panjang akhirnya tiba. Hari itu, cuaca cerah dengan angin sepoi-sepoi yang membuat hari terasa menyenangkan. Aku dan Hana berencana untuk pergi ke ebun apel, untuk melakukan pemangkasan pada pohon-pohon yang mulai berbuah.

Kami berbicara sambil bekerja, selama dua tahun ini, aku tidak pernah membicarakan Ringa lagi di hadapan Hana, walaupun tidak sehari pun, aku lupa dengan Ringa.

"Ryu, pohon ini butuh dipangkas lebih hati-hati. Cabangnya sangat rapat," kata Hana sambil menunjuk salah satu pohon.

"Benar, aku akan mulai dari sini. Kamu bisa lanjut di pohon sebelah sana," jawabku.

Kami bekerja dengan semangat, tertawa dan saling berbagi cerita. Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Aku menoleh dan melihat seorang gadis berdiri di tepi kebun, wajahnya yang penuh kenangan membuat jantungku berdebar kencang. Itu Ringa.

"Ringa?" aku bergumam tidak percaya.

Ringa tersenyum, tapi matanya tampak berkaca-kaca. "Hai, bang. Lama tidak bertemu."

"Kamu sama siapa? mana paman sama tante?" tanyaku takut ketahuan jika Ringa datang mengunjungiku.

"Ah, mereka lagi ke rumah Om Burhan, aku bilang mau kerumah temanku, mereka mengizinkan, selama aku gak ketemu abang," ucapnya menjelaskan.

Hana yang sedang memotong cabang pohon juga melihat Ringa. Dia terdiam, ekspresinya berubah canggung. Aku berjalan mendekati Ringa, perasaanku campur aduk antara kebahagiaan dan kebingungan.

"Kamu ingin melihat kebun apel?" tanyaku.

"Ya, aku ingin melihat kebun apel kita," jawabnya lembut dan tegas, matanya menyapu seluruh kebun.

"Kita?" tanyaku bingung

"Kalau kita nikah nanti kan, kebun ini jadi milik kita?" jawabnya dengan sangat tegas.

Hana mendekat, tersenyum tipis pada Ringa. "Hai, aku Hana. Teman Ryu."

Ringa mengangguk. "Hai," jawab Ringa singkat.

Mereka berjabat tangan, tapi aku bisa merasakan ada ketegangan di antara mereka. Kami bertiga berdiri dalam keheningan yang canggung.

"Aku sering mendengar cerita tentangmu, Ringa," kata Hana mencoba mencairkan suasana.

Ringa tersenyum pahit. "Ya, aku juga sering mendengar cerita tentang Abang Ryu dari keluargaku."

Aku merasa perlu mengambil alih situasi ini. "Mari kita duduk sebentar di bawah pohon. Kita bisa berbicara lebih nyaman di sana."

Kami bertiga duduk di bawah pohon apel yang besar. Aku berada di tengah, dengan Hana dan Ringa di sisi kanan dan kiriku. Suasana hening sejenak sebelum Ringa mulai berbicara.

"Bang, aku minta maaf karena pesan yang waktu itu mama kirim. Banyak hal yang terjadi di keluarga kami," kata Ringa dengan mata yang berbinar-binar.

"Aku mengerti, Ringa. Setiap hari aku berdoa, agar kamu baik-baik saja," jawabku, mencoba menahan perasaanku.

Ringa melihat ke arah Hana. "Kamu dan Abang Ryu tampaknya sangat dekat."

Hana tersenyum canggung. "Kami memang banyak menghabiskan waktu bersama di kebun ini. Ryu sangat membantu dalam mengatasi banyak hal."

Ringa mengangguk, tapi aku bisa melihat ada rasa cemburu di matanya. "Abang Ryu, aku ingin berbicara denganmu sendirian. Kak, bisakah kamu beri kami waktu sebentar?"

Hana terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan. "Tentu, aku akan memeriksa pohon-pohon di sisi lain kebun." Dia bangkit dan berjalan menjauh, meninggalkan aku dan Ringa.

Ringa menatapku dengan intens. "Bang, abang ingat janji abang mau nikahin aku? Ketika aku lihat abang dan wanita itu, hatiku hancur."

Aku terkejut. "Ringa, aku juga masih memikirkanmu, aku benar-benar merindukanmu, tidak lepas satu hari pun aku tidak memikirkanmu. Tapi banyak yang telah berubah sejak hari itu."

"Apakah kamu mencintainya?" Ringa bertanya, suaranya bergetar.

Aku terdiam, mencoba memahami perasaanku sendiri. "Aku tidak tahu, Ringa. Hana adalah teman yang sangat berarti bagiku. Tapi perasaanku padamu tetap ada dan tidak berubah sedikitpun."

Ringa menghela napas panjang. "Aku tidak ingin merusak persahabatanmu dengan dia, tapi aku harus tahu apa abang masih memegang janji abang waktu itu?" tanya Ringa dengan tangisan yang mulai menetes dari kedua matanya.

Aku merasa terjebak di antara dua perasaan yang kuat. "Ringa, aku masih mencintaimu. Tapi orangtua kita melarang untuk kita menjalin hubungan, mama dan ayahmu melarang keras kita menjalin hubungan."

Ringa menatapku dengan sedih. "Baiklah, bang. Aku tahu abang sudah suka dan cinta dengan wanita lain, janji abang selama ini cuma kebohongan, aku sekarang bukan lagi anak SD bang. Aku sekarang sudah mau naik kelas 3 SMP, 3 tahun lagi aku juga akan lulus SMA, waktu itu sebentar kan? Abang gak bisa nepatin janji abang sendiri."

Setelah mengatakan itu, Ringa berdiri dan berjalan menjauh, meninggalkan aku dengan pikiran yang kacau. Aku duduk di sana, merenungi apa yang baru saja terjadi, merasa bingung dan tertekan.

Hana kembali setelah beberapa saat, melihat wajahku yang muram. "Apa yang dia katakan, Ryu?"

Aku menghela napas. "Ringa menagih janjiku, Hana. Dia ingin tahu apakah masih ada kesempatan untuk kami. Aku pernah berjanji akan menikahinya di masa depan nanti."

Hana terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Dan bagaimana perasaanmu tentang itu?"

"Aku tidak tahu, Hana. Aku benar-benar tidak tahu," jawabku jujur.

Hana menatapku dengan mata yang penuh kepedihan. "Ryu, aku berharap kamu bisa menemukan jawaban yang tepat. Apapun yang terjadi, aku akan tetap di sini sebagai temanmu."

Aku mengangguk, merasa sedikit lega. Tapi aku tahu bahwa apapun yang aku putuskan, akan ada hati yang terluka. Hari itu, kebun apel yang biasanya menjadi tempat pelarianku, kini menjadi tempat di mana aku harus menghadapi kenyataan yang sulit.

Aku tetap duduk di bawah pohon apel itu, merenungi semua yang telah terjadi. Angin sepoi-sepoi yang biasanya menenangkan kini terasa dingin dan menggigit. Hana duduk di sampingku, diam namun kehadirannya memberiku sedikit kenyamanan.

"Kamu tahu, Ryu," Hana akhirnya berkata, suaranya lembut, "hidup memang penuh dengan pilihan sulit. Tapi aku percaya, apapun keputusanmu, itu adalah yang terbaik untukmu dan untuk Ringa."

Aku menatap Hana, matanya yang penuh kasih sayang namun terluka. "Terima kasih, Hana. Kamu selalu mendukungku."

Hana tersenyum tipis. "Itulah yang dilakukan teman, bukan? Selain itu, aku tidak ingin melihatmu terbebani oleh rasa bersalah atau penyesalan."

Aku mengangguk, merasa sedikit lega. "Kamu benar. Aku harus membuat keputusan yang benar."

Setelah beberapa saat hening, aku berdiri dan menghela napas panjang. "Mari kita selesaikan pemangkasan pohon ini. Mungkin dengan bekerja, pikiranku akan lebih jernih."

Hana berdiri dan mengikutiku. "Tentu, mari kita selesaikan ini."

Kami kembali bekerja, memotong cabang-cabang yang berlebihan dan merapikan pohon-pohon apel. Setiap tebasan membuat pikiranku sedikit lebih jernih, setiap potongan cabang terasa seperti melepaskan beban dari pundakku.

Namun, di balik semua itu, aku tahu bahwa keputusan ini tidak bisa dihindari. Aku harus berbicara dengan Ringa lagi, harus menjelaskan perasaanku dengan jujur.

Sore itu, saat matahari mulai tenggelam, kami menyelesaikan pekerjaan kami. Aku menatap kebun apel yang kini terlihat lebih rapi dan teratur. Sama seperti kebun ini, aku harus merapikan dan mengatur kembali perasaanku, menemukan cara untuk melanjutkan hidupku tanpa menyakiti orang-orang yang kucintai.

"Mari kita pulang, Hana," kataku akhirnya. "Besok, aku akan berbicara dengan Ringa lagi. Aku harus berbicara empat pada padanya, untuk menjelaskan semua ini."

Hana mengangguk. "Aku akan selalu di sini untukmu, Ryu. Ingat itu."

Aku tersenyum padanya, merasa sedikit lebih kuat. "Terima kasih, Hana. Aku benar-benar menghargainya."

Kami berjalan keluar dari kebun apel, meninggalkan hari yang penuh emosi di belakang kami. Namun, aku tahu bahwa konflik yang lebih dahsyat sebenarnya baru saja dimulai.

Terpopuler

Comments

Sheere

Sheere

Ups, hehe😆

2024-07-05

1

Reynata

Reynata

Halah Hana, liat nih si uler, sok baik emang dasar uler

2024-07-02

1

Reynata

Reynata

Jahat banget Ryu cok, gak jelas asli Ryu, apasiiii

2024-07-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!